Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #2

Bab 2

"Assalamu'alaikum ... salam Marini setelah sampai di teras rumah bu rt.

Tak berapa lama kemudian bu rt membukakan pintu.

"Wa'alaikum salam ... ayo masuk Mar.

"Iya bu ... maaf sedikit telat ucap Marini dengan baju agak basah.

"Gak papa Mar ... walaupun kamu tidak datang hari ini juga gak papa, hujan-hujanan gini kasian ntar kamu sakit" ucap bu rt sambil mengikat rambutnya yang sebagian sudah beruban.

Marini langsung mengerjakan tugas seperti biasanya walaupun hujan terus mengguyur tidak membuatnya bermalas-malasan, dari mencuci hingga menyikat kamar mandi ia kerjakan dilain tempat Zara membersihkan rumah, mencuci serta memasak dibantu oleh Kania.

"Dek ... kamu masak telor ini ya pinta Zara.

"Iya ka ... jawab Kania yang sedari tadi main bersama Ali.

"Aku mau memandikan Ali dulu, ntar kita makan sama-sama ucap Zara sambil menggendong Ali.

Walaupun masih berusia 8 tahun tapi Kania sudah lumayan pandai memasak tentu saja belajar dari ibu dan kakaknya, keadaan lah yang membuat Zara dan Kania menjadi anak yang mandiri, mereka anak yang pandai dan berbakti pada orang tuanya walaupun sesekali mereka bandel seperti anak pada umumnya.

Setelah Zara selesai memandikan Ali, mereka bertiga makan bersama bukan lagi sarapan pagi tapi sudah waktunya makan siang karena waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, satu telor mereka bagi tiga, agar telornya tambah besar Kania menambahkan tepung dalam adonan itulah yang diajarkan sang ibunda, hanya telor dadar, tumis kangkung dan nasi yang sudah dingin sisa masakan tadi malam, itupun sudah makanan yang sangat enak bagi mereka karena tidak jarang mereka hanya makan pakai kerupuk atau garam saja.

Tidak terasa sudah sore hari, waktunya Marini pulang, sebelum pulang bu rt memberikan sedikit makanan untuk Marini dan anak-anaknya di rumah, tentu saja Marini sangat senang karena tidak perlu lagi memikirkan untuk makan malamnya dan anak-anak.

"Terima kasih banyak bu ... pamit Marini pada bu rt sambil membawa kantong kresek berisi makanan serta uang hasil upah kerja dia hari itu.

Senyum bahagia terpancar di wajah Marini karena melihat ketiga anak tercintanya itu menyambutnya dengan riang gembira.

"Ayo anak-anak masuk, ini masih sedikit gerimis nanti kalian sakit kata Marini kepada ketiga anaknya sambil menggendong Ali.

Tidak terasa malam tiba, hawa malam itu sedikit dingin dari biasanya karena hampir seharian penuh hujan membasahi bumi. Malam itu mereka sangat bahagia karena bisa makan enak pemberian dari bu rt berupa ayam goreng, sayur kuah dan tumis-tumisan. Walaupun bohlam di rumah Marini hanya 5 watt tentu saja agar menghemat tagihan listrik, hal itu tidak menyurutkan kebahagiaan mereka, senyum bahagia canda tawa terpancar dari wajah mereka.

"Bu kalau ada uang kita beli payung aja, biar ibu tidak kehujanan lagi" ucap Kania sambil mengunyah makanan

Marini terdiam sebentar, karena banyak kebutuhan yang lebih penting dari pada hanya sekedar beli payung.

"Sebentar lagi memasuki musim panas nak, kita tidak begitu membutuhkan payung, mending kita tabung uangnya buat keperluan sekolah kalian" ucap Marini

"Tapikan ... Elak Kania

"Sudah sudah ayo habiskan makannya kemudian kita tidur, besok kalian sekolah" ucap Marini memotong pembicaraan Kania.

Tanpa mendebat dan membantah perkataan ibunya, Kania meneruskan makannya begitu juga dengan Zara, walaupun Kania masih kecil dan sedikit bandel dibanding Zara tapi dia begitu perduli pada kesehatan ibunya.

"Kalian sudah pada shalat isya kan ?" tanya Marini.

Lihat selengkapnya