Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #3

Bab 3

Pagi hari yang cerah, Zara dan Kania bersiap-siap pergi sekolah, sambil memasang sepatu di teras rumah, Zara ingin ngomong sesuatu sama ibunya tapi selalu ia tahan dan ragu-ragu ingin mengatakannya.

"Bu ... E... Anu"

"Apa Zar ?" Tanya Marini yang juga bersiap-siap pergi ke ladang milik orang untuk menggunakan jasanya membersihkan rumput.

Dengan rasa ragu Zara bingung mau ngomongnya mulai dari mana.

"Anu bu ... gak jadi deh ntar aja bu ngomongnya"

"Kamu perlu uang buat bayar jalan-jalan nanti untuk perpisahan kelas kamu kan ?" Kata Marini yang sudah paham maksud anaknya itu.

"Lah ... kok ibu tau ?" heran Zara.

"Kemarin ibu denger dari ibu-ibu di warung, katanya nanti seluruh kelas 6 diwajibkan ikut piknik apa jalan-jalan gitu untuk perpisahan nanti iya kan"

"Iya bu ... tapi kita tidak punya uang, sayang juga uangnya apalagi cuma untuk sekedar jalan-jalan mending uangnya buat makan atau buat keperluan nanti saya masuk SMP bu"

"Uangnya ada kok ibu simpan khusus buat kamu jalan-jalan nanti, kamu tenang aja, belajar aja yang bener biar nilai kamu bagus, kalau nilai kamu bagus akan mempermudah masuk SMP nanti" ucap bohong Marini sebenarnya uangnya sama sekali belum ada.

"Yang bener bu ... kata Zara dengan wajah sumringah.

Mendengar ucapan ibunya itu Zara sangat bahagia, tidak ada lagi beban dalam hatinya, kini ia bisa fokus belajar agar nilainya semakin bagus. Sementara itu Marini berputar otak memikirkan bagaimana mengumpulkan uang untuk biaya jalan-jalan dan juga untuk keperluan sekolah Zara karena tentu saja untuk masuk SMP biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit walaupun SPP gratis dari pemerintah tapi untuk biaya daftar, beli seragam, beli alat tulis itu semua dengan uang sendiri.

***

Matahari semakin meninggi tapi pekerjaan Marini masih banyak, sambil menjaga Ali anak laki-laki satu-satunya ia terus membersihkan rumput liar, kulit hitam manisnya yang dulu terawat khas orang Asia kini mulai kusam dan tidak terawat, wajahnya mulai ada kerutan dan berbintik hitam karena sering terbakar matahari, tidak ada dalam kamusnya yang namanya sunblock suncreen yang ia punya hanya bedak murah yang hampir habis dan lipstik yang sudah hampir kadaluwarsa.

"Mar kerja mulu" sapa Sumiati mengagetkan lamunan Marini.

"Eehh Sumiati mau pergi kemana kamu dandan cantik gitu" ucap Marini agak kaget.

"Ini aku mau ke acara keluarga, aku duluan ya Mar ini aku sudah telat habisnya kelamaan dandan sih" ucap Sumiati sambil menyalakan motor matic keluaran terbaru.

Marini hanya tersenyum melihat kawan SMP nya itu, dia memandangi baju Sumiati yang modis serta motor keluaran terbaru yang banyak diidam-idamkan para ibu-ibu di kampungnya.

"Beruntung sekali dia lahir dari keluarga berada dan punya suami seorang PNS mantu idaman para ibu-ibu di kampung" gumam Marini dalam hati.

Tiba-tiba Ali menggoyang-goyang tangan Marini sambil memperlihatkan cacing yang ada ditangannya.

"Bu ... bu ... mam"

Melihat cacing yang berada di tangan Ali, Marini langsung membuangnya jauh-jauh dengan dilempar.

"Astagfirullah nak itu cacing bukan makanan, kamu lapar. Ayo kita istirahat makan dulu sebentar"

Marini dan Ali makan bekal sederhana yang ia bawa dari rumah sambil bercanda riya dibawah pohon rindang di tepi jalan. Dilain tempat Zara dan Kania sudah pulang dari sekolah, mereka istirahat sebentar kemudian Zara berinisiatif memperbaiki sendiri atap yang bocor takut kalau nanti malam tiba-tiba hujan turun.

Setelah mencari tangga di belakang rumah, Zara dan Kania segera memperbaiki atap tersebut.

"Dek kamu pegang tangganya yang bener ya" pinta Zara kepada Kania.

Lihat selengkapnya