Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #5

Bab 5

"Kita semua berasal dari Allah dan kepada-Nya jualah kita kembali, kita hidup di dunia ini hanya sementara kita hanya menunggu giliran kapan kita akan menghadap sang khalik, yang sabar Mar" Ucap bu rt sambil memeluk Marini yang terisak tangis dihadapan jasad sang suami tercinta.

Tangis Ali tiba-tiba membangunkan tidur Marini, segera ia menenangkan Ali yang mengigau sambil menangis.

"Ternyata aku bermimpi kenangan buruk itu lagi" gumam lirih Marini menahan tangis.

Setelah Ali tenang dan kembali tidur, Marini juga berusaha untuk kembali tidur tapi tidak bisa walaupun ia berusaha dengan memejamkan mata, tidur kesamping kiri kesamping kanan tapi masih saja tidak bisa tertidur, hatinya masih gundah karena mimpi kenangan buruk itu, masih teringat jelas dalam benaknya bagaimana sang suami pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Pagi itu baru saja sang suami berangkat kerja tiba-tiba ada seorang tetangga berlari sambil ngos-ngosan mengabarinya berita buruk bahwa sang suami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit, lututnya seketika lemas hatinya sesak tangannya terasa tidak kuat lagi menggendong Ali yang baru berusia 6 bulan kala itu, segera ia pergi ke rumah sakit bersama bu rt dan menitipkan Ali ketetangganya, setibanya di rumah sakit semuanya sudah terlambat sang suami sudah tiada, luka parah di kepalanya membuatnya tidak bisa terselamatkan, seketika dunia Marini runtuh ia pegang tangan sang suami yang masih terasa hangat itu tanpa bisa berkata apa-apa hanya tangis yang mewakili perasaannya saat itu.

Tidak terasa air mata keluar membasahi kedua pipinya, hatinya kembali sakit teringat kenangan buruk itu tidak ingin berlarut dengan kesedihan Marini segera turun dari ranjang dipannya dan mengambil wudhu untuk shalat tahajud agar hatinya kembali tenang, karena sebentar lagi memasuki waktu subuh ia memutuskan untuk tidak kembali tidur dan lebih memilih melakukan kegiatan bersih-bersih rumah.

"Assalatukhairum minannauumm ... Assalatukhairum minannauum ... Allahu Akhbar Allahu Akhbar laillahaillallah ...

Adzan subuh telah selesai berkumandang pertanda waktu subuh sudah tiba, Marini segera membangunkan Zara dan Kania untuk menunaikan shalat subuh, walaupun ia bukan dari keluarga agamis tapi Marini berusaha mendidik anak-anaknya dengan baik salah satunya agar tidak meninggalkan shalat, masih dengan mata mengantuk Zara dan Kania berusaha bangun tapi tertidur lagi.

"Ayo nak bangun" ucap Marini pelan sambil menggoyang-goyang kan badan Zara dan kania.

"Zara bangun nak, kamu sudah baligh dosa kalau tidak shalat, Kania ayo kamu juga bangun" sang ibunda tidak menyerah untuk membangunkan kedua buah hatinya itu.

"Kania kan belum baligh bu" ucap Kania dengan kantuk beratnya dengan matanya yang masih terpejam.

"Ya ... belajar dari sekarang agar nanti kalau sudah besar tidak malas melaksanakan shalat, tidak peduli seberapa buruk kita seberapa miskin kita yang namanya shalat itu wajib wahai anak-anak ibu yang sholehah" nasehat Marini kepada kedua anaknya itu.

"Jangan lupa doakan juga bapak kalian agar dia ditempatkan di surganya Allah diampun kan segala dosa-dosanya" ucap lagi Marini.

Walaupun telat sedikit akhirnya mereka melaksanakan shalat subuh sebagai kewajiban bagi seorang muslim dan tidak lupa juga mereka mendoakan ayah mereka yang telah tiada.

"Ya Allah ... ampunilah dosa-dosa bapak kami tempatkan ia di surga-Mu ya Allah amiin" doa Zara untuk bapak tercinta dan di amiinkan oleh Kania.

"Dan berikanlah ia makanan yang banyak yang enak-enak ya Allah agar bapak kami gemuk tidak kurus lagi amiin ... tambah doa Kania dengan polos.

Mendengar doa Kania membuat Zara ingin tertawa karena menurutnya lucu.

"Memangnya bapak kurus ?" tanya Zara menahan tawa.

"Iya kurus" jawab Kania sambil membereskan mukena.

"Bapak gak kurus kok, badan bapak ideal, kurus gak gemuk juga gak"

"Kurus ... aku ingin bapak kaya bapaknya teman aku gendut, kata temen aku kalau gendut itu tandanya hidupnya bahagia"

"Ah gak juga, lebih baik yang sedang-sedang saja, kalau gendut nanti bapak susah gerak, terlalu gendut juga gak baik bagi kesehatan Kania sayang ... mau itu kurus kek langsing kek gendut kek gak ada hubungannya sama kebahagiaan" Ucap Zara panjang lebar.

"Ya sudahlah kalau kakak sukanya bapak kurus kalau aku tetep sukanya kalau bapak gendut" ucap Kania agak ngegas.

Zara hanya tersenyum dengan tingkah laku adiknya itu dan tidak mau lagi berdebat dengannya kalau ibunya mendengar nanti akan kena marah.

***

Pagi hari tiba waktunya sarapan bagi keluarga Marini, karena kemarin baru belanja di warung, pagi itu Marini memasak agak banyak menunya dari hari biasanya, ada tempe dan tahu goreng, tumis bayam dan ikan asin tak lupa juga sambel tomat kesukaan mereka.

'Tumben ibu masaknya agak banyakan" kata Zara melirik-lirik masakan yang tersedia di lantai dapur rumah.

"Ya kemarin kan ada rezeki dapat upah membersihkan ladang yang kemarin dari bu Yanti, ya sesekali gak papa lah ibu masak agak banyakan kan bisa nanti sisanya buat makan siang" ucap Marini.

"Sering sering juga gak papa lah bu" ucap Kania dengan sangat senang dan tersenyum lebar dibibir mungilnya.

"Kamu ini ! kalau sering sering mana ada duitnya" kata Zara.

"Ya kan biar kita semua pada gemuk gemuk biar kita bahagia" ucap lagi Kania.

'Kan sudah kaka bilang mana bisa melihat kebahagiaan orang lain itu dari gemuk tidak badannya" terang Zara kepada Kania sedikit gregetan.

"Ya kan itu menurut Kakak beda lagi kalau menurut aku"

"Kamu ini ... Aaiihh heh" Zara semakin greget.

Kania hanya membalas omongan Zara dengan mengerutkan bibirnya seperti meremehkan.

"Kalian ini kenapa pada ribut-ribut, gak baik makan sambil bicara apalagi sampai ribut gitu" ucap Marini.

Zara dan Kania hanya diam sambil lirik-lirikan seperti orang ingin bertengkar.

"Kamu tuh!' ucap Zara tanpa suara.

"Kamu!" balas Kania juga tanpa suara.

"Kamu!"

"Kamu!"

"Sudah sudah kalian mau ibu marah" ucap Marini agak meninggikan suaranya.

"Bu ... di surga banyak makanan gak ?" Tanya Kania antusias

"Ya mana ibu tau kan ibu belum pernah ke sana" jawab Zara.

Lihat selengkapnya