Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #6

Bab 6

"Assalamu'alaikum Mar ... Marini ... salam bu rt setibanya di teras rumah Marini.

Tanpa menunggu lama Marini segera membukakan pintu.

"Wa'alaikum salam eh ibu ayo bu masuk"

"Gak usah di sini aja Mar, aku gak lama kok"

"Ada apa bu ?"

"Gini Mar, keluarga aku ada yang meninggal di luar kota, jadi hari ini kami sekeluarga pergi ke sana, besok kamu tidak perlu kerja minggu depan aja kamu kerjanya ya"

"Innalilahi wa innailaihi roji'un ... iya bu gak papa, turut berduka cita bu rt"

"Makasih Mar, aku langsung pulang ya Mar soalnya kami mau berangkat sekarang, rumahnya sangat jauh dan mau nginep di sana beberapa hari"

"Iya bu, hati-hati di jalan semoga selamat sampai tujuan dan selamat sampai kembali ke sini"

"Aamiin ... ini untuk kamu dan anak-anakmu, belanjakan lah apa yang kalian mau" bu rt memberikan sejumlah uang dalam amplop.

"Loh bu rt saya kan besok gak kerja kok dikasih uang, ini uangnya juga lebih banyak dari upah saya" Marini mengira-ngira jumlah yang ada dalam amplop karena isinya agak tebal.

"Itu bukan upah kerja kamu, saya hanya memberi sedikit karena kami ada dikasih Allah rezeki tidak terduga walau tidak banyak"

"Terima kasih banyak bu rt" ucap Marini merasa sangat senang.

"Sama-sama, saya pamit Mar assalamu'alaikum ... salam bu rt kemudian berjalan pergi meninggalkan rumah Marini.

"Wa'alaikum salam"

Marini sangat bahagia mendapat rezeki yang tidak terduga itu dari bu rt, jumlah yang terbilang banyak bagi keluarganya. Marini bingung uangnya mau ditabung atau dibelanjakan kebutuhan makan keluarganya, setelah ia pikir-pikir lebih baik uangnya sebagian disimpan dan sebagian lagi dibelanjakan sambil mengajak anak-anaknya jalan-jalan ke pasar mingguan. Biasanya di kampung Marini seminggu sekali diadakan pasar dadakan, tempatnya diperbatasan dengan kampung sebelah, walaupun pasar dadakan tersebut berada di kampung tapi pasar itu lumayan lengkap dari berbagai macam makanan, sembako hingga pakaian semuanya ada, dari pukul 3 sore para pedagang sudah mulai membuka lapak dagangannya dan tutup hingga pukul 9 malam, banyak juga para muda mudi yang mencari jodoh di pasar itu sudah seperti tempat hiburan bagi mereka.

Esok harinya Marini dan ketiga anak-anaknya bersiap untuk pergi ke pasar tersebut, ketiga anaknya sudah siap berdandan rapi begitu juga dengan Marini, sambil bercermin perasaan Marini ada yang kurang di dalam dirinya, ia lihat bajunya sudah lumayan bagus dan rapi, tapi setelah ia lihat wajahnya terlihat sedikit pucat, ia ambil bedak di atas meja rias usang itu dan ia oleskan ke seluruh wajahnya dengan spon yang sudah mulai rusak dan sedikit kotor, kemudian ia ambil lipstik yang tinggal satu bulan lagi sudah kedaluwarsa padahal setelah dibuka, pemakaian lipstik tersebut seharusnya hanya setahun walaupun tanggal expirednya masih lama tapi hal itu tidak Marini perdulikan karena tidak punya uang kalau harus beli yang baru.

Setelah berdandan seadanya kini wajah Marini lumayan berseri, wajah ayunya kian mempesona tidak pucat lagi.

"Wah ... ibu cantik ucap Kania setelah ibunya keluar dari kamar.

Marini tersenyum mendengar ucapan Kania sambil tersipu malu.

"Yang bener ibu cantik"

"Bener bu mirip artis"

"Biasanya juga kan emang ibu cantik" ucap Zara.

"Iya tapi lebih cantik lagi begitu loh" ucap lagi Kania.

"Sudah sudah ayo kita berangkat" ucap Marini bersemangat berjalan keluar sebelum pergi tidak lupa mengunci pintu walaupun di rumahnya tidak ada barang berharga apapun untuk dicuri.

Setelah berjalan lumayan jauh akhirnya mereka sampai juga, orang-orang sudah memadati pasar tersebut para pedagang sibuk melayani pembeli. Baru dua kali ini mereka pergi ke pasar tersebut yang pertama ketika bersama ayah mereka ketika beliau masih hidup dan inilah kali keduanya. Mereka merasa bingung mau mulai dari mana, karena kali terakhir ke sana sudah sangat berbeda jauh, para pedagang semakin banyak dan para pembeli juga semakin ramai.

"Bu kita beli apa ?" Kania terlihat senang sekaligus bingung.

"Entahlah, ayo kita lihat-lihat dulu"

Marini mengajak anak-anaknya untuk melihat-lihat dagangan yang dijual oleh para pedangan, mereka sangat antusias dan bahagia terlihat dari raut wajah mereka. Setelah berkeliling masih belum ada barang yang mereka beli, di ujung jalan ada lapak pedagang berjualan pakaian terlihat ada tulisan "obral murah meriah" melihat itu Marini tertarik untuk melihat dan langsung mengajak ketiga anaknya untuk pergi ke lapak pedagang itu. Sesampainya di tempat abang jualan itu, ternyata baju yang dijual pedagang lumayan lengkap dari anak-anak sampai dewasa, ada untuk pria dan ada juga untuk wanita, segera Marini memilih-milih baju yang akan ia beli sebelum membeli ia bertanya harga pakaian tersebut agar uang yang ia bawa cukup.

"Berapa satunya bang ?"

"15 ribu neng, semuanya sama 15 ribu yang besar yang kecil sama aja neng" terang abang pedagang.

"Murah banget bang, bajunya bagus-bagus lagi" Marini terlihat sangat bahagia memilih-milih baju untuk anak-anaknya dan tentu saja untuk dirinya sendiri.

"Iya murah, soalnya ini baju bekas neng tapi walaupun bekas pakaian ini semuanya masih bagus-bagus kok, gak kalah lah sama yang baru"

"Gak papa lah bekas yang penting layak pakai bang"

Selain Marini, banyak orang lain yang juga tertarik membeli baju tersebut hingga mereka pada berebut untuk mencari baju yang bagus-bagus.

"Ayo dipilih dipilih baju secondnya, murah murah, siapa cepat dia dapat, cuma 15 rebu!" ucap abang pedagang menawarkan dagangannya.

"Ayo kalian pilih yang kalian suka" kata Marini kepada Zara dan kania.

Setelah berdesak-desakan berebut-rebutan sama pembeli lain, akhirnya mereka berhasil mendapatkan masing-masing satu baju yang diinginkan. Setelah selesai membeli pakaian mereka kembali menyusuri pasar tersebut walaupun tidak ada lagi yang ingin mereka beli tapi hanya untuk sekedar cuci mata, sebelum pulang mereka membeli sedikit kue untuk cemilan di rumah. Ketika pedagang sedang membuatkan kue yang mereka pesan, mata Kania melirik ke arah pedagang minuman.

"Bu aku mau jajan itu" pinta Kania matanya tertuju pada orang berjualan es coklat yang diberi berbagai macam toping.

"Zara mau juga ?" tanya Marini.

"Gak bu, satu aja belinya sayang uangnya pasti mahal, aku nyicipi sedikit aja" Zara tidak mau menghabiskan uang ibunya dengan membeli sesuatu yang tidak penting.

"Ya sudah kamu tunggu di sini sama Ali, ibu sama Kania ke sana sebentar"

"Iya bu"

Marini dan Kania menunggu abang penjual membuatkan minuman yang mereka pesan, ketika sedang menunggu pandangan Marini mengarah kepada lapak pedagang yang menjual berbagai macam kosmetik mulai dari perawatan wajah, tubuh hingga berbagai make up. Karena banyak yang beli minuman tersebut jadi harus menunggu giliran, Marini tertarik melihat kosmetik tersebut.

"Kania kamu tunggu di sini sebentar ya, ibu lihat-lihat itu" ucap Marini menunjuk lapak penjual kosmetik.

Kania mengangguk tanda mengiyakan. Setibanya di sana, sang penjual mbak-mbak cantik dengan dandanan full make up langsung menyambutnya dengan ramah.

"Mau beli apa kakak cantik?"

"E ... ini saya mau lihat-lihat dulu boleh ?" tanya Marini bingung melihat kosmetik yang begitu banyak.

"Iya boleh silakan kakak dilihat-lihat dulu, tanya-tanya tentang seputar kecantikan, tentang skincare yang cocok untuk kulit kering, berjerawat agar kulit wajah terlihat glowing juga boleh" terang mbak pedagang seperti sales profesional.

Dilihat-lihat Marini satu-satu kosmetik yang ada di sana, ia terlihat bingung karena sekarang begitu banyaknya merek, berbagai macam make up, jenis-jenis perawatan padahal itu semua hanya untuk wajah belum lagi untuk badan, entah kapan terakhir kali ia membeli perawatan wajah. Foundation, concealer, premier, cousion, highligter semua itu ia tidak tahu karena yang ia tahu hanya bedak, lipstik yang sering ia sebut gincu serta riasan warna warni untuk bagian mata, untuk pensil alis pun ia tidak pandai menggunakannya.

"Ini apa mbak ?" tanya Marini memperlihatkan salah satu produk.

"Itu cousion kakak, kalau pakai itu tidak perlu lagi pakai bedak"

"Apa bedanya sama bedak ?" tanya lagi Marini

Lihat selengkapnya