Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #14

Bab 14

Pagi-pagi buta sekali Marini sudah bangun untuk menyiapkan bahan gorengan yang nantinya akan dijual bersama jelly yang kemarin ia buat bersama Zara. Baru selesai menyiapkan bahan untuk gorengan, adzan subuh berkumandang waktunya menunaikan kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah. Marini segera mengambil wudhu, selesai berwudhu ia segera membangunkan Zara dan Kania untuk shalat bersama, untungnya hari itu kedua anaknya tidak sulit untuk dibangunkan, khususnya Kania karena masih anak-anak lebih sulit dibangunkan dibandingkan Zara yang memang sudah beranjak remaja.

Selesai shalat subuh, Marini menyelesaikan pekerjaannya membuat gorengan. Sementara Zara dan Kania mandi agar tidak tergesa-gesa pergi ke sekolah.

"Bu Zara bantu ya"

"Gak usah, kamu mandi saja sana, siap-siap untuk sekolah biar tidak tergesa-gesa, apalagi hari ini hari pertama sambil jualan pasti nanti kalian repot" ucap Marini sambil mengadoni tepung.

Tepung Marini adon bersama wortel ditambah penyedap rasa dan juga garam kemudian ia goreng kecil-kecil, rencana ia jual dengan harga 500 perak saja agar cepat laku terjual.

"Kamu apa Kaka duluan mandinya ?" tanya Zara kepada Kania.

"Aku duluan deh, huahh" jawab Kania sambil menutup mulutnya yang menguap.

"Ayo sana, cepetan ya jangan lama-lama"

"Ya kak"

Kania dengan sedikit rasa malas masuk ke dalam bilik kamar mandi yang sangat sederhana itu, bisa dibilang tidak layak pakai karena beberapa bagian dindingnya sudah bolong, lantai semennya sudah hancur sudah seperti tidak memakai semen dan harus memakai sendal ketika mandi agar kaki tidak kotor, bahkan kamar mandi tersebut hanya separu yang beratap jadi separunya lagi tidak beratap langsung bisa melihat langit dan sangat mudah bagi orang lain untuk mengintip. Marini selalu berpesan kepada anak-anaknya kalau mandi harus memakai pakaian lengkap takut kalau ada orang jahat ingin mengintip mereka mandi.

Baru saja Kania memasuki kamar mandi dia berteriak histeris, sehingga membuat Zara dan ibunya kaget.

"Ada apa dek" Zara menggedor-gedor pintu kamar mandi yang sudah lapuk tersebut dengan panik.

"Kania, ada apa" Marini panik langsung menghentikan aktifitasnya dan juga ikut menggendor-gedor pintu kamar mandi.

Kania segera membuka kamar mandi dengan badan yang sedikit basah.

"Ada apa nak ? ada ular atau ada yang mengintip kamu mandi ?" tanya Marini dengan panik.

"Atau ada hantu ?" ucap Zara yang juga tak kalah panik.

"Gak, gak. Airnya dingin banget" ucap Kania tanpa merasa bersalah karena sudah membuat ibu dan kakaknya panik sambil membungkukkan badannya karena kedinginan.

"Ya Allah nak, ibu pikir apa. Kaget lo ibu sama kakak kamu"

Mendengar ucapan Kania membuat Zara jengkel dan mentowel kepala Kania.

"Huh kamu ini, bikin kaget saja"

"Tuh bu, liat kakak sukanya menowel kepala Kania" keluh Kania kepada ibunya.

"Zara gak boleh gitu, gak baik"

"Habisnya Kania sendiri sih bikin kesel aja"

"Kamu juga Kania, bikin ibu sama kakak kamu kaget sampai teriak-teriak gitu. Nanti kalau didengar tetangga kan gak enak jadi mengganggu mereka"

"Iya bu, Kania minta maaf"

"Aku aja deh duluan mandinya, nunggu kamu ntar gak kelar kelar lagi" Zara menerobos masuk ke dalam kamar mandi.

"Yah jangan dong, kita mandi barengan aja biar cepet" ucap Kania menyusul Zara masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi, Zara dan Kania sarapan dengan satu telor ceplok dibagi 2 bersama nasi putih hangat.

"Baginya yang rata ya ka" Kania menatap ke arah piring berisikan satu telor ceplok buatan sang ibunda.

"Iya iya adek sayang, bawel !!!" sahut Zara sambil memotong telor tersebut dengan sendok.

"Ini dagangannya ya, harga satunya 500 perak aja" Marini meletakkan keranjang berisi jelly yang lucu-lucu dan gorengan yang kecil-kecil yang akan dijual oleh Zara dan Kania.

"Kenapa tidak kita jual seribu aja bu, biar untungnya banyak trus uang kita cepat terkumpul banyak" sahut Kania terus mengunyah makanan.

"Kalau kita jual seribu takutnya kemahalan, ntar tidak ada yang mau beli, kan uang jajan anak-anak di sini gak banyak, kasian juga kan mereka" ucap Marini.

"Tapi uang jajan Mira banyak banget bu, kemarin aku liat dia bawa uang 50 ribu, uang jajan kita aja cuma seribu, bahkan kadang sering gak ada uang jajan" sahut lagi Kania.

"Mira kan orang tuanya kaya. Ya wajarlah uang jajannya banyak, gak usah membandingkan dia sama kita dek" sahut Zara.

Lihat selengkapnya