Matahari sudah selesai menjalankan tugasnya, menyinari bumi dengan sinarnya yang cerah. Kini waktunya sang rembulan memancarkan cahayanya yang begitu indah ditemani bintang berkelap kelip. Malam itu, Marini sedang sibuk melipat baju yang lumayan banyak, sedangkan Zara sibuk mengajar kedua adiknya mengaji. Dengan terbata-bata Ali mengikuti bacaan huruf hijaiyah yang diucapkan oleh Zara.
"Alif, ba', ta', tsa', jiem, ha', kho'"
Setelah selesai mengajari Ali, kini giliran Kania. Sebelum memulai mengaji Kania terlebih dahulu membaca doa.
"A'ujubillah" belum selesai Kania mengucapkannya, Zara langsung memotong karena salah.
"Buka ju dek tapi zu, kamu ini selalu saja ju, sudah berapa kali kakak bilang yang bener itu zu bukan ju, ngaji itu gak boleh asal, kalau pengucapan salah maka artinya juga salah dek, begitu kata almarhum bapak" terang Zara kepada Kania.
"Iya, iya kak, ngajarin itu gak boleh marah kak, harus yang sabar begitu kata almarhum bapak, ya kan bu ?" ucap Kania sambil menoleh ke arah ibunya seolah meminta pembelaan.
"Ih siapa yang marah, kamu tuh sulit sekali diajarin, bandel, ya kan bu ?" balas Zara yang tidak ingin kalah.
Marini hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua anaknya itu. Setelah selesai mengajari kedua adiknya mengaji, Zara dan Kania membatu ibunya melipat baju, sementara Ali asyik dengan dunianya sendiri.
"Bu ternyata jualan asyik ya, cepet banyak dapat duit, Nanti ibu bikin yang banyak-banyak biar uangnya juga banyak" ucap Kania dengan penuh semangat.
"Yang namanya jualan gak mesti tiap hari laku kaya gitu nak, terkadang juga ada sepinya dan ada juga ruginya. Seadanya saja kita jualan yang penting semuanya laku terjual dan ada untungnya" terang Marini masih sibuk merapikan baju-baju.
"Oh gitu ya bu, besok kita jualan lagi kan ?"
"Besok kan minggu"
"Oh iya Kania lupa" ucap Kania sambil menepuk jidatnya.
"Biasanya hari minggu kan kamu paling ingat" Zara ikut nimbrung pembicaraan adik dan ibunya.
"Kan lagi semangat-semangatnya jualan kak biar kita punya uang yang banyak biar cepet kaya, besok ibu kerja ke rumah bu rt ya ?" tanya Kania.
"Iya seperti biasa, hari minggu kan ibu kerja di rumah bu rt"
"Bu ... ibu tau gak, waktu kita pulang sekolah tadi para ibu-ibu banyak yang ribut di warungnya mbak Tika waktu kita lewat sana. Gak tau kenapa bu, mereka kayak marah-marah gitu, kira-kira ada apa ya bu ?" tanya Kania kepada ibunya dengan penasaran.
"Gak tau, seharian ibu cuma di rumah aja, baju segunung gini dari pagi sampai siang baru selesai dicuci untungnya hari ini panas jadi semua cucian bisa kering. Siangnya ibu masak trus istirahat jadi ibu tidak tau, entah apa yang mereka ributin" jawab ibunya yang juga ikut penasaran.
"Kakak tau gak kenapa ?kan waktu pulang sekolah tadi kakak langsung ke warungnya mbak Tila disuruh ibu beli beras"
"Yang Zara tau ..." Zara mengingat-ngingat kembali kejadian di warung mbak Tika sambil melirikkan matanya ke atas.
Siang itu, hari sangat panas sepanas hati para ibu-ibu yang sedang berkumpul di warung mbak Tika. Sebagian besar dari mereka marah, karena cream viral beberapa minggu kemarin yang katanya bisa bikin putih glowing banyak yang memakan korban, banyak dari mereka yang mengeluh kalau wajahnya bermasalah sejak memakai cream tersebut, termasuk bu Romlah yang kemarin kekeh kalau cream viral itu yang membuat wajah Susi rusak, wajahnya juga kemerahan terkelupas walaupun tidak semuanya yang memakai cream tersebut bermasalah, ada juga yang masih adem ayem.
"Ayo kita laporin polisi aja yang jualan itu, dia sudah menipu kita. Katanya cream viral itu aman sudah BPOM eh tau-tau nya abal-abal" ucap bu Romlah dengan penuh emosi.
"Iya, ayo kita lapor" sahut para ibu-ibu.
"Kata kamu kemarin, wajah Susi rusak bukan karena cream viral itu" ucap salah satu ibu-ibu.
Mendengar ucapan ibu-ibu, bu Romlah langsung melirikkan pandangannya kearah ibu-ibu itu dengan melotot dan membuatnya langsung terdiam.
"Besok kita serbu rame-rame mbak dempul yang jualan cream itu" ucap bu Romlah masih dengan rasa amarah.
"Enak aja dia punya banyak duit dari hasil jualan cream abal-abal dengan mengorbankan wajah cantik kita" tambahnya lagi.
"Kemarin aku liat di yutup ada dokter tuh yang me me me apa yah namanya, oh iya mereviyu cream yang abal-abal, kalau wajah kita jadi kemerahan setelah pakai cream katanya cream itu pakai merkuri, ciri-ciri yang diriviyu oleh dokter itu sama kaya cream viral yang kita beli, ngeri tau gak aku liatnya" cerita ibu-ibu berdaster motif macan.
"Ih ngeri banget sih jaman sekarang, untung kemarin aku gak ikut beli karena gak ada duit" ucap ibu-ibu lainnya.
"Jangan cuma menyalahkan si penjual, kita sebagai pembeli juga harus pinter pilih-pilih produk. Zaman sekarang banyak sekali produk kecantikan yang beredar baik yang legal dan juga ilegal, tinggal kitanya aja mau pakai yang aman apa gak" ucap bu rt yang tiba-tiba muncul.