Adzan subuh berkumandang, waktunya shalat subuh telah tiba, Marini bangun dari ranjang dipannya dia liat Ali yang tidur di sampingnya masih tertidur dengan pulas, sementara Zara dan Kania yang tidur di bawah juga masih tertidur pulas, suara adzan sama sekali tidak membangunkan ketiga anaknya, pelan-pelan Marini mengulurkan kakinya sambil mengusap-usap matanya karena masih merasa mengantuk, ia lihat lampu telah menyala, entah kapan listrik itu kembali menyala, ia sama sekali tidak menyadarinya. Marini turun dari ranjang kemudian mematikan lampu teplok yang masih menyala, ia segera berwudhu kemudian melaksanakan shalat subuh, selesai shalat ia membangunkan kedua anak gadisnya, namun hanya Zara yang bangun, sementara Kania sama sekali tidak bisa dibangunkan. Matahari muncul dengan sinarnya yang sangat cerah bersamaan dengan selesainya Marini memasak untuk anak-anaknya, selesai memasak, ia segera pergi ke rumah bu rt untuk melaksanakan tugasnya sebagai asisten rumah tangga.
"Zara jaga adik-adikmu ya, ibu sudah masak tadi, lauk sama nasinya ada di dalam tudung, nanti kalian makan sama-sama" Marini memberikan amanah kepada anak sulungnya.
"Iya bu, hati-hati" Zara melambaikan tangan kepada ibunya.
Setelah selesai menyapu dan mengepel, Marini segera mencuci baju yang lumayan banyak, sebagian pakaian ia cuci menggunakan mesin cuci dan sebagian lagi ia kucek karena pakaian tersebut bisa rusak kalau dicuci menggunakan mesin, tentu saja tenaga Marini lebih banyak terkuras apalagi matahari begitu terik bersinar, peluh berkucuran di dahinya. Selesai menjemur cucian, Marini beristirahat sambil merenggangkan otot-ototnya yang kencang.
"Ini Mar, minum dulu" bu rt membawakan minuman berupa es sirup.
"Terima kasih banyak bu" Marini meminum habis segelas es sirup yang sangat menyegarkan itu.
"Kalau cape istirahat Mar, kalau mau minum ambil mau kue ambil di atas meja sana, tidak usah merasa sungkan, nanti orang pikir aku begitu kejam sama kamu" ucap bu rt dengan sedikit bergoyon.
"Iya bu, oh ya bu rt boleh gak saya minta pendapat, minta saran bu rt baiknya saya gimana"
"Iya boleh, emang ada apa Mar"
"Gini bu, kemarin mbak Tika mengajak saya ikut jadi TKW, katanya gajinya gede, saya pingen merubah nasib keluarga saya, pingen hidup enak kaya orang-orang, pingen masa depan anak-anak terjamin, tapi disisi lain saya tidak tega kalau harus meninggalkan mereka, kalau saya jadi ikut, rencana mau menitipkan mereka ke panti asuhan, saya masih ragu dan bingung bu rt" keluh Marini kepada bu rt.
"Emang agen penyalur para TKI-nya itu di mana ?" tanya bu rt.
"Kurang tau bu, kata mbak Tika kenal lewat pesbuk. Kata dia legal kok bu jadi aman, trus dulunya si agen penyalur itu juga seorang TKW kemudian jadi agen penyalur sekarang dia kaya raya" terang Marini merasa yakin.
Bu rt diam sejenak, sambil berbicara pelan agar Marini paham maksud beliau.
"Gimana ya Mar, jujur saja saya kurang setuju, bukan karena apa-apa tapi jaman sekarang banyak sekali penipuan ujung-ujungnya disuruh bayar ini itu tapi tidak diberangkatkan dan orangnya menghilang. Apalagi Tika cuma kenal dia lewat facebook, di media sosial itu semua orang bisa ngarang tentang kehidupannya, jangan mudah percaya sama orang. Ali masih kecil masih butuh kasih sayangmu, aku tau hidup kamu sulit tapi Allah tidak tidur, rezeki anak-anakmu, masa depan mereka sudah gusti Allah tetapkan"
Marini terdiam mendengar pendapat bu rt, sejujurnya dia butuh dukungan dengan pilihan dia ingin menjadi TKW, tapi pendapat bu rt malah bertentangan dengan keinginannya.
"Aku memang tidak bisa bantu kamu banyak, pendapat aku sih Mar lebih baik cari rezeki di negeri kita saja tanpa harus meninggalkan anak-anakmu, kamu masih muda gali potensi dalam diri kamu. Tapi semuanya kembali lagi padamu, saya hanya bisa kasih saran saja"
Marini terdiam dan merenungi perkataan bu rt, sambil menghela nafas panjang Marini berkata "Benar juga sih pendapat ibu, sepertinya saya terlalu gegabah, saya ingin hasil instan punya banyak uang, saya terlalu dibutakan dengan dunia"
Tiba-tiba seorang warga bernama bu Siti datang dengan berlari, mengagetkan Marini dan bu rt yang tengah asyik berbincang-bincang.
"Bu rt gawat bu, pak rt mana ?" tanya bu Siti sambil ngos-ngosan.
"Ada apa Siti ?" tanya balik bu rt kaget dan bingung.
"Itu bu rt, para ibu-ibu ingin pergi ke pasar yang di perbatasan dengan kampung sebelah, mereka marah ingin menyerbu dan mengeroyok pedangan cream yang viral itu bu rt, ada yang bawa sapu, ada yang bawa kayu dan ada juga yang bawa panci sampai bawa beras, eh beras bukan beras tapi wajan, sudah kaya mau piknik masak bareng"
"Astagfirullah. Kemarin sudah saya bilang bicarakan dulu sama suami saya, malah mereka ingin main hakim sendiri, mana suami saya sedang tidak ada di rumah lagi"
"Ayo bu rt kita ke sana, bisa-bisa bonyok si mbak penjualnya dihajar para ibu-ibu, aku duluan ya bu rt" ucap bu Siti sambil berjalan cepat.
"Ayo Mar kita ke sana, jangan sampai nanti ada yang kenapa-kenapa, kita naik motor aja biar cepat sampai"
"Iya bu"