Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #18

Bab 18

Esok harinya ketika sore hari, Zara bersama ibu dan kedua adiknya pergi ke rumah pak rt untuk menanyakan kebenaran selebaran yang diberikan oleh pak Irwan kemarin.

"Assalamu'alaikum bu pak rt" salam Marini dari teras.

"Wa'alaikum salam, eh Marini, ada apa Mar ?" bu rt membukakan pintu.

"Bapaknya ada bu ?"

"Ada Mar, ayo masuk dulu, pak pak sini pak ada yang nyari'in" bu rt sedikit mengeraskan suaranya.

Pak rt keluar dari dalam kamar dan menemui Marini yang sudah duduk bersama ketiga anaknya di ruang tamu.

"Aku bikin minum dulu Mar" ucap bu rt.

"Gak usah repot-repot bu, kaya orang penting saja yang bertamu ini dibikinin minum segala" ucap Marini merendah diri.

"Saya bikin minum buat anak-anak kamu Mar, bukan buat kamu hihihi" canda bu rt sambil tertawa.

"Ibu bisa aja" ucap Marini juga ikut tertawa.

"Ada perlu apa Mar ?" tanya pak rt sambil duduk di kursi.

"Gini pak rt, benarkah selebaran ini ? katanya salah satu guru di sini, pak Irwan namanya beliau teman bapak" Marini memberikan selebaran itu kepada pak rt.

"Oh iya benar Mar, dia kawan lama saya waktu sekolah dulu, kemarin dia ke sini sekedar bersilaturahmi, memang aku yang meminta dia agar Zara bisa dimasukkan ke sekolah sana, saya banyak bercerita tentang Zara dan juga prestasinya jadi beliau tertarik untuk segera bertemu dengan Zara. Waktu kami ingin ke rumah kamu tiba-tiba saya mendapat telpon ada keperluan mendadak jadi dia berinisiatif ingin ke rumah kamu sendiri, saya cuma memberitahu arah rumah kamu dan memberikan foto kamu sama Zara. Jadi bagaimana Mar apa setuju kalau Zara masuk sekolah sana ? terang pak rt.

"Apa sekolahnya jauh pak ?"

"Lumayan sih Mar, tapi di sana ada asramanya, bagi siswa yang rumahnya jauh bisa menginap di sana"

"Untuk asramanya apa bayar pak rt ?"

"Bagi siswa yang kurang mampu dan berprestasi semuanya gratis Mar, kamu cuma perlu keluar uang untuk jajan Zara dan untuk makan juga sudah dijamin tiga kali sehari, cuma di awal masuk saja kamu perlu mengeluarkan uang yang lumayan banyak Mar, sisanya untuk spp, asrama, makan semuanya gratis"

"Oh ... begitu pak rt syukurlah kalau begitu, gimana Zara mau sekolah ke sana ? " Marini mengalihkan pandangannya kepada Zara.

"Zara sih mau bu, tapi untuk biaya masuknya apa ibu punya uang ?"

"Kamu tenang aja, tidak usah dipikirin, semua itu biar jadi urusan ibu, kamu cukup belajar yang rajin"

"Sekolah di sana bagus lo, kegiatan agamanya juga banyak bukan cuma pelajaran umum yang diajarkan tapi sekolah di sana juga semacam pesantren banyak pelajaran agamanya dan juga kegiatan keterampilan juga diajarkan, kamu juga tidak perlu khawatir Mar sekolah di sana asrama laki-laki sama perempuan dipisah dan dijaga ketat, pokoknya sekolahnya baguslah"

"Siapa yang mau sekolah pak ?" tanya bu rt datang membawakan minuman dan cemilan kemudian duduk di samping suaminya.

"Ini Zara mau masuk sekolahnya pak Irwan bu. Itu lo temen sekolah bapak dulu, kamarin dia ada ke sini waktu ibu lagi arisan" jawab pak rt sedikit menggeserkan pantatnya.

Bu rt membaca dan melihat-lihat isi selebaran itu.

"Sekolah bagus ini, banyak lo yang ingin masuk sekolah sini" ucap bu rt masih melihat-lihat selebaran itu.

"Nanti saya akan bantu sama pak Irwan kalau Zara mau masuk sekolah sana, ayo diminum " pak rt menggeserkan tempat minum satu persatu untuk Marini dan anak-anaknya.

"Kalau kakak sekolah di sana, berarti kakak gak tinggal sama kita lagi dong" ucap Kania tiba-tiba.

"Tapi kan kakak bisa pulang, gak selamanya kakak di sana" jawab Zara.

"Tapi kan nanti Kania kesepian, gak ada temennya" Kania cemberut.

Lihat selengkapnya