Pagi-pagi buta sekali, ada yang mengetuk pintu rumah Marini sambil mengucap salam.
"Assalamu'alaikum ... Mar, Marini"
Marini mengucek mata, hawa terasa sangat dingin, sangat malas sebenarnya ia bangun. Marini meregangkan badan yang terasa kaku, matanya masih berusaha membiasakan dengan cahaya redup di dalam kamarnya, ia lihat jam baru menunjukkan pukul 4 pagi. Marini bertanya-tanya dalam hati siapakah pagi-pagi begini mengetuk pintu, ia berjalan pelan menuju pintu. Sebelum membuka pintu ia buka tirai dinding di dekat pintu agar tau siapa yang berada di luar takutnya orang jahat, setelah ia tahu siapa yang di luar, Marini segera membuka pintu.
"Wa'alaikum salam, bu hajjah, tumben pagi-pagi sekali, ada apa bu ?" tanya Marini dengan wajah sedikit berantakan.
"Maaf Mar mengganggu tidur kamu, ini tolong cucikan baju saya dan anak saya, setelah subuh kami mau ke luar kota ada acara keluarga" bu hajjah memberikan 2 wadah besar pakaian kotor.
"Iya bu, dengan senang hati saya kerjakan" Marini merasa sangat senang karena dapat pekerjaan lumayan buat beli beras dan kebutuhan anak-anaknya.
"Hati-hati ya Mar cucinya, semua baju ini mahal, apalagi punya anak saya semuanya bermerk"
"Iya bu, saya akan hati-hati"
"Ini Mar upahmu" bu hajjah memberikan beberapa lembar uang lumayan banyak bagi Marini.
"Kok upahnya duluan bu Hajjah, nanti saja kalau cuciannya sudah beres" Marini merasa tidak enak menerima upah terlebih dahulu.
"Tidak apa-apa, kamu pasti perlu. Ya udah Mar, aku pulang dulu ya nanti kalau cuciannya sdh beres tolong antar ke rumah saya ya. Assalamu'alaikum" bu hajjah berjalan meninggalkan rumah Marini.
Cuaca yang sangat dingin, hari yang masih gelap namun Marini langsung mengerjakan pekerjaannya itu, ia pilah terlebih dahulu baju yang kiranya gampang untuk dicuci akan ia cuci terlebih dahulu. Ketika lagi sibuk memilah-milah baju, Marini merasa terkesima melihat baju-baju anak bu hajjah yang sangat bagus-bagus dan cantik-cantik.
"Cantik sekali baju ini" ucap Marini berbicara sendiri sambil ia angkat dan ia ukur dress tersebut, yang terlihat sangat pas dibadannya.
"Kapan aku punya baju sebagus ini" ucap Marini sambil memandangi dress berwarna kuning emas itu.
"Ih nanti rusak lagi, inikan punya orang" Marini segera meletakkan dress tersebut kemudian melihat pakaian anak bu hajjah yang lainnya.
"Coba saja aku punya banyak uang, pasti aku juga punya baju yang bagus-bagus, kalau aku coba gak papa kali ya" Marini merasa sangat ingin mencoba dress berwarna kuning emas tersebut.
Marini mencoba dress tersebut yang memang sangat pas dibadannya, terlihat sangat cantik dan anggun dibadan Marini yang tinggi semampai itu, nampak seperti seorang model.
"Ibu ... ibu memakai baju siapa ?" tanya Zara keluar dari kamar tidur tiba-tiba mengagetkan Marini.
"Astaghfirullah" istighfar Marini mengelus dada.
"Ibu kayak liat setan aja" Zara berjalan ke arah ibunya.
"Baju siapa ini bu ?" Zara memandangi dress yang dikenakan Marini dari bawah sampai atas.
"Cantik sekali ibu memakai baju ini, ibu baru beli ya ?"
"Gak kok. Kenapa kamu bangun ? waktu sholat subuh kan masih lumayan lama" Marini berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Zara pingen pipis bu jadinya bangun, oh ya bu hari ini ... ee Zara mau pipis dulu sudah tidak tahan" Zara berlari ke arah dapur.
Marini segera melepas dress yang ia kenakan itu, takut kalau-kalau rusak. Ia bawa cucian yang banyak itu ke tempat cucian dekat sumur di luar rumah, lampu 5 whatt berwarna kuning itu segera ia nyalakan, remang-remang memang, dan terlihat agak seram karena masih pagi sekali. Marini ragu-ragu untuk mengerjakan tugasnya itu, disisi lain ia ingin tugasnya itu segera selesai dan bisa mengerjakan pekerjaan lain tapi disisi lain ia merasa takut.
"Ih gelap sekali, kok terlihat seram sekali ya, beda sekali waktu siang hari" Marini berbicara sendiri.
"Ibu takut, sini biar Zara temenin" ucap Zara baru keluar dari wc.
"Iya nih Zara, ibu mau mencuci tapi diluar gelap sekali"
"Iya ya bu, gelap sekali. Ya udah ya bu gak papalah kan kita berdua, lagian kan sebentar lagi siang" Zara menengok ke arah luar dari pintu yang terbuka.
"Kamu bawa dua buah ember yang ada di dalam kamar mandi itu" pinta Marini.
Zara segera menuruti perintah ibunya, mereka berdua langsung ke belakang dan mencuci pakaian. Hanya bohlam 5 watt itu penerangan mereka dibantu cahaya rembulan yang tidak begitu terang.
"Ih gelap sekali ya bu, serem lagi" ucap Zara melihat ke sekeliling sambil mengucek baju.