Sinar matahari tepat berada di atas kepala, dahi Marini mengeluarkan peluh yang terus menetes. Sesekali ia bersihkan peluh di dahinya itu dengan ujung bajunya sambil terus menjemur cucian yang terlihat masih banyak di dalam wadah yang besar.
"Bu istirahat dulu" teriak Zara dari balik pintu.
"Bentar lagi, mumpung panas, biar cuciannya cepat kering" jawab Marini terus menjemur pakaian.
Zara hanya diam melihat ibunya itu, ia ingin membantu tapi ia masih sibuk memasak untuk makan siang mereka. Zara ingin menyuruh Kania, tapi ia tidak tega karena Kania belum terlalu mahir melakukan kegiatan rumah tangga.
Hampir jam 1 siang, akhirnya kegiatan cuci mencuci selesai, cucian yang sangat banyak itu berjejer rapi di jemuran yang Marini buat khusus untuk cucian para pelanggannya. Zara mengambil piring kaca hadiah sabun colek yang dibeli oleh ibunya, ia tata piring dan minuman untuk mereka berempat, setelah selesai ia segera memanggil ibu dan kedua adiknya untuk makan bersama. Hidangan sederhana Ikan asin dan sayur kuah itu sudah sangat enak bagi mereka.
"Dek, cepat panggil ibu, kita makan siang bersama" pinta Zara kepada Kania.
"Iya kak" jawab Kania kemudian segera memanggil ibu di halaman belakang yang masih sibuk menjemur pakaian.
"Bu ... kata kakak makan dulu. Makanannya sudah kakak siapain" teriak Kania berlari kecil ke arah ibunya.
"Iya bentar, dikit lagi selesai" jawab Marini sambil membilas cucian kemudian menjemurnya.
"Sini biar Kania bantu, biar cepet selesai" Kania ikut membantu menjemur cucian tapi tangannya tidak sampai.
"Ih kok tinggi sekali sih talinya" keluh Kania terus berusaha menggapai tali jemuran.
"Sini biar ibu saja, kamu bantu bilas baju-baju itu saja supaya tidak banyak mengandung air biar lebih cepat kering"
Setelah bersusah payah memeras cucian dengan tangan mungilnya, akhirnya Kania dan ibunya selesai menjemur semua cucian itu. Sudah pukul 1 siang lewat, tenaga mereka terkuras dan perut mereka keruncungan tanda ingin segera diisi.
"Wah kakak masak apa ? kayaknya enak" mata Kania melirik makanan yang dimasak oleh Zara.
"Kakak coba resep dibuku waktu kemarin baca-baca buku resep makanan punya ibu guru di sekolahan " jawab Zara duduk lesehan di depan makanan yang tersedia.
"Aku pingen coba dong" Kania mengambil makanan itu dengan tangan kosong.
"Ih cuci tangan dulu" Zara segera menepis tangan Kania.
"Iya, iya" Kania memoyongkan bibirnya.
"Jangan lupa baca doa dulu, biar setan gak ikut makan" nasehat ibunya.
Kania menengadah tangan dan berdoa, selesai berdoa ia langsung menyantap makanan.
"Bu, kata ibu guru minggu depan sudah harus bayar untuk acara jalan-jalan perpisahan nanti, kalo gak bisa dikasih waktu paling lambat sampai akhir bulan ini" ucap Zara kepada ibunya sambil menguyah makanan.
"Iya, nanti ibu kasih uangnya sama kamu"
"Kak, Kania boleh ikut gak, Kania pingen jalan-jalan, sesekali jalan-jalan, bosen tau di rumah mulu" rengek Kania kepada Zara.
"Gak boleh, ini khusus untuk seluruh kelas 6 dek. Nanti kalau kamu sudah kelas 6 juga akan jalan-jalan"
Kania cemberut sambil memainkan nasi di piring "Yah kalau nunggu kelas 6 masih lama banget"
"Ya kan peraturan dari sekolah begitu dek, bukannya kakak gak mau ajak kamu"
Marini tersenyum, berusaha membuat Kania tidak bersedih, ia berkata "Nanti kalau ibu punya uang banyak kita jalan-jalan, doa kan ibu supaya sehat terus agar bisa cari uang yang banyak buat kalian"
"Bener ya bu. Kania akan berdoa terus supaya kita bisa jalan-jalan bersama, Kania pingen ke pantai bu sama ke mall" Kania sangat bersemangat sambil tersenyum bahagia.