Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #23

Bab 23

"Selama kita masih bernapas, selama itu pula masalah akan terus silih berganti. Ketika kita sedang mendapat nikmat pun sebenarnya kita juga sedang diuji. Contohnya kita mendapat rezeki berupa uang dari arah yang tidak disangka-sangka, itu nikmat sekaligus cobaan dari Allah, bagaimana kita bisa memanfaatkan uang tersebut dengan baik, jangan sampai uang tersebut malah kita gunakan ke hal yang tidak baik, misalnya berjudi, untuk beli narkoba dan malah pelit bersedekah, itu kan salah. Banyak sekali dalam hidup ini yang kita sangka nikmat dari Allah tapi sebenarnya istidraj', ini bahaya sekali nih, kalau kita mendapat cobaan berupa musibah biasanya kita cenderung beristighfar, ingat akan kesalahan kita tapi kalau istidraj' ini kita diberi nikmat berupa badan sehat tapi malas beribadah, punya harta banyak tapi pelit bersedekah. Ibadah kita bolong-bolong tapi rezeki mengalir deras seolah-olah Allah sayang kita padahal sebaliknya Allah biarkan kita terbuai dengan segala hal yang dimudahkan. Percayalah Allah sedang berpaling dari kita, itu seharusnya yang kita takutkan" ceramah seorang ustad di rumah salah satu warga yang sedang mengadakan pengajian.

Marini termenung mendengar ceramah dari ustad tersebut, membuat ia terhenti dari tugasnya hingga si tuan rumah bu Fatimah memanggilnya "Mar, jangan lupa sambel sama kerupuknya juga dibuat ya bersama dengan nasi ke dalam kotak"

"Oh iya bu" ucap Marini kaget dan langsung melanjutkan tugasnya.

Hari itu, Marini mendapat pekerjaan membatu bu Fatimah menyiapkan segala kebutuhan untuk acara pengajian tersebut hingga acara selesai. Pekerjaan apapun Marini lakukan selagi halal, termasuk membantu-bantu acara untuk pengajian hingga acara kawinan. Selagi tenaganya bisa diandalkan maka dengan senang hati ia menerima berbagai macam pekerjaan.

"Mar, tolong kamu kasih kue-kue ini kepada tamu yang baru datang" pinta bu Fatimah.

"Iya bu" Marini langsung membagikan kue-kue tersebut kepada para tamu yang baru datang.

"Bu Hajjah cucian ibu sudah selesai semuanya. Kemarin waktu mau nganter gak ada orangnya di rumah ibu" ucap Marini setibanya bu Hajjah datang di acara pengajian tersebut.

"Oh iya Mar, gak apa-apa. Kebetulan baru kemarin sore kami ada di rumah, setelah beberapa hari ada acara keluarga sekaligus liburan"

"Nanti sore akan saya antar bu, setelah pekerjaan saya di sini selesai. Ini silakan dimakan bu kuenya" Marini menyajikan berbagai cemilan kepada para tamu yang baru datang.

Acara pengajian itu dihadiri banyak tamu undangan, tentu saja banyak juga pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Marini. Tenaganya banyak terkuras tapi sebanding dengan upah yang ia dapat. Marini tidak seorang diri melakukan pekerjaan itu, ada tiga orang lainnya yang juga ikut membantu kegiatan acara itu di rumah bu Fatimah.

Matahari sudah mulai merendah, sebentar lagi siang akan segera berakhir dan akan digantikan malam. Setelah hampir tiga jam, acara pengajian itu berakhir. Para tamu satu persatu pulang, kini tugas Marini dan ketiga temannya itu membereskan semuanya.

"Ayo kalian semua makan dulu, nanti kalau pingsan saya tidak tanggung jawab loh" ucap bu Fatimah kepada ke empat orang pekerja dadakan itu termasuk Marini dengan sedikit bercanda.

"Iya bu" jawab mereka serentak.

Mereka menikmati makanan yang disajikan oleh bu Fatimah dan tak lupa bu Fatimah juga memberi mereka makanan untuk di bawa pulang.

"Ini untuk kalian, terima kasih banyak lo sudah membantu" ucap bu Fatimah sambil memberi mereka masing-masing satu kantong kecil makanan dan juga amplop berisi uang untuk jasa mereka itu.

"Nanti kalau ibu memerlukan jasa kami, kami siap bu, kapanpun ibu memerlukan" tawar salah satu pekerja sambil tersenyum ramah dengan sedikit membungkukkan badan.

Bu Fatimah tersenyum sambil berkata "Iya, kalau saya perlu bantuan kalian lagi, akan saya hubungi"

"Apa ada lagi bu yang perlu kami kerjakan ?" tanya Marini.

Bu Fatimah melihat-lihat ke sekeliling "Sepertinya tidak ada lagi, kalian boleh pulang, anak suami kalian pasti sudah menunggu"

Marini dan yang lainnya bersiap pulang, ketika hendak melewati pagar rumah bu Fatimah memanggil Marini dengan sedikit berteriak.

"Mar, Marini tunggu sebentar Mar"

Marini langsung berbalik badan dan menghampiri bu Fatimah "Iya ada apa bu ?"

"Mar, ini ada sedikit uang untuk jajan ketiga anakmu, terima ya" bu Fatimah menyelipkan 2 lembar uang 50 ribu ke tangan Marini.

"Banyak sekali bu Fatimah" Marini kaget diberi uang yang lumayan banyak baginya.

Marini spontan membalikkan satu lebar uang ke tangan bu Fatimah "Satu lembar ini sudah cukup bu buat jajan anak-anak."

Bu Fatimah mengembalikan kembali uang tersebut ke tangan Marini "Ini rezeki anak-anak kamu, jangan ditolak, tidak baik"

Lihat selengkapnya