Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #27

Bab 27

Hari Minggu itu, Marini terpaksa membawa Ali bekerja di rumah bu rt karena Zara melakukan tamasya bersama teman-temannya, sementara Kania sibuk bermain dengan teman sebayanya dan juga tidak berani menitipkan Ali pada Kania yang masih anak-anak itu.

"Maaf bu hari ini saya izin bawa Ali kerja, karena gak ada yang jaga di rumah" ucap Marini setibanya di rumah bu rt.

"Gak papa Mar, yang penting kerjaan kamu beres. Aku tinggal dulu ya Mar, kami mau jemput Aida Aira di rumah orang tuanya. Kamu kerjakan saja seperti biasanya" ucap bu rt sambil merapikan baju di badannya.

"Iya bu" jawab Marini singkat.

"Kalau kamu belum makan, makan aja dulu Mar ajak Ali juga. Di atas meja ada banyak makanan"

"Iya bu terima kasih"

"Setelah kami pergi, kamu kunci aja semua pintu ya. Takut ada maling"

"Iya bu, nanti saya kunci semua pintunya"

Marini mengerjakan pekerjaan seperti biasanya. Hari itu memang lebih repot dibanding biasanya, karena harus menjaga Ali juga. Sesekali Marini menengok Ali yang asyik bermain sendiri, takut kalau Ali merusak barang milik pak rt dan bu rt.

"Ali jangan nakal ya. Jangan kemana-mana, di sini aja" ucap Marini kepada Ali.

Ali mengangguk tanda paham maksud ibunya itu.

"Mamam" ucap Ali ingin meminta makan sambil mengicap mulutnya.

Marini memberikan kue kering yang ada di atas meja. Karena memang sudah dapat izin dari bu rt. Ketika mengangkat toples, Marini menemukan uang 300 ribu dengan lembaran 100 ribu ketiganya.

Marini mengambil uang tersebut dan mengangkatnya untuk memastikan bahwa itu uang asli atau palsu "Asli ! Ini pasti uang bu rt" gumam Marini bicara sendiri.

"Uang sebanyak ini, apa bu rt lupa ya. Aku simpan kan dulu deh, takut ilang kalau ditinggal di sini" Marini menyimpan uang tersebut ke dalan tas kecil miliknya, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya.

Sore hari tiba, waktunya Marini pulang, seharusnya begitu akan tetapi pak rt dan bu rt belum juga pulang. Marini sangat ingin pulang akan tetapi ia merasa tidak amanah jika harus pulang dan meninggalkan rumah bu rt tanpa dikunci, takutnya ada maling itulah yang ada dipikiran Marini. Dengan sabar ia menunggu, sekitar tiga jam kemudian pak rt dan bu rt baru datang. Mobil sedan hitam milik pak rt mulai memasuki halaman dengan pelan dan memarkirkannya ke dalam garasi. Bu rt langsung turun disusul oleh kedua anak angkat kembarnya yaitu Aida dan Aira.

"Maaf banget kami telat Mar, habisnya di jalan macet parah karena ada perbaikan jalan" ucap bu rt menghampiri Marini yang dari tadi berdiri di teras rumah.

"Gak apa-apa bu" jawab Marini singkat, sebenarnya ia ingin segera pulang karena Kania pasti sudah menunggu di rumah.

Bu rt mengeluarkan sejumlah uang untuk jasa Marini hari itu "Ini Mar, sekali lagi maaf ya. Ini ada sedikit oleh-oleh untuk anak-anakmu" bu rt memberikan makanan ringan, makanan khas kota sebelah.

Marini mengambil upah tersebut dan langsung pamit pulang "Saya pamit pulang dulu bu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam"

Hari sudah senja, matahari sudah berubah warna kejinggaan, tandanya sebentar lagi waktu magrib tiba. Marini mempercepat langkahnya agar cepat sampai, ia sedikit berlari sambil menggendong Ali.

"Kakak kamu pasti sudah menunggu di rumah. Sudah mulai gelap gini mana dia penakut lagi" Marini berbicara kepada Ali, walau ia tau Ali mungkin tidak mengerti maksudnya.

Di persimpangan jalan sudah terlihat rumah sederhananya itu. Dari kejauhan terlihat gelap dibanding rumah sekitarnya yang sudah terang dengan lampu.

"Ibu kenapa lama sekali" ucap Kania terlihat kesal.

Marini mengatur napasnya yang tersenggal "Maaf nak, tadi ibu nunggu bu rt dulu"

"Kania kan takut bu" ucap Kania berdiri di teras rumah yang sudah mulai gelap.

"Ayo masuk" Marini mengajak kedua anaknya masuk rumah, dengan perlahan ia mencari saklar lampu.

"Kakak kapan pulang bu ?" tanya Kania terlihat bete.

"Sore besok atau gak malam kayaknya baru sampai sini. Kenapa kangen ? ucap Marini menaruh oleh-oleh pemberian bu rt di atas meja dapur.

Lihat selengkapnya