"Bu ... Doa'in Zara ya biar lancar ujian hari ini" Zara meminta doa kepada sang ibunda.
"Iya, ibu doakan semoga ujian kamu berjalan lancar dan semoga Allah memudahkan kamu dalam mengerjakan soal-soal yang ada"
"Aamiin"
"Zara berangkat dulu ya bu. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
Zara berangkat sekolah lebih awal dari biasanya, karena hari itu ia akan melaksanakan ujian nasional. Tidak terasa waktu terus berlalu, Zara sibuk dengan sekolahnya sementara ibunya juga sibuk dengan kegiatan kelas menjahitnya. Marini terlihat telaten dalam menjahit dibanding peserta lainnya, setiap penjelasan guru pembina ia dengar jangan baik-baik dan setiap guru pembina mempraktekkan ia cermati dan lihat baik-baik. Marini sangat bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan itu baginya kesempatan yang ada jangan sampai disia-siakan dan belum tentu nantinya program dari pemerintah seperti ini akan ada lagi.
5 hari dalam seminggu kegiatan itu dilaksanakan selama 3 bulan. Marini giat sekali belajar, saat yang lainnya ikut kegiatan itu hanya sekedar untuk mengisi waktu luang dan ikut-ikutan saja, hal berbeda dengan Marini karena ia bersungguh-sungguh ikut kegiatan itu. Saat yang lain membuat grup masing-masing kelas yang diikuti tetapi Marini tidak ikut karena ia tidak mempunyai ponsel, hal itu sama sekali tidak mematahkan semangatnya. Marini malah tambah semangat, agar suatu saat bisa beli ponsel seperti orang-orang dari hasil menjahitnya kelak.
Hari demi hari berlalu, tibalah saatnya pengumuman kelulusan sekolah Zara. Semua hasil ia serahkan kepada yang maha kuasa, yang terpenting ia sudah berusaha semampunya dan berdoa tentunya, seperti orang bilang berusaha tanpa doa itu namanya sombong. Sejak ujian dilaksanakan dan sampai hari pengumuman, murid dari kelas 1 sampai kelas 5 libur panjang. Kania menghabiskan waktunya di rumah membantu ibunya dan juga ikut menjaga Ali ketika ibunya lagi sibuk bekerja dan ikut kelas menjahit.
"Zara kamu deg-deggan gak ?" tanya Sarah duduk dekat papan pengumuman bersama Zara.
"Banget malahan. Nih tangan aku keringetan" jawab Zara memperlihatkan tangannya yang basah karena keringat.
"Tapikan kamu pintar, selalu juara kelas. Gak kaya aku" Sarah merasa minder.
"Yakin saja kita semua lulus dengan nilai yang baik. Kita harus optimis" Zara memberi semangat kepada sahabatnya itu.
"Kamu kalau lulus rencana mau meneruskan kemana Zara ?"
Zara terdiam sejenak "Eemm ... rencana mau sekolah ... apa ya namanya aku lupa, tapi nantinya aku akan tinggal di sana di asramanya kalau berhasil sekolah di sana. Kalau kamu ?"
"kurang tau sih, kata papa aku nanti aku sekolah di tempat tante aku ngajar. Berarti nantinya kita gak ketemu lagi dong"
"Ketemu kok, pas lebaran dan libur sekolah hihihi"
"Sepi deh aku gak ada kamu"
Ditengah keasyikkan mereka mengobrol, bapak kepala sekolah membawa kertas tentang pengumuman kelulusan yang akan ditempel dimading sekolah. Melihat bapak kepala sekolah membawa kertas pengumuman tersebut, anak-anak dan sebagian orang tua murid yang ingin ikut melihat pengumuman itu walaupun para orang tua sudah dilarang pihak sekolah namun mereka tetap membandel, mereka semua berlarian menuju mading sekolah. Mereka berhimpit-himpitan melihat pengumuman itu dan alhamdulillah semua murid dinyatakan lulus alias 100 % semua lulus. Semua murid bersorak gembira dan saling berpelukkan, ada yang menangis terharu, ada yang tertawa gembira dan ada juga yang bersikap biasa saja.
Zara dan Sarah berteriak gembira sambil berpelukkan. Mereka bisa bernapas lega, tinggal mempersiapkan diri untuk kejenjang sekolah selanjutnya. Zara langsung pulang ke rumah untuk mengabari ibunya.
"Bu, ibu ..." Zara bergegas membuka pintu dan mencari-cari seisi rumah namun tidak ada ibunya dan juga kedua adiknya. Ia baru ingat jika ibunya berada di sawah tetangganya untuk menanam padi, Zara pun langsung pergi dengan berlari ke ladang tanpa mengganti baju terlebih dahulu.
Zara melihat ibunya dari kejauhan, walaupun jauh ia hapal betul dengan postur tubuh ibu tercintanya itu.
"Bu ... ibu ..." teriak Zara dari kejauhan namun ibunya tidak mendengar, Zara terus memanggil ibunya sampai ibunya mendengar dan terhenti dari aktifitas menanam padi.
"Ada apa ?" tanya Marini heran sambil berjalan menghampiri Zara.
"Zara lulus sekolah bu" jawab Zara dengan mata berbinar.