Hari demi hari berlalu begitu cepat, siang dan malam terus berjalan pada porsinya. Alur drama hidup Marini masih seperti biasanya, masih ada orang-orang yang suka bergosip tentang dirinya yang tidak-tidak. Gelar janda gatel masih melekat pada dirinya, tapi bedanya sekarang ia lebih berani melawan orang-orang yang suka membicarakan dirinya apalagi sampai memfitnah dirinya.
Hari itu seperti biasa Marini mengikuti kelas menjahit, pada hari itu yang mengajar ada dua orang satu laki-laki dan satu perempuan. Entah bermula dari mana sebagian peserta bergosip tentang dirinya. Bukan samar-samar lagi, dari arah belakangnya seseorang berkata kalau Marini telah menggoda suaminya dengan mengirim kata-kata mesra melalui pesan singkat whatsapp. Awalnya Marini tidak menghiraukan karena ia ingin fokus mengerjakan tugas dari guru pembina, tapi lama kelamaan perkataan mereka itu mengganggu konsentrasinya dan membuat panas telinganya yang tadinya adem ayem.
Sambil menghembuskan napas besar, Marini berdiri dan menghampiri segerombolan ibu-ibu muda dan beberapa ibu-ibu tua itu "Kamu ngomongin saya ?" tanya Marini to the poin.
Setelah dihampiri Marini mereka semua buang muka entah kemana, semua diam tidak ada yang menjawab. Mata semua orang yang ada di ruangan itu langsung tertuju pada Marini, kebetulan guru pembina sedang tidak ada di dalam ruangan.
"Beraninya cuma ngomongin saya dibelakang"
"Ee ... benar kan kamu pernah ngirim pesan mesra ke suami saya ?" tanya ibu-ibu usia kisaran 50 tahun dengan memberanikan diri.
"Apa buktinya kalau itu saya ? Denger ya bu dari dulu sampai sekarang saya gak punya yang namanya hape canggih seperti sekarang, jadi bagaimana bisa saya ngirim pesan mesra ke suami ibu"
"Buktinya aja nama dihape suami saya nama kamu"
"Emangnya nama Marini cuma saya yang pakai, banyak kok orang yang namanya Marini. Tuh ibu itu juga namanya Marini" Marini menunjuk seorang ibu di pojokkan.