Hari itu, cuacanya sangat mendung hingga akhirnya tidak tertahan lagi dan kemudian turun gerimis kecil menambah suasana terasa sedih namun juga bahagia karena hari itu Zara bersiap-siap untuk pergi ke sekolah barunya. Setelah berbagai macam syarat yang harus dilengkapi hingga akhirnya kegiatan belajar mengajar di sekolah akan segera dimulai. Walaupun Marini harus berutang uang sedikit kepada bu rt untuk menutupi biaya sekolah Zara, karena untuk di awal tidak semua ditanggung oleh pihak sekolah salah satu contohnya seragam sekolah.
Marini terpaksa tidak bisa ikut mengantar Zara ke asramanya dikarenakan kegiatan menjahitnya hari itu kedatangan dari banyak pejabat pemerintahan dan ia harus menjadi orang yang akan tampil diacara tersebut karena ia termasuk peserta yang telaten dan rapi dalam menjahit dibanding yang lainnya.
Mobil bu rt mendarat di halaman rumah Marini yang sedikit becek itu. Kania menengok ke arah luar dan memanggil ibunya yang berada di dalam kamar "Bu mobil bu rt sudah datang"
Marini dan Zara segera keluar, tak lupa juga berbagai macam baju dan perlengkapan sekolah yang lumayan banyak dikemas dengan rapi dalam tas. Sopir bu rt mengangkat perlahan barang bawaan Zara dan memasukkannya ke dalam bagasi.
"Maaf ya nak, ibu gak bisa mengantar kamu" Marini memeluk anak pertamanya itu dengan erat dan mata yang berkaca-kaca.
Zara hanya bisa mengangguk, ia tak bisa berkata apa-apa, air matanya jatuh tak tertahan. Dari tadi malam Zara terlihat murung, hatinya campur aduk antara sedih dan bahagia, ia sedih karena ini pertama kalinya ia akan jauh dari ibu dan kedua adiknya untuk waktu yang lumayan lama, dan juga ia bahagia karena ini awal jalannya menuju cita-citanya menjadi orang sukses.
"Belajar yang rajin. Jangan nakal ya kamu di sana. Jangan lupa sholat dan mengaji. Kamu tidak usah khawatirin ibu dan adik-adikmu. Kamu fokus aja sama sekolah kamu ya" nasehat Marini berusaha menahan tangis namun akhirnya jatuh juga tapi tetap berusaha tegar agar Zara tidak terlalu sedih.
"Ingat ya kamu harus bisa menggapai apa yang kamu mau, jangan seperti ibu, ibu boleh gagal asal kamu jangan" ucap Marini sambil menghapus air mata Zara yang terus jatuh di kedua pipinya.
Zara hanya bisa mengangguk sambil sesegukkan.
Melihat ibunya menangis, Kania juga ikut menangis sambil memeluk ibu dan kakaknya itu.
"Kakak nanti pulang ya, jangan lama-lama di sana. Kania gak ada temen tidur" ucap Kania sambil tersedu-sedu.
"Iya, nanti kakak pulang kok. Kamu jaga ibu sama adik, ingat jangan bikin masalah lagi. Kasian ibu, kamu bantui ibu di rumah jangan bikin ibu repot"
"Iya kak" Kania menangis semakin kencang.
"Udah ya nangisnya, malu diliat bu rt. Ayo masuk sana, perjalanan ke sana kan lumayan jauh" ucap Marini berusaha tegar.
Bu rt tersenyum sambil berkata "Ayo kita berangkat sekarang ya"
Zara melepaskan pelukkan ibunya kemudian bersalaman dan mencium tangannya.