Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #35

Bab 35

Tidak terasa sudah 1 bulan Zara mengenyam pendidikkan di sekolah barunya itu, awalnya ia pikir akan terasa berat, nyatanya tidak seperti yang ia bayangkan, semuanya dengan mudah ia lewati, Zara juga punya banyak teman yang baik padanya dan ia mudah beradaptasi, mudah bergaul, menjadikan dirinya disukai teman dan juga guru-gurunya.

Ditempat berbeda namun masih dibawah langit yang sama, Marini masih seperti biasanya. Kegiatan sehari-harinya menjadi buruh dan juga belajar menjahit. Tidak terasa juga sudah 2 bulan lebih ia ikut kelas menjahit, semakin hari semakin banyak ilmu yang ia dapatkan. Marini menjadi salah satu peserta yang sering mendapat perhatian lebih dibanding peserta lainnya sehingga membuat yang lain iri dan merasa di anak tirikan.

"Ayo yang lainnya gimana nih sudah bisa sepandai dan Serapi Marini belum menjahit nya" ucap guru pembina.

"Bu, kok apa-apa Marini terus sih. Disuruh contoh Marinilah, dia aja yang selalu dipuji-puji" ucap Rosita kesal.

"Bukan gitu, saya di sini cuma ingin kalian mencontohnya karena kan memang dia yang paling bagus dan rapi soal menjahit" jawab guru pembina.

"Gak usah pilih kasih napa bu"

"Saya gak pilih kasih, terserah kamu mau berpikiran seperti apa. Saya memuji Marini kan memang betul jahitan Marini paling bagus dan juga tentu saja saya ingin kalian semua juga seperti Marini"

"Marini kan memang pandai cari muka"

"Gak usah dicari Rosita, muka saya sudah ada di sini kok" ucap Marini dengan suara agak nyaring sambil menunjuk ke arah wajahnya sehingga membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa.

Wajah Rosita yang tadinya kesal langsung berubah memerah karena malu namun ia tetap tidak perduli.

"Dasar muka tembok" ucapnya.

"Kamu lagi ngatain diri kamu ya" ucap Marini tersenyum hampir tertawa.

Guru pembina hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Marini dan juga Rosita yang seperti anak kecil. Sifat dan sikap Marini sedikit berbeda dari dirinya yang dulu, ia tidak lagi berdiam diri ketika orang lain menghina dirinya apalagi sampai memfitnah dirinya. Terkadang ia bawa santai saja ketika ada orang yang menggosipnya, seperti hari ini ketika Rosita berkata yang menyakiti hatinya namun ia tidak marah malah melawan dengan cara santai, dan membuat lawannya kalah.

"Nanti kalau sudah selesai, kumpulkan tugas kalian ke meja depan ya, saya mau keluar sebentar" ucap guru pembina.

Marini dan yang lainnya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, terkadang Marini keluar sebentar karena Ali harus ikut bersama Kania, ia tidak berani meninggalkan Ali bersama Kania hanya berdua di rumah dengan terpaksa ia membawanya. Syukurnya kedua anak itu pintar dan tidak menyusahkannya.

"Kalian jangan kemana-mana ya di sini saja, sebentar lagi pekerjaan ibu selesai kok" ucap Marini kepada Kania dan Ali yang lagi sibuk bermain masak-masak dari daun dan tanah.

"Iya bu. Bu boleh gak kami jajan"

"Iya tapi nanti ya kalau pekerjaan ibu sudah selesai. Sabar ya"

"Baiklah bu. Tadi Ali mau pipis tapi gak sempat Kania bukain celananya jadi deh basah" Kania memperlihatkan celana Ali yang basah dan kotor.

"Nanti kita mandi bersama ya di sungai kecil"

"Bener bu"

"Iya bener"

"Hore ..." Kania kegirangan karena sudah lama ia tidak mandi di sungai kecil yang sering mereka datangi itu, waktu Zara ada mereka sering mandi di sungai itu.

"Ibu masuk ke dalam dulu ya"

Marini mengelus rambut dan mencium pipi kedua anaknya itu, dan segera masuk kembali ke dalam untuk melanjutkan pekerjaannya. Dengan cermat dan hati-hati Marini menjahit hingga selesai paling awal dibanding yang lainnya. Namun guru pembina belum juga datang, karena ia ingin bergegas pulang tugas jahitannya itu ia titipkan kepada teman di sampingnya yang ia rasa amanah tentunya.

"Maaf mbak Nuri boleh gak aku titip punya aku. Soalnya anak aku sudah menunggu lama terus dia pipis dicelana"

"Iya Mar, taruh aja di sini nanti aku kasih ke guru pembina" jawabnya sambil terus menjahit.

"Terima kasih banyak ya"

"Iya Mar, sama-sama"

Setelah tugasnya ia titipkan, Marini buru-buru keluar dan membawa kedua anaknya itu untuk jajan sebentar ke warung mbak Tika.

"Kamu mau beli apa nak ?" tanya Marini kepada Kania.

"Permen coklat itu bu" jawab Kania menunjuk permen coklat yang berada di dalam toples.

"Ali mau permen coklat juga ?"

Lihat selengkapnya