Waktu begitu cepat berlalu kata itu sering orang-orang lontarkan ketika mereka merasa "Perasaan hari minggu baru kemarin kok hari ini hari minggu lagi ya. Gak kerasa ya lebaran sebentar lagi. Gak kerasa udah gajian lagi aja". Ya, seperti itulah juga yang dirasakan oleh Marini dan yang lainnya, karena hari ini hari terakhir kegiatan mereka berlajar menjahit. Tiga bulan lamanya pelatihan menjahit diadakan dan hari ini hari perpisahan mereka dengan guru-guru pembina. Dihari terkahir tidak ada kegiatan belajar jahit menjahit, namun jika masih ada yang tidak dimengerti boleh ditanyakan kepada guru pembina. Para peserta dan guru-guru pembina hanya berbincang-bincang ringan dan guru pembina memotivasi pada peserta agar ilmu yang mereka dapatkan bisa digunakan dengan sebaik-baiknya.
"Pak, bu. Katanya nanti kita akan dapat modal berupa mesin jahit buat yang menjahit, peralatan make up buat kelas tata rias dan peralatan masak buat kelas memasak ?" tanya salah seorang peserta.
"Iya benar, kalian semua yang ikut pelatihan ini akan mendapatkannya. InsyaAllah dalam 3 hari modal berupa peralatan tersebut akan datang dan dibagikan kepada kalian semua" jawab guru pembina.
Semua para peserta bersorak gembira, mereka terlihat sangat senang.
"Apa cuma dapat peralatan pak, apa uang tidak ada ? untuk beli bahannya gitu pak, bu ?" tanya lagi yang lainnya.
"Kalau masalah itu bukan wewenang kami. Tugas kami di sini hanya mengajar kalian sampai waktu 3 bulan ini"
"Terima kasih banyak lo pak, bu sudah mengajari kami dengan sabar"
"Iya sama-sama. Kalian bisa berlatih nanti di rumah dengan peralatan yang ada, kalau dirasa jahitan kalian sudah bagus dan rapi kalian bisa menjadikannya mata pencaharian. Kalian bisa belajar menjahit baju anak atau suami dulu di rumah. Dan juga gunakan media sosial kalian buat promosi usaha kalian nantinya supaya jaringan pasar kalian lebih luas lagi bukan hanya dari kampung atau tetangga kampung sini" nasehat guru pembina.
Setelah berakhirnya kegiatan pelatihan itu, mereka saling bersalaman dan saling minta maaf karena selama pelatihan itu mungkin saja ada salah dikata atau sikap, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Dan tidak lupa juga mereka foto bersama untuk mengabadikannya momen tersebut sebagai kenang-kenangan.
Berakhirnya kegiatan itu membuat Marini bisa lebih fokus mencari uang untuk membayar utangnya kepada bu rt. Ketika waktu luang ia gunakan untuk belajar menjahit di rumah. Setelah menunggu 3 hari dan melengkapi persyaratan yang ada, akhirnya perlengkapan menjahit diberikan dengan lengkap sampai benang, jarum dan beberapa meter kain diberikan oleh pemerintah setempat sebagai bentuk apresiasi mereka kepada warga yang ikut pelatihan tersebut.
"Apa itu bu ?" tanya Kania ketika sebuah mobil mendarat di halaman rumahnya dan memasukkan beberapa benda ke rumahnya.
"Itu mesin jahit dan beberapa perlengkapannya" jawab ibunya sambil membuka pintu lebar-lebar.
"Ibu beli ?"
"Tidak, tapi dikasih sama pemerintah karena kemarinkan ibu ikut pelatihan menjahit"
"Cuma ibu yang dapat atau yang lain juga dapat ?" tanya lagi Kania yang selalu ingin tau.
"Semua dapat kok bukan cuma ibu aja"
"Terima kasih banyak mas" ucap Marini kepada dua orang pria yang mengantarkan mesin jahit tersebut.
"Iya mbak sama-sama, kami permisi dulu mau mengantar ke rumah yang lainnya" jawab salah satu orang itu dengan ramah.
Marini menjawabnya dengan senyuman, setelah 2 orang itu pergi, Marini segera menutup pintu dan melihat-lihat mesin jahit beserta perlengkapan lainnya.
Marini mengambil kursi kayu yang ada di rumahnya kemudian ia taruh di depan mesin jahit. Perlahan ia memasang benang dan juga jarum seperti yang sudah diajarkan, walau pelan tapi Marini berhasil memasangnya dan mesin jahit siap untuk digunakan.
Tangan Marini sedikit dingin dan gemetar ketika ingin menggunakan mesin jahit yang baru itu untuk pertama kalinya. Marini berpikir apa yang akan ia jahit untuk mencobanya, kemudian ia terpikir dengan baju Kania yang dulu terpaksa di gunting karena tidak bisa dilepas dari badan Kania.