Dibalik Peluh Ibu

Mahliana
Chapter #39

Bab 39

Marini senyum-senyum ketika puteri keduanya itu baru balik dari sekolah. Kania merasa heran melihat tingkah ibunya itu.

"Ada apa bu kok senyum-senyum gitu ?" tanya Kania sambil melepas sepatu.

"Ada berita gembira kah ?" tanyanya lagi.

"Gini, minggu depan kita akan nengokkin kakak Zara" jawab ibunya dengan semangat.

Kania langsung tersenyum dengan sumringah "Beneran bu"

"Iya beneran"

"Utang kita sama bu rt sudah lunas berarti ?"

"Masih ada sedikit. Kemarin ibu sudah minta izin untuk bulan ini tidak bayar utang dulu karena pingen nengokkin kakak kamu dan bu rt tidak keberatan"

"Yey ... Asyik Kania sudah kangen banget sama kakak"

"Ibu juga sudah kangen banget sama kakak kamu"

"Nanti kita naik apa bu ke sana, mobil ?"

"InsyaAllah naik bis mau nyewa mobil ongkosnya lebih mahal belum lagi bensin ama sopirnya"

"Gak masalah bu mau naik apa yang penting ketemu ama kakak. Nanti kita bawakan makanan apa ya bu buat kakak ?"

"Nanti kita masakkin makanan kesukaan kakak. Eemmm ... Bagaimana kalau ayam kecap, kakak kan suka ayam kecap"

"Iya bu, itu makanan kesukaan kakak. Ih Kania udah gak sabar pingen ketemu kakak"

"Kamu ganti baju dulu sana kemudian makan, ibu mau jahit baju punya bu rt dulu"

"Oke boss" Kania sangat bersemangat dengan hormat kepada ibunya seperti upacara bendera, Marini hanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu.

Kania sangat bahagia ketika diberitahu akan segera bertemu dengan sang kakak tercinta karena sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu, tentu saja ia sangat merindukan sang kakak dan Zara juga pasti sangat merindukan ibu dan kedua adiknya.

***

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, dari pukul 3 pagi Marini dan kedua anaknya sudah bersiap-siap dan tidak lupa juga Marini memasakkan makanan kesukaan Zara terlebih dahulu. Marini merasa riweh karena harus mengurus ini itu sendirian dari membangunkan kedua anaknya, menyiapkan pakian sampai memasakkan makanan untuk Zara, tetapi hatinya merasa gembira. Dan tidak lupa juga dari siang Marini menyewa ojek tetangganya sendiri untuk mengantarkannya dengan anak-anak ke terminal bus. Terdengar bunyi klakson motor dari halaman rumah sambil memanggil namanya.

Marini segera membuka pintu dan berucap "Tunggu sebentar ya pak"

"Iya" jawab tukang ojek.

Marini mengeluarkan tas yang akan ia bawa, tas yang ia bawa lumayan besar karena isinya pakaiannya sendiri serta kedua anaknya dan juga rencana mereka akan menginap satu malam sehingga membawa lebih dari satu stel baju, belum makanan untuk Zara dan bekal untuk mereka selama perjalanan.

Motor yang mereka tumpangi penuh sehingga harus berdesak-desakkan.

"Muat gak pak ?" tanya Marini.

"Muat kok, tenang aja" jawab pak tukang ojek sambil mengatur barang bawaan.

"Kania duduk didepan sini, di atas tas, dan Ali duduk di tengah. Kamu duduk dibelakang Ali sama ini kamu pegang kantong kresek ini sudah gak muat ditaruh di depan"

"Semua sudah siapkan ? Ayo kita berangkat, jangan lupa bismillah dulu supaya selamat sampai tujuan" ucap pak ojek kemudian pelan-pelan menggas pedal motor dan motor pun perlahan berjalan dengan penumpang penuh terdengar dari suara motor yang berat.

Suara motor bebek tersebut memecah keheningan kampung, tidak ada satu motor pun yang berpapasan dengan mereka, maklum yang namanya juga di kampung jam segitu orang-orang masih pada tidur dan hanya sebagian yang bangun untuk bersiap-siap sholat subuh, tetapi jika sudah memasuki perkotaan maka akan banyak motor dan mobil berlalu lalang.

"Jadi kamu sama anak-anak mau nengokin Zara ?" tanya pak ojek dengan melajukan motor yang dikendarai dengan kecepatan sedang.

"Iya pak. Ini baru pertama kali kami nengokkin Zara. Sudah kangen, lama gak ketemu" jawab Marini sedikit kedinginan karena angin yang berhembus ke wajahnya.

"Semoga perjalanan kamu dan anak-anak lancar selamat sampai tujuan. Semoga Zara nantinya jadi anak yang sukses begitu juga dengan kedua anakmu ini"

"Iya, terima kasih pak atas doanya"

"Gimana nak, gak dingin kan ?" tanya pak ojek kepada Kania yang dari tadi diam duduk di depan.

"Dingin pak tapi cuma dikit" jawab Kania dengan bibir menggigil terdengar suara giginya beradu.

"Dikit apanya, gemetar gitu" ucap pak ojek tertawa.

"Sabar sebentar ya, kalau sudah keluar dari perkampungan sudah gak dingin lagi kok. Karena kan kampung kita masih banyak pepohonan jadi wajar dingin gini" tambahnya lagi.

Dengan kecepatan sedang motor tersebut melaju hingga akhirnya sampai di terminal bus dengan selamat.

"Terima kasih banyak pak. Sudah mau pagi-pagi buta begini mengantar kami" ucap Marini sambil memberikan beberapa lembar uang.

"Sama -sama Mar. Kita tetangga memang harus saling tolong menolong"

Bapak tukang ojek tersebut langsung balik ke rumahnya. Sementara Marini menunggu bus yang akan mengantarkannya ke tempat Zara. Baru saja duduk adzan subuh berkumandang, Marini bertanya kepada petugas di terminal itu kapan bus yang ia tumpangi tiba dan berangkat dan syukurnya ia punya waktu untuk melaksanakan shalat subuh.

"Kamu sama Ali tunggu di sini ya. Ibu mau shalat dulu sebentar" ucap Marini kepada Kania.

"Iya bu" jawab Kania duduk di pelataran moshalla terminal.

Tanpa menunggu imam untuk shalat berjamaah Marini langsung shalat sendiri karena ia di kejar waktu untuk melakukan perjalanan. Tidak perlu menunggu lama setelah selesai shalat, bus yang akan ia tumpangi tiba dan langsung berangkat setelah para penumpang masuk.

Satu dua jam telah berlalu, bus masih melaju dengan kencang. Sebagian penumpang tidur begitu juga dengan kedua anak Marini, mungkin karena bangun pagi sekali sehingga membuat keduanya mengantuk dan tertidur pulas.

Lihat selengkapnya