"Ingat ya nak, belajar yang rajin" ucap Marini kepada Zara sambil mencium keningnya.
"Iya bu" jawab Zara singkat, walau hatinya sedih tapi kali ini ia berhasil tidak meneteskan air mata.
"Hati-hati ya bu di jalan. Kania jaga ibu, jaga Ali, bantu ibu di rumah, ingat jangan nakal jangan bandel" ucap Zara kepada Kania sambil membantu ibunya memasukkan barang ke dalam bentor/becak motor.
"Iya kak. Nanti kalau libur semester kakak pulang kan ?"
"Iya. Bentar lagi juga ulangan semester dan kakak akan pulang. Bu, gimana menjahit ibu sudah makin pandai ?"
"Iya dong ibu makin pandai trus semakin banyak lo pelanggan ibu" ucap Kania mencerucus.
"Kakak tanya sama ibu bukan kamu bawel" Zara menowel kening Kania dengan pelan.
"Alhamdulillah jahitan ibu makin bagus dan rapi. Alhamdulillah juga ibu sudah bisa bikin baju walau dengan model yang sederhana"
"Nanti buatin Zara baju ya bu"
"Iya, sebenarnya sebelum ke sini ibu pingen buatin kamu baju tapi karena pekerjaan ibu banyak jadi tidak sempat. Nanti kalau kamu sudah liburan, ibu bikinin yang bagus"
Zara hanya mengangguk, dadanya kembali sesak ketika melihat ibu dan kedua adiknya pulang dan hanya bisa memasang wajah senyum berusaha tegar dan begitu juga dengan Marini, sebagai ibu ia tidak ingin membebani pikiran anaknya dengan menangis di hadapan buah hatinya itu yang lagi berjuang belajar di kota orang yang jauh dari kampung halaman, ia ingin pikiran anaknya hanya fokus belajar.
Bus kembali berjalan ke arah kampung halaman, namun bus yang ia tumpangi berbeda dengan bus yang mengantarkannya sama halnya dengan suasana hatinya yang juga berbeda. Suasana di dalam bus terasa hening ditambah rintik hujan yang menambah suasana kian haru, Marini sangat ingin kembali berkumpul dengan ketiga anaknya tapi apalah daya semua demi kebaikan dan masa depan anaknya, Marini juga ingin masa depannya di sisa umurnya juga bisa berubah jadi lebih baik, ia fokus ingin berkarir di dunia jahit. Marini ingin sekali membeli handphone agar bisa dengan mudah menggaet pelanggan dan juga dengan mudah berkomunikasi dengan para pelanggannya jika ada suatu hal ingin ditanyakan.
Sedikit demi sedikit Marini membayar sisa utang kepada bu rt hingga akhirnya dengan perjuangan ia bisa melunasinya, kini ia berusaha menabung untuk membeli handphone ternyata tidak mudah juga menabung uang karena sering kali uangnya ia pakai buat kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah Kania hingga buat jajan Zara sekolah. Tidak ada handphone yang murah karena yang paling murah pun harganya 1 juta'an, banyak handphone bekas yang murah namun Marini ragu untuk membelinya takut baru sebentar memakai rusak dan hal itu hanya membuang-buang uang saja. Ingin berutang lagi sama bu rt Marini malu karena sudah sering berutang sama beliau walau selalu ia bayar, beruntung mbak Tika memperkenalkan ponsel milik temannya yang bisa memberi kredit handphone bulanan nya juga murah dan dengan mudah ia bisa kredit handphone yang ia inginkan dengan bantuan mbak Tika.
"Terima kasih banyak mbak Tika sudah mau membantu saya kredit hape ini" ucap Marini kepada mbah Tika sambil duduk di warungnya.
"Iya sama-sama. Sini biar saya ajarin Mar"
Dengan senang hati mbak Tika juga mengajari Marini cara menggunakan handphone dan juga cara menggunakaan media sosial. Tidak perlu lama Marini sudah pandai menggunakan media sosial dan mempromosikan keahliannya menjahitnya itu. Dengan ramah dan juga sabar Marini membalas satu persatu yang bertanya tentang harga ataupun hal seputar jahit menjahit.
Liburan sekolah sudah tiba, Zara bersiap-siap pulang ke rumahnya tanpa dijemput. Zara sudah diajari sang ibunda bagaimana caranya naik bus dan Marini juga mengajari agar Zara tidak makan pemberian orang yang tidak dikenal atapun jangan terlalu akrab dengan orang yang tidak dikenal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Zara anak yang mandiri, walaupun ada sedikit rasa takut di hatinya karena ini pertama kalinya ia berpergian seorang diri dengan jarak yang jauh. Akhirnya sampai juga di terminal kota tempat tinggalnya setelah berjam-jam naik bus dan tentu saja sebelumnya minum obat anti mabok.
Zara merenggangkan badannya ke kiri dan ke kanan supaya mengurangi rasa pegal di semua badannya "Akhirnya sampai juga" ucap Zara tersenyum lebar.
Zara mencari-cari tukang ojek yang mau mengantarkannya ke kampung halamannya, baru beberapa langkah berjalan ada seseorang yang memanggil namanya.
"Zara !!!" teriak Sarah dari dalam mobil.
Zara mencari-cari arah suara kemudian ia tersenyum lebar sambil melambai tangan dan menghampiri Sarah.
"Kamu mau ke mana ?" tanya Zara.
"Baru balik dari kondangan" jawab Sarah membuka pintu mobil.
"Eh nak Zara. Apa kabar kamu ?" sapa ibu Sarah yang duduk di kursi depan.
"Alhamdulillah baik bu" jawab Zara sambil menyalami tangan ibunya Sarah.
"Kamu sama siapa ?" tanya ibunya Sarah.
"Sendiri bu. Saya baru mau pulang ke rumah bu, mau liburan di kampung halaman"
"Jadi kamu baru pulang ? Aku pikir tadi kamu sama ibu kamu" ucap Sarah.
"Bareng kita aja pulangnya nak Zara. Tidak ada yang jemput kan ?"
"Gak bu, baru mau cari ojek"
"Ayo naik" Sarah mengambil tas yang ada di tangan Zara dan menyuruhnya naik.
"Apa saya gak ngerepotin bu"
"Ih jangan gitu kayak sama siapa aja kamu ini"