"Kamu pikir ini hotel, Rif?!". Suara Bu Lastri meledak dari balik pintu.
Arif terdiam, masih berdiri di depan tempat tidur Lina. Tangannya mengepal.
Nafasnya naik turun.
"Istrimu bukan ratu di sini! Jangan manja-manjaan!"
Ia menoleh pelan ke arah Lina.
Tubuh Lina menggigil di bawah selimut tipis. Keringat dingin terus mengalir.
Bibirnya pucat. Napasnya seret.
Arif menelan ludah. Hatinya menjerit.
---
Pintu kamar dibuka paksa.
Bu Lastri berdiri di ambang pintu. Di belakangnya, Amel dan Nisa melongok dengan wajah sinis.
"Masak nasi aja nggak bisa? Mertua dilawan?!"
Arif maju setengah langkah.
“Bu, bukan soal masak nasi. Lina sakit. Demam tinggi.”
"Biarin aja! Sakit-sakit dikit digede-gedein. Dulu Ibu juga sering sakit, tapi tetap kerja. Gak kayak dia!"
Amel nyeletuk, “Pura-pura doang itu. Tadi malam aja masih bisa nyuci piring, kok sekarang tiba-tiba ambruk?”
---