Hari-hari setelah jalan-jalan itu terasa agak berbeda bagi Dira. Meskipun mereka hanya berbicara sebentar, ada sesuatu yang membuatnya merasa lebih dekat dengan Alvaro. Terkadang, saat ia lewat di kantin atau di lorong sekolah, ia sering melihat Alvaro yang sedang tertawa bersama teman-temannya, tapi matanya selalu mencari-cari Dira. Seperti ada ikatan tak terlihat antara mereka. Tapi, perasaan itu membuat Dira merasa cemas.
Dia bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pertemuan singkat itu bisa meninggalkan kesan begitu mendalam? Sebelumnya, Dira tidak pernah merasa ada chemistry dengan orang lain selain teman-temannya yang sudah lama. Tapi Alvaro berbeda. Semua yang ia lakukan—cara dia tertawa, berbicara, bahkan cara dia mendengarkan Dira—membuat hati Dira berdebar.
Namun, Dira tahu satu hal: Alvaro adalah cowok yang sangat populer, dan ia bukan satu-satunya orang yang ingin lebih dekat dengan Alvaro. Di sekolah mereka, Alvaro sudah punya banyak teman, banyak penggemar, dan banyak yang berharap bisa lebih dekat dengannya. Dira merasa khawatir kalau perasaan yang ia rasakan hanyalah sebuah ilusi. Apa yang membuatnya begitu istimewa di mata Alvaro dibandingkan dengan semua orang yang mengagumi Alvaro?
Pagi itu, Dira terbangun dengan perasaan campur aduk. Ia merasa ragu untuk bertemu dengan Alvaro lagi, meskipun mereka sudah sering bertukar pesan singkat. Dira tidak tahu apakah ia hanya merasa senang karena perhatian yang diberikan Alvaro atau jika memang ada sesuatu yang lebih dalam antara mereka. Terlebih lagi, beberapa teman dekat Dira sudah mulai menyadari perubahan sikapnya.
“Lo kenapa sih, Dira?” tanya Sani, sahabat Dira, sambil duduk di sampingnya di kantin. “Kayak nggak biasanya, deh. Lo lagi deket sama siapa?”
Dira tersenyum canggung, mencoba untuk mengalihkan perhatian. “Gue nggak ada apa-apa kok. Cuma... capek aja.”
Sani mengangkat alis, tidak percaya begitu saja. “Hah? Lo pikir gue nggak tahu? Gue lihat lo sering banget senyum-senyum sendiri. Ada apa, nih?”
Dira merasa serba salah. Sani sudah terlalu pintar membaca perasaannya. Sebenarnya, Dira tidak ingin berbicara banyak tentang Alvaro. Tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi, melihat Sani yang terus menunggu jawaban, Dira akhirnya memutuskan untuk berkata jujur.
“Gue agak bingung, Sani. Ada cowok yang... baik banget sama gue. Tapi, gue nggak ngerti, ini cuma perasaan sesaat atau emang ada yang lebih.”
Sani menyimak dengan serius. “Siapa, tuh? Alvaro?”
Dira terdiam sejenak. Ia tidak pernah membayangkan akan berbicara tentang Alvaro dengan Sani, apalagi saat ini. “Iya, dia. Tapi gue nggak tahu, Sani. Dia itu populer banget, banyak yang suka sama dia. Gue cuma nggak ngerti kenapa dia tiba-tiba ngelakuin semua itu, ngajak gue jalan-jalan, ngajak ngobrol kayak gini. Lo pikir ini cuma... biasa aja?”