Dibawah Langit yang sama

it's me azizah~
Chapter #5

Keputusan

Dira menatap layar ponselnya yang terang. Pesan dari Alvaro sudah masuk lagi. Seperti biasa, pesannya singkat, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Dia mengajak Dira untuk bertemu di luar jam sekolah. Dira merasa sedikit gugup, apalagi setelah beberapa hari terakhir yang terasa penuh dengan kebingungan dan ketidakpastian. Semua yang terjadi antara mereka begitu cepat, dan terkadang Dira merasa seolah-olah sedang berlari mengejar sesuatu yang tidak bisa ia sentuh.


Pagi itu, Dira mencoba untuk fokus di sekolah. Namun, setiap kali ia melihat Alvaro di kelas atau di kantin, hatinya berdebar. Alvaro memang sering memperhatikannya, bahkan sesekali menatapnya dengan tatapan yang penuh arti. Tapi Dira tidak bisa mengabaikan satu hal—teman-teman Alvaro. Mereka sepertinya tidak terlalu suka dengan perhatian yang diberikan Alvaro pada Dira. Banyak yang mulai menganggap hubungan mereka sebagai gosip belaka, atau bahkan lebih buruk—sebagai sesuatu yang akan segera berakhir.


Saat bel pulang sekolah berbunyi, Dira langsung menuju tempat yang mereka sepakati: sebuah kafe kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Dira tahu bahwa ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah momen yang akan mengubah segalanya. Sebelum pergi, ia mengirim pesan ke Sani, sahabatnya yang selalu menjadi tempat curhat.


"Sani, gue lagi di jalan menuju kafe. Lo yakin gue harus ketemu Alvaro? Gue bingung banget."


Sani membalas cepat. "Lo pasti bingung, kan? Tapi coba deh, Dira. Lo gak akan tahu kalau lo gak coba. Jangan takut kalau itu bakal nyakitin, lo bisa belajar banyak dari itu."


Dira menarik napas panjang dan menutup percakapan itu. Ia tahu Sani benar. Tidak ada yang bisa dipelajari tanpa mencoba. Begitu sampai di kafe, Dira melihat Alvaro sudah duduk di meja dekat jendela, menunggu dengan ekspresi tenang seperti biasa.


Begitu Dira mendekat, Alvaro langsung berdiri dan menyapanya dengan senyuman hangat. "Hey, Dira. Senang lo datang."


Dira tersenyum kecut, merasa gugup meskipun Alvaro terlihat sangat santai. "Iya, gue juga. Gue… gue gak tahu harus mulai ngomong apa."


Alvaro tertawa pelan, lalu mengajaknya duduk. "Santai aja, kita cuma ngobrol. Biasa. Gimana sekolah? Ada masalah?"


Dira merasa lega mendengar Alvaro berbicara seperti itu, seolah-olah tidak ada tekanan sama sekali. “Sekolah... biasa aja sih. Cuma, belakangan ini gue ngerasa... agak bingung. Lo tahu kan, banyak yang mulai ngomongin kita.”


Alvaro menatapnya serius. “Lo khawatir soal itu?”

Lihat selengkapnya