Hari-hari yang dilalui Dira dan Alvaro terasa seperti melangkah di atas awan. Segala keraguan yang sebelumnya ada dalam diri Dira perlahan menghilang, tergantikan dengan perasaan yang lebih tenang dan percaya. Mereka mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama, lebih banyak berbicara tentang impian, ketakutan, dan apa yang mereka inginkan dari hidup. Namun, kebahagiaan itu seolah hanya bisa bertahan sebentar. Rintangan mulai muncul, seperti bayangan yang mengganggu kedamaian mereka.
Hari itu, Dira sedang duduk di kantin sekolah, sambil berbincang dengan Sani tentang pelajaran yang baru saja mereka pelajari. Namun, pandangannya tertarik pada Alvaro yang sedang duduk di meja lain bersama teman-temannya. Tiba-tiba, salah seorang dari teman-teman Alvaro, Dito, memandang Dira dengan tatapan tajam. Dito adalah teman dekat Alvaro yang sepertinya tidak begitu menyukai hubungan mereka. Selama ini, Dira bisa merasakan adanya ketegangan antara mereka, tetapi hari itu, Dito tidak segan-segan melontarkan pandangan sinis ke arahnya.
"Lo ngapain sih deket-deket sama Alvaro?" suara Dito terdengar di belakangnya, membuat Dira terkejut. Sani, yang duduk di samping Dira, menatap Dito dengan heran.
"Dito, lo ngapain sih? Kenapa lo selalu ngegangu Dira?" Sani langsung membela.
Dira mencoba untuk tetap tenang, meskipun hatinya mulai berdebar. "Gak ada yang salah, Dito. Kami cuma temen."
Dito mengangkat alis, seolah tidak percaya. "Temen? Lo pikir gue nggak tahu? Lo cuma main-main doang sama Alvaro. Lo gak cukup ngerti siapa dia dan apa yang dia inginkan, kan?"
Dira menahan nafasnya. Kata-kata Dito seperti pisau yang mengiris hatinya. Meskipun ia tahu bahwa Alvaro memang bukan tipe cowok yang mudah dipahami, tetapi mendengar kata-kata itu membuatnya ragu. Apakah benar selama ini ia hanya menjadi bagian dari permainan Alvaro? Mungkin selama ini ia hanya berpikir bahwa Alvaro serius, tapi apa yang terjadi jika semua itu hanya sebuah kebohongan?
Sani langsung berdiri dan menatap Dito dengan tatapan tajam. "Lo jangan asal ngomong, Dito. Kalau lo gak tahu apa-apa, mending diem aja."
Namun, Dito tidak peduli. "Gue cuma ngingetin lo aja, Dira. Lo jangan sampai jadi korban permainan Alvaro. Nanti lo yang bakal nyesel."