Dibawah Pedang Pora

Eggya Vaniesa Hediana
Chapter #4

Diantara 2 Kenangan Indah

Jam tanganku menunjukan pukul 8 pagi , dan aku sudah berada di bandara internasional Ahmad Yani Semarang , dengan baju apa adanya yang bisa aku gunakan pagi ini , Dito bilang padaku pesawatnya landing pukul 07.30 tetapi belum ada kabar apapun darinya hingga saat ini , ada perasaan sedikit cemas dan khawatir di dalam hatiku , tapi aku berusaha untuk berpikir positif .

"Mungkin delay , sabar aja Gia"

Sudah 30 menit lamanya aku menunggunya, nomernya pun tak dapat aku hubungi . Berkali-kali kucoba menefonnya tapi tetap tak dapat tersambung . Penantianku yang bisa dibilang cukup lama membuat perutku meronta seakan menuntut hak mereka . Ku gerakkan bola mataku mencari restauran di bandara . Berjalan mengelilingi bandara sendirian rasanya sedikit aneh seperti terasingkan di tengah keramaian . Mereka terlihat melintas bersama keluarga , kakak ,adik , pacar maupun suami . Ada rasa sedikit iri karena aku sendirian . Tak terasa kakiku menuntunku ke arah restauran yang ada di bandara . Aku melihat banyak sekali menu yang lezat tersedia seakan aku ingin memakannya semua tanpa harus memikirkan untuk diet , sayangnya ukuran perutku tak dapat menampungnya dan bayang-bayang bagaimana aku harus membakar lemaknya tersebut yang membuatku masih berpikir untuk tetap mengontrol apa saja yang masuk didalam tubuhku .

     Setidaknya roti dan telur ini cukup untuk mengganjal perutku yang sudah berdemo sejak beberapa menit yang lalu . Perutku meronta meminta haknya segera di penuhi . Aku makan dengan kondisi yang tak tenang karena memikirkan Dito yang tak kunjung memberi kabar . Entah , tak tau bagaimana keadaannya membuatku khawatir .Bagaimana tidak ? seorang pilot adalah profesi dengan tingkat resiko yang sangat tinggi . Ratusan nyawa yang harus dia tanggung. Satu kesalahan saja dapat berakibat fatal bagi satu pesawat tersebut . Hal tersebut yang menjadikanku tak tenang saat masih bersamanya . Rasa khawatir terus menghantuiku setiap saat . aku tau dia adalah laki-laki tangguh serta mampu bertahan dikondisi apapun hanya saja rasa khawatirku tak dapat di toleransi . ditambah lagi dengan intensitas bertemu yang sangat kurang serta komunikasi yang sangat jarang saat kami akan berpisah. Disatu sisi aku harus memikirkan sekolahku dan disisi lainnya aku harus memikirkan dia . Semua itu membuat pikiranku sedikit kacau .Pada akhirnya aku dan Dito memutuskan hal yang terbaik untuk kami berdua .Saat itu aku meminta padanya memutuskan hubungan kami untuk fokus ke impian masing-masing . Dito berharap dapat kembali saat impiannya tercapai .Dia janjikan itu padaku saat kami memutuskan berpisah .Dito memang benar-benar menepatinya hanya saja aku ragu untuk mengulang bersama . Aku dan Dito bersama tetapi aku merasa tak pernah mendapatkan waktunya bahkan dirinya . Terkadang hal tersebut membuatku khawatir dan kesepian menanti kepulangannya .

Sebagai seorang perempuan bukankah wajar apabila mengkhawatirkan laki-laki yang dia cintai ? Menanti kepulangannya tanpa kabar yang tak pasti bagaikan ujung pedang yang di hadapkan ke ulu hati , tinggal menunggu waktu saja pedang tersebut merobek setiap bagian di hadapannya . Memastikan setiap potongannya itu hancur tak berbentuk. Aku datang menjemputnya kali ini bukan karena aku ingin bersamanya lagi . Aku hanya ingin berteman dengannya serta menyerahkan semuanya pada takdir .

Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang. Dengan satu telapak tangannya disusul dengan suara seseorang yang ku kenal "Hayo tebak siapa ?". 

"Apaan sih dit, buka ak lagi makan nih," teriakku kesal . Tak lama setelah dimengangkat tangannya mataku langsung tertuju pada buket bunga yang dia berikan di hadapanku ."Buat kamu , dah lama aku gak kasih kejutan buat kamu " .kata laki-laki itu dengan lembut

" ohh.. iii..ya ma..kasih dit " , jawabku sedikit gugup dan ragu-ragu . Dia langsung duduk di hadapanku dan memandangiku . Sekarang suasana semakin terasa canggung bagiku. Aku tak dapat berkata apapun selain menatap makananku sembari makan perlahan. Aneh rasanya, mungkin karena kita sudah lama tak pernah bertemu . Benar katanya di telfon kemarin kalau dia semakin tampan mengenakan seragam pilotnya . Aku tak dapat memungkiri bahwa dia semakin terlihat bersinar . Aku mencoba membuat suasana sedikit cair tetapi aku tetap masih belum berani menatap matanya .

"Emmm…ini , aku mau selesai makannya… habis ini kita mau kemana , dit ?" .Tak ada jawaban terdengar dari Dito , aku menunggunya sambil menghabiskan sarapan yang ada dimeja. Sampai suapan terakhir pun masih belum ada jawaban dari dirinya , kucoba memberanikan diri mengangkat kepalaku dan menatap matanya .

"Kalau ngomong sama orang itu dilihat orangnya , sayang" . Jawabnnya lembut sembari menatapku . Laki-laki itu nampak menyangga kepalanya dengan satu tangan . Satu tanganya yang lain berada di atas meja . Dito tersenyum kepadaku membuatku jauh lebih canggung sekarang .

Aku menghembuskan nafas kuat mendengar jawabannya tadi. Jawaban itu bukan jawaban yang aku ingin dengar darinya . Tetapi jika dipikir-pikir ada benarnya juga apa yang dia katakan . Sejak dia duduk dihadapanku aku tak sekalipun berani melihatnya . Lucunya , aku malah sibuk dengan makanan yang ada dimejaku . Aku mulai merasa gugup saat mata kami saling bertemu dalam beberapa detik . aku tak kuasa menahan pesonanya yang terlalu memikat . Ku lemparkan lagi arah pandanganku ke sudut yang ada dibelakangnya agar mata kami tak saling bertemu .

"Gia nanti ikut aku ke lapangan lepas landas sebentar ya "

"Ngapain ?"

"Nurut aja deh pokoknya "

Dito menarikku dan langsung mengajakku ke arah lapangan lepas landas pesawat .

"Aku belum bayar loh tadi dit "

"Tenang udah aku bayar tadi sebelum aku ngasih kejuatan kamu"

Aku pun hanya diam dan membisu mendangar jawabannya .Bucket bunga yang tadi dia berikan masih ku genggam di tangan kananku .Aku berjalan mengikuti arah langkah kakinya berjalan hingga kami sampai di tempat burung-burung besi itu terparkir rapi .

"Kamu keluarin hp sekarang"

"Buat apa ?"

"Fotoin aku ya "

Raut wajahku berubah menjadi masam . Kata-kata Dito yang terdengar seperti main-main yang membuatku merasa kesal padanya .

"Udah tuh aku foto , eh kok kumismu kelihatan tebel sih "

" Ganteng kan"

" apaan sih , mau dikirim gak ini ?"

"Gak , itu foto buat kamu biar kamu inget terus sama aku "

Aku hanya terdiam dan melihat Dito yang sedang tersenyum menatapku. Otakku masih terus mencerna apa makna tindakannya kali ini. Dito memang orang yang penuh dengan teka-teki. Banyak kejutan yang dia berikan saat kami masih bersama . Kejutan yang ia berikan pasti berbeda setiap harinya . Dia pandai membuatku senang . Terkadang saat jarak memisahkan kami, dia sering mengirimiku kado . Entah itu berupa tas , baju atau yang paling aneh adalah tanaman hias . Banyak tanaman hias yang Dito berikan padaku . Saat kutanya mengapa dia memberikan tanaman hias itu . Dito menjawab “tanaman hias itu butuh dirawat , butuh disiram setiap harinya dan aku berharap saat kamu merawat tanaman itu kamu selalu teringat padaku”.

***

Tanpa ada basa-basi Dito menggandeng tanganku mengajakku ke arah tempat rental mobil yang ada di bandara ahmad yani . Mobil sedan berwarna hitam menjadi pilihannya . Dito merental mobil itu untuk membawa kami berkeliling kota Semarang selama 3 hari .

"Dit , mau kemana kita sekarang ?". tanyaku penasaran

"Ke hotel ya, naruh barang-barangku dulu baru nanti kita jalan-jalan "

"Iya dit"

Berjalan-jalan mengelilingi kota Semarang dengan laki-laki yang sudah setahun tak kutemui membuat diriku semakin bingung harus berkata apa , sesekali aku menoleh ke arahnya yang sedang menyetir di sebelahku .Dia tampak santai dan tak ada rasa canggung saat bertemu lagi denganku . Dia sesekali juga menatapku dengan memberikan senyum padaku . Hanya ada kami berdua didalam mobil dan aku masih berusaha keras untuk berpikir topik apa yang harus aku bicarakan dengannya . Darimana ? harus kumulai dari mana ? itu yang terngiang dalam benakku. Bagaimana caranya menyampaikan pembicaraan. Semua ini membuat kepalaku serasa berputar . Kemudian aku hanya menatap kaca depan mobil . Melihat pemandangan jalan raya yang ada di hadapanku . Tak lama terasa ada sentuhan hangat yang menggenggam tanganku . ku putar bola mata ke arah tanganku . Terlihat tangan laki-laki berseragam itu menggenggam tanganku . terdengar suara lembut keluar dari mulutnya.

"Gia , aku pengin kita seperti dulu, jangan lepaskan genggamanku ya "

Aku hanya terdiam tanpa memberi jawaban untuk perkataannya . Aku mencoba lepas dari genggaman tangannya . Sementara buket bunga masih kugengam di tanganku . Pikiranku jauh melayang , entah kemana yang pasti sekarang aku merasa otakku kosong bagai tak ada isinya . Aku mencoba fokus agar pikiranku tetap berada disini . Berusaha mencairkan suasana yang cenderung canggung saat ini .

"Dit , perutku dah teriak-teriak nih laper"

" Kamu tuh kebiasaan tukang makan laper terus kerjaannya , haha"

"Biarin , kan kalo makan kenyang terus gak sakit"

"Iya , iya cantik sabar ya ke hotel dulu nanti makan di hotel aja "

"Bener loh , jangan tidur nanti "

"Kan kalau aku tidur kamu bisa pesen layanan kamar sendiri , sayang"

"Haha siap pak bro , terserah aku ya mau pesen apa aja "

" iya sayang , pesen aja "

***

Tepat pukul 10.30 WIB , kami tiba di hotel tempat Dito memesan kamar untuk bermalam selama 3 hari di Semarang . Aku masih memandangi bunga yang ada di tanganku sebari berpikir bagaimana nantinya aku dengan Dito . aku tak mungkin tega menolaknya jika dia memperlakukanku seperti ini terus-menerus .

"Gia ayo turun dah sampai nih , kok bengong aja ?"

"Eh iya dit maaf aku brusan kepikiran tadi kompor di rumah udah ak matiin apa belum , hehe ". aku berdalih agar Dito tak mencurigaiku yang masih mencerna keadaan .

"Telfon aja orang rumah jangan malah bengong ,Gia "

"Kyaknya udah deh yuk masuk !" .Aku menarik tangan Dito untuk segera masuk ke dalam lobby hotel . Dito memandangi ku dengan tatapan bertanya-tanya. Ku g sampai masuk diandeng tangannya dalam lift .

"Oh ya kamarmu di lantai berapa , dit ?"

"Lantai 5 , kamar 507"

"Oke aku tekan 5 ya "

"Iya , kamu kenapa sih Gia kayak gugup gitu ?"

 "Enggak kok". Aku berusaha menampiknya. Aku segera mungkin aku bersikap setenang yang kubisa , walau terlihat sedikit aneh

............................" Ting "............................

Pintu lift terbuka dan kami pun keluar , menyusuri lorong hotel mencari kamar 507 .

Lihat selengkapnya