Dibawah Pedang Pora

Eggya Vaniesa Hediana
Chapter #8

Tamu Tak Terduga

" gia tunggu aku lulus ya dan aku akan melamarmu "

Kata-kata itu mengalun lembut di telingaku . kedua mataku membulat menatap dua bola mata yang ada di hadapanku , mata itu seakan menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja terlontarkan .

Seakan ada badai es di dalam mulutku , lidahku seketika beku dan susah untuk di gerakkan . Seluruh tubuhku bagai mati rasa terkejut tak dapat bergerak . Sebagai pusat pengendali , otakku berusaha keras memberi tanggapan atas apa yang sedang terjadi , mencari serta menyusun rencana sabagai tanggapan .

Entah terlalu lama menunggu atau bagaimana tanpa ada kata Rama mencium telapak tanganku . Aku masih tidak menggerti dengan apa yang terjadi pada manusia es ini . orang paling kaku melakukan hal seperti ini padaku rasanya masih tidak dapat di percaya bahkan meminta untuk menunggu dirinya .

TEKK ......

"Ahh.. rusak nih saklar listriknya " kataku

"Dari kapan rusaknya , kok gak dibenerin ?"

"Udah 2 hari yang lalu suka tiba-tiba mati gitu gak tau apanya yang rusak tapi biasanya aku tunggu beberapa menit terus baru keluar nyalain lagi"

"Tapi dinyalain bisa nyala kan ? "

"Bisa "

"Oke coba aku cek , kamu ada senter gak ?"

"Ada senter hp , tapi kamu emang tau tentang listrik ?"

"Tau dong , namanya laki-laki harus tau biar bisa berbenah rumah nantinya"

"Hehe ya udah , ayo kedepan coba kamu benerin kalo bisa "

"Siap bu bos "

Listrik di rumahku memang beberapa hari sempat mengalami konslet sering padam tiba-tiba . Aku sama sekali tidak mengetahui tentang listrik dan aku pikir itu hanya kerusakan biasa yang tidak berkelanjutan . Rama mulai memperlihatkan ke ahliannya . Dia meminta beberapa alat seperti taspen untuk mendeksi aliran listrik yang ada .

"Gimana ram tau gak apa yang rusak ?"

"Kamu ada taspen gak ?"

"Apa itu taspen ram ?"

"Itu yang kayak obeng buat mendeteksi ada aliran listrik gak "

"Oh yang kayak gitu , enggak ada kamu tau sendiri kan aku disini sendiri terus gak ada laki-laki di rumah jadi enggak ada alat-alat yang kayak gitu "

"Hmmm terus ini gak bisa di perbaiki kalau gitu , kamu tunggu sampai besok pagi dulu ya nanti pinjem tetangga kalau enggak panggil orang yang bisa memperbaiki listrik soalnya kalau di paksa nyalain lagi nanti bisa makin parah terus konslet lebih bahaya "

"Oh gitu ya ram "

"Iya , kamu ada lilin atau penerangan lain di rumah gia ?"

"Ada kok beberapa lilin "

"Ya udah ayuk masuk , udah malem gia"

"Iya ram "

***

Beberapa lilin telah kunyalakan untuk menerangi beberapa bagian di rumah seperti ruang tengah , ruang tamu dan bagian dapur . Meski cahayanya tak begitu terang tetapi cukup untuk menerangi setiap ruangnya . Rama duduk terdiam di ruang tengah . Matanya tertuju pada sesuatu yang berada di tangannya . Ditengah-tengah redupnya cahaya dia hanya sesekali mengalihkan pandangannya dan kembali lagi menatap benda di tangannya .

Benda itu tidak terlalu besar . Keterbatasan cahaya membuat diriku tak dapat melihat benda apa yang berada di tangannya . Jarak antara dapur tempatku berdiri dengan kursi di ruang tengah memang tak terlalu jauh tapi sekali lagi tanpa adanya cahaya yang cukup mataku tak dapat berakselerasi penuh untuk melihat dengan jelas benda tersebut.

Segera aku berjalan menuju tempatnya duduk . Dengan perlahan ku langkahkan kaki . Rama menyadari kedatanganku . Dia mulai berdiri dari tempat tersebut . Menaruh kembali benda yang dia pegang kedalam saku celananya .

"Giaa ada yang mau aku kasih buat kamu "

"Iya ?" Mataku terbuka lebar dan langku terhenti sejenak .

"Tapi coba kamu balik badan dulu ". Tangan Rama mulai mendekat ke arah leherku . Sebuah kalung Ia sematkan pada leherku . Kalung itu berliontinkan sebuah cincin berlian .

"Pas banget ternyata , suka enggak sama kalungnya ". kata laki-laki itu .

"Iya bagus tapi kok liontinnya cincin ?"

"Emm itu …maksudku sebelum aku resmi melamar kamu , lewat kalung ini aku buktikan kalo aku serius . Cincin itu adalah cincin untuk melamar kamu nantinya tapi untuk sekarang karena aku masih harus menyelesaikan pendidikan makanya cincin itu belum bisa aku sematkan di jari manis kamu . Kalau kamu mau nolak kamu bisa lepas kalung itu gia "

" maaf ram tapi aku gak bisa ...."

"Iya enggak apa-apa kok "

"Maksud aku maaf Ram aku enggak bisa lepas kalung ini , aku mau menunggumu dan menemanimu hingga nanti "

"Beneran ?? ... makasih gia ,makasih banget sayang" .

Lihat selengkapnya