Dada Asmara seolah akan meledak, ketika melihat Yoda, untuk kesekian kali mengoyak hatinya dengan belati! Kedua tangan perempuan berusia 37 tahun itu mengepal kuat, hingga kukunya nyaris menusuk kulit telapak tangan. Matanya memanas. Amarah menguasai hebat dirinya.
“Poligami itu lebih terhormat, dibanding main belakang seperti ini, Mas!” geram Asmara disertai menatap Yoda begitu kuat. Ia lalu menarik napas dalam-dalam kemudian mengalihkan pandangan ke seorang perempuan yang sedang makan malam romantis bersama sang suami. Ingin melabrak, dan menghujat sampai suara habis. Namun, untuk apa? Cinta Asmara pada Yoda sudah lenyap ditelan bumi sejak dikhianati bolak-balik. Ia lalu tersenyum merendahkan. “Siap-siap ketemu gue di pengadilan akhirat!” pungkasnya, sambil menunjuk selingkuhan Yoda.
“Dan, kamu, Mas–” Asmara kembali melihat Yoda, lalu menarik panjang napasnya, “Pernikahan kita cukup sampai di sini! Silakan lanjutkan perbuatan laknat kalian!” sambungnya, diakhiri senyuman pilu. Asmara pun melangkah ke luar dari restoran dengan desain semi outdoor yang terletak di selatan Jakarta.
Kalau bukan karena harus menemani sahabatnya, bertemu seseorang, mungkin sampai saat ini Asmara hanya menduga-duga siapa perempuan yang ia curigai. Ternyata, benar. Yoda masih berhubungan dengan perempuan yang sama. Perempuan yang sudah menghiasi dunia Yoda sebelum mereka menikah!
“Asmara!” panggil Yoda, mengejar Asmara. “Kamu kenapa nggak nanya dulu sama, Mas sama dia lagi ngapain? Kenapa langsung menyimpulkan sendiri?” tanyanya, melembut, setelah berhasil menghadang perempuan yang sudah 12 tahun menjadi istrinya.
“Do you think I’m blind? Or, stupid?” Asmara mendekatkan wajahnya pada Yoda. “Aku nggak akan bertahan untuk anak-anak. Aku nggak akan biarkan diriku dibuat terluka sepanjang waktu! Aku juga mau lah ngerasain bahagia, diperlakukan bak ratu sama laki-laki!” Asmara tersenyum puas.
“Nggak boleh! Kamu milik, Mas! Nggak ada yang boleh milikin kamu selain, Mas!”