Monika baru menikah setahun yang lalu dengan Faturohman, tetapi belum dikaruniai anak. Dan tinggal bersama suaminya di rumah milik orang tua Fatur yang sudah meninggal.
Saudara-saudara kandung dari Fatur tinggal di luar kota bersama keluarga masing-masing sehingga sebagai anak bontot, Fatur yang melanjutkan menghuni rumah itu.
Rumah itu tidak besar dan berada di lingkungan padat penduduk pluit. Dan setiap hari Monika pergi ke tempat kerja jalan kaki ke gedung perkantoran yang jaraknya kurang dari 1 km.
Sedangkan Fatur berangkat pagi-pagi sekali karena kerjanya di bekasi. Fatur setiap hari pulang pergi naik sepeda motor. Dan pulang menjelang waktu shalat Isya.
Oleh sebab itulah waktu magrib seperti sekarang Monika sudah di rumah.
Ruang tengah yang juga sebagai ruang tamu cukup lega, malah ada dua set sofa.
Dan di rumah ini ada tiga kamar. Dua kamar itu kosong, meskipun masing-masing memiliki ranjang dan lemari-lemari. Bahkan kamar paling depan yang paling luas.
Tetapi atapnya sudah banyak bolong dan bila hujan selalu bocor. Oleh sebab itu di kamarnya banyak ember-ember untuk menampung air hujan.
Pada saat itu Monika baru saja selesai shalat magrib.
Selesai shalat dia buka mukena lalu dilipat. Demikian juga dengan sajadah dan ditaruh di atas sprei tempat tidur.
Sajadah yang dia taruh jatuh melorot. Lalu dia pungut dan ditaruh kembali. Tetapi baru saja hendak pergi, sekarang giliran mukena yang jatuh ke lantai.
"Aduh," omel Monika lalu buru-buru diambil dan ditaruh kembali di atas ranjang bersama sajadah.
Tetapi baru saja melangkah di pintu. Sejarang sajadah dan mukena jatuh bareng.
Melihat itu Monika angkat bahu dan terus pergi.
"Kalo kalian maunya di lantai, ya sudah," gumam Monika yang punya urusan lebih penting. "Aku mau masak."
Bergegas Monika pergi ke luar kamar dan bersiap memasak.
Dia buka pintu kulkas.
Letak kulkas di ruang tengah.
Di depan pintu yang dia buka, sejenak mengamati punya apa saja?
Pekerjaan seperti memasak sudah biasa dilakukannya semenjak gadis sebagai anak kost.
Hanya butuh waktu sebentar mengamati, lalu mengambil beberapa sayuran dan dikumpulkan dalam wadah plastik yang ada di kulkas.
Setelah dirasa cukup, wadah itu dia bawa ke dapur yang letaknya di sebelah ruang tengah.
Untuk makan malam ini, dia sudah menyiapkan masak sop ayam.
Potongan-potongan daging ayam, kentang, buncis, brokoli, sayuran lainnya dicuci di bak cucian untuk wadah-wadah kotor.
Dan bumbu-bumbu menunggu giliran.
Setelah bersih Monika tunda dulu sayuran di wadah itu lagi, lalu menyalakan kompor gas dulu.
Ckrek, kompor gas sudah dinyalakan.
Lalu meraih panci di rak dan diletakan di atas nyala api.
Sekarang dia mengambil air jernih yang disimpan dalam ember yang letaknya di samping pintu kamar mandi.
Di atas ember ada tali untuk menaruh jemuran yang belum kering.
Seringnya ditinggal kerja, kadang-kadang jemuran menjadi basah lagi bila turun hujan.
Tetangga di sekitar masih banyak saudara dari suaminya. Sehingga seringkali pula bila mau hujan, jemuran dipindahkan oleh mereka ke halaman sehingga tidak menjadi basah.
Tetapi tadi siang turun hujan dan jemuran belum kering. Hari ini jemuran banyak sehingga ditaruh di tali yang membentang dan berada di dapur ini.
Monika membungkuk untuk menciduk air di ember. Tetapi
Sebuah sprei berada persis di atas ember dan bagian paling bawahnya menumpang di atas tutup ember.
Lalu Monika geser kain sprei itu sehingga tutup ember dapat dipindahkan dan diletakan di bawah.
Jeprut!
Tiba-tiba tali jemuran jatuh berikut salah satu pakunya yang semula tertancap pada tembok kamar mandi ikut tercabut.
Ah, sungguh merepotkan keluh Monika.
Tali jemuran itu sudah sering jatuh akibat pakunya lepas dari tembok.
Fatur sendiri beberapa kali memperbaiki tetapi tidak sempat dibuat permanen.
Sebelum mengambil air dari ember, Monika ambil dulu pakaian itu, kuatir kotor lagi setelah capek-capek dicuci.
Satu persatu pakaian dipungut lalu diletakan di atas sebuah kursi kayu hingga menjadi tumpukan. Dan terakhir sprei itu diletakan paling atas sebab paling panjang supaya tidak ada yang sampai menyentuh lantai.
Setelah selesai barulah bisa menciduk satu gayung air bersih dengan leluasa lalu ditumpahkan ke panci di atas kompor dengan hati-hati karena pancinya mulai panas.
Barulah sekarang mengupas kentang sambil menunggu air mendidih.
Selesai semua dikupas, air rebusan sudah bergolak, lalu memutar tombol ke kanan sedikit supaya nyala api lebih kecil.
Saat itu sayup-sayup Monika mendengar sebuah lagu diputar.
…