Diburu Mayat Hidup

Handi Yawan
Chapter #7

Manusia Bodoh

"Ibu Intan!?" Seru Monika mengenali orang yang duduk di depannya.

Demi melihat luka lebam di wajah Intan, Monika menjadi kasihan.

Tetapi Intan sendiri tidak peduli pada perhatian mantan anak buahnya.

"Kamu anak durhaka!" Ujar Intan sambil berdiri. 

Kenapa ibu Intan tiba-tiba marah dan dari mana dia datang? Dan sejak kapan berada di situ? Tanya Monika dalam hati.

Apakah aku sedang bermimpi? Pikir Monika.

Tetapi tidak ada waktu bagi Monika untuk memikirkan semua itu. 

Orang di depan matanya sedang memarahi dirinya tanpa sebab?

"Bapak mati malah nonton konser sama pacar dan teman-teman!

Sok cantik loe, sok laku! Sok populer!"

Telunjuk Intan menuding-nuding hidung Monika.

Monika mundur hingga punggungnya menyentuh dinding. 

Wajah Intan tepat berada di depan mata. Monika menjadi takut melihat wajah Intan yang buruk rupa. 

Sudah buruk oleh  luka-luka memar, lumeran darah dari hidung dan mulut menodai wajah pula. 

Kedua mata Intan tertutup oleh lebam sebesar kepalan tangan sehingga sulit membuka bola mata.

Rahang atas dan rahang bawah bila membuka tampak darah memerah di antara sela-sela gigi putih. 

Terutama yang membuat Monika tidak tahan adalah bau bangkai dari telunjuk itu tercium oleh hidungnya.

Monika membuang muka mencium bau daging busuk itu yang serta merta membuat perutnya mual.

Tiba-tiba kepala Intan tergelincir jatuh?

"Ih!" jerit Monika merasa kaget sekaligus takut. 

Sekarang sekujur tubuhnya lemas. 

Monika tidak tahan lalu  menjatuhkan diri di lantai.

Rambut Intan yang panjang hingga menyentuh punggung, acak-acakan dan bahkan sebagian menutupi wajah yang menggantung di dada.

Tapi dengan enteng kedua tangan Intan mengembalikan kepala kepada tempatnya?

Monika merasa ngilu melihat semua itu. Tetapi rupanya Intan sendiri tidak peduli dengan semua yang terjadi pada dirinya? Dia mengoceh terus tentang masa lalu Monika!

Intan mengacungkan kedua tangan ke atas dan pada kedua ujung jarinya muncul nyala api. Lalu wanita itu menggoyang-goyang tangan ke kiri ke kanan sambil ikut bernyanyi dengan lantunan lagu Ada Band yang terus mengalun …

"... Tak ayal tingkah lakumu

Buatku putus asa

Kadang akal sehat ini

Tak cukup membendungnya …

Hanya kepedihan

Yang s'lalu datang menertawakanku

Dia belahan jiwa

Tega menari indah di atas tangisanku …

Bapakmu akan dikuburkan, kamu baru pulaaang…!" Bentak Intan.

"Maaf, maaf …" Sesal Monika sesenggukan tidak tahan dengan semua kenyataan yang ditanggungnya.

"Telat!" Sangkal Intan sambil merentangkan kedua tangan dan mendekatkan wajah ke Monika. "Sesalmu telat. Anak tidak berguna!"

Sementara itu nyala api di kedua tangan Intan sudah padam.

Bila dalam keadaan normal, bisa jadi Intan saat itu sedang memelototi Monika. 

Monika hanya mampu menangisi diri sambil menutup wajah dengan kedua tangan. 

Intan benar, sia-sia penyesalannya. Tidak berguna! Aku manusia bodoh! Pikir Monika.

Masih terlihat di pelupuk mata Monika ketika Papa sudah di dorong dalam keranda oleh banyak orang menuju kuburnya.

Hanya rasa sesal yang membuncah pikirannya sehingga tidak tahu apa yang harus diperbuat?  dia ikut saja dinaikan ke dalam mobil oleh pamannya.

"Jangan sok, jadi orang!" Omel Intan. "Cari muka di tempat kerja cuma menimbulkan musuh. 

Pake ngelapor-laporin pekerjaanku segala. Memangnya kamu siapa hah, siapa …!?"'

Muka Intan semakin menakutkan buat Monika. Nyalinya sudah mengkeret.

Tapi Monika membela diri.

Lihat selengkapnya