Diburu Oleh Mayat Hidup

Handi Yawan
Chapter #9

Balapan Maut

Tapi sekarang Intan berbeda? Pikirnya.

Sejenak Irawan bergidik melihat wajah Intan. Ada kesan angker pada diri Intan sekarang!

Di atas sepeda motor trail, mengenakan baju kantoran, blazer dan rok warna hitam. Blazernya berkibar-kibar memperlihatkan kemeja putih dibaliknya.

Tetapi yang lebih gila dia hanya memakai helm proyek sehingga rambut panjangnya tertiup angin. Dan tanpa alas kaki!

Tanpa disadari sepenuhnya pemandangan itu membuat Irawan menarik handle rem lalu kedua kakinya turun.

Tiiiid

Telolet, telolet …

Hong, hong …

Tidid, tidiiiiid ….

Mendadak memberhentikan sepeda motornya, sontak dirinya diberondong oleh berbagai bunyi klakson kendaraan-kendaraan di belakangnya.

Mau tidak mau, terpaksa Irawan harus jalan lagi.

Aneh, apakah mereka tidak melihat perempuan gila yang naik motor trail? Gerutu Irawan.

Tetapi Irawan tidak boleh gagal fokus. Jalan ini sedang padat lancar, sedikit lengah, di belakang, klakson terdengar dibunyikan keras bersahut-sahutan.

Tiba-tiba perempuan gila itu muncul lagi.

"Tapi kamu ingat juga kan, waktu adu balap dengan RX king 135 cc!"

Baru saja si gila bicara, Irawan mendengar raungan khas knalpot sepeda motor RX King yang sejak tadi sudah dia dengar di belakang. 

Breteng, teng, teng, teng …

Bunyi knalpot motor itu memberi tahu posisinya sudah berada di samping Irawan.

Pada saat itu, pemotor RX King menyalip motornya. 

Irawan biarkan saja meskipun harus sedikit menginjak rem agar laju sepeda motornya melambat dan terhindar menabrak belakang motor orang itu.

Motor sport jadul itu maju memotong lajunya, hanya karena di depan ada celah sempit diantara kendaraan-kendaraan lain.

Hanya cara menyalip yang kasar memaksa Irawan spontan menarik handle kopling berbarengan rem tangan dijepit. Di saat yang sama, gas masih belum dikendorkan.

Brummm, suara mesin motor Irawan jadi meraung. 

Bagaimana pikiran orang itu? Pada saat macet begini masih ingin memotong jalur orang lain! Umpat Irawan.

Di jalanan adalah kesempatan.

Seperti pemotor RX King tadi yang mendahului Irawan, karena dia melihat ada kesempatan, sekalipun kecil, dengan berani dia ambil!

Pada saat yang tepat Irawan pun mendapat kesempatan bisa menempatkan sepeda motornya mendahului King Cobra itu tanpa harus meniru tindakan kasarnya. 

Setelah maju lagi, beberapa sepeda motor di depan bergerak seolah-olah membuka jalan untuk laju motor Irawan. Sehingga pengendara motor RX King Cobra berada di belakang beberapa meter tanpa mampu menyusul kembali karena terhalang oleh dua motor di depannya.

Kini Irawan sudah jauh di depan. 

Lewat spion dilihat RX King berada di antara dua buah mobil. Rupanya dia ingin mendahului mobil-mobil itu.

Breteng, teng, teng …

Irawan yakin dari suaranya motor King Cobra itu masih jauh.

Sementara lampu merah Buah Batu tinggal beberapa meter di depan. Dan beberapa kendaraan telah berhenti.

Bretenteng, bretengteng, teng, teng …!

Tiba-tiba didengar lagi raungan knalpot RX King. Tentu saja Irawan tetap jalan. Memangnya harus ke mana lagi? Apa harus membuka jalan untuk sepeda motor itu? Toh, di kiri dan kanan tidak ada kendaraan lain.

Bretenteng, bretengteng, teng, teng, teng …!

Celakanya sepeda motor itu melambatkan lajunya ketika sejajar dengan sepeda motor Irawan.

Rupanya pengendara itu sengaja memprovokasinya.

Sebaliknya Irawan menengok wajah orang itu. Orang itu tidak memakai helm tetapi wajahnya memandang lurus ke depan.

Orangnya berkulit kusam, seperti dibedaki dengan oli. Rambutnya keriting dan tubuhnya kurus.

Melihat provokasinya tidak berhasil, orang itu lalu maju mendahului Irawan sambil memotong jalur lagi.

Orang itu telah dua kali melakukan hal yang sama, berarti ada niat jelek padanya. 

Terbersit dalam niat Irawan untuk mengejar motor itu.

Biarpun motor itu RX King, motor legenda sebagai motor jet darat karena sepeda motor tercepat di jamannya. Tetapi motor yang ditunggangi Irawan 250 cc dan motor 135 cc itu jadul bahkan mungkin bukan orisinil.

Lihat selengkapnya