Hasil rekaman kamera cctv wireless itu bisa digunakan untuk apa saja oleh Sobirin.
Sekarang dengan mudah Sobirin bisa menjatuhkan dirinya.
Tapi Satrio seorang petarung sejati dan tidak mudah panik.
Sejauh ini Sobirin belum menyebar-luaskan hasil rekamannya.
Satrio berpikir, sudah pasti Sobirin menunggu dihubungi olehnya, Sobirin mau bernegosiasi dengannya.
Hm, apa yang menjadi alat tukarnya? Satrio harus tahu sebelum Sobirin nekad memviralkan ke medsos. Bisa hancur karirnya!
Setelah menimbang-nimbang, Satrio voice call langsung nomor Sobirin.
Tapi siapa sangka panggilannya langsung diangkat.
"Halo Bro, apa kabar," ucap Satrio. "Ada waktu bro, aku mau …"
"Mas Satrio ini Ivon," sahut di ujung sana. "Bang Sobirin sakit. Tapi dia titip pesan, Mas Satrio diminta datang ke rumah Bang Sobirin, sekarang juga."
Satrio merasa heran yang bicara Ivon? Tapi baru saja Satrio mau angkat bicara, sambungan diputus.
Yah diputus! Gumam Satrio. Tapi ada bagusnya. Sekarang Satrio menjadi enggan berurusan dengan orang itu setelah dia tahu siapa Ivon yang sesungguhnya.
Disisi lain ini Ibarat peribahasa 'pucuk dicinta ulam tiba'. Ada perlu ke Sobirin, malah diundang datang ke rumahnya.
"Djo, sekarang juga kita pergi ke rumah Sobirin," ujar Satrio. "Ajak ustadz Danil dan suruh dia tunggu di jalan, nanti dijemput."
"Kenapa si Ustad diajak, Sat?" Tanya Tedjo.
"Sekarang jelas, ustadz Danil salah. Semua ini bukan supranatural, tetapi murni rekayasa Sobirin. Dan biar dia lihat sendiri."
"Tapi bukannya dia bisa tahu yang sebenarnya, soal si Intan?"
"Bagian yang ini jangan sampai dia tahu." []
Malam itu mereka bertiga pergi ke rumah Sobirin.
Tedjo yang duduk di belakang setir mobil Hummer H2, mobil perang milik Satrio.
Satrio sendiri duduk di samping sopir sementara ustad Danil di jok barisan tengah.
Ustadz Danil merasa baru kali ini duduk di jok kulit yang enak untuk diduduki. Dan melihat interior mobilnya sudah pasti ini mobil yang mahal, pikinya. Tapi tidak tahu seberapa mahal dan hal ini tidak membuatnya kepo.
"Coba perhatikan foto-foto yang terjadi pada Ibu Monika dan Pak Irawan, Pak," kata Danil. "Ada kesamaan yang luput dari perhatian kita.'
"Apa itu?" Tanya Satrio sambil menengok ke belakang.
"Saya sudah membuang foto-foto yang tidak relevan." Sambung Danil. "Nah, Pak Satrio perhatikan yang saya beri lingkaran merah pada foto-foto ini. Saya share ya."
Tik, tik, tik …
Bunyi pesan, masuk ke hp Satrio. Lalu Satrio buka foto-foto kiriman dari ustadz Danil itu dan meneliti seksama.