Diburu Oleh Mayat Hidup

Handi Yawan
Chapter #12

Semua Menjadi Jelas

"Tadi kenapa?" Tanya Tedjo yang datang setelah memarkir mobil.

"Nanti kuceritakan di rumah, sekarang kita temui Sobirin dulu."

Mereka tidak perlu menunggu karena dua orang pembantu rumah tangga membukakan pintu untuk mereka.

Ketika berada di dalam, Ivon datang menyambut.

Ivon langsung memegang tangan Satrio.

"Ayo Mas Satrio ikut saya," Ujar Ivon. "Saya antar ke kamar tidur Abang Sobirin."

Kali ini Ivon mengenakan piyama tanpa memperlihatkan belahan dada atau punggung. Bahkan hiasannya sederhana. Dan rambut panjangnya digelung.

Tetapi memang Ivon cantik sempurna dan sikapnya lembut. Bila tidak mengenalnya tidak akan mengira dia seorang ladyboy.

Kini Satrio merasa canggung berjalan bersama Ivon.

Sementara itu ustadz Danil dan Tedjo mengikuti dari belakang.

Setiba di kamar tidur, tampak Sobirin sedang berada di atas ranjang, tetapi tubuhnya bersandar pada headboard.

Beberapa pelayan ada duduk di samping tempat tidur.

Di kamar itu tercium harum kemenyan yang dibakar. Aromanya memenuhi kamar dan mengingatkan di rumah ini sedang dilakukan sebuah ritual.

Ada wadah pembakaran kemenyan yang diletakan di bawah ranjang. 

Yang menarik perhatian para tamu, adalah kehadiran  banyak orang mengenakan sarung dan kopiah. 

Pemandangannya seperti orang-orang mengaji di masjid.

Masing-masing memegang sebuah kitab dan tidak henti-hentinya membaca ayat kursi dan surah-surah lainnya.

Sementara itu Sobirin mengenakan piyama juga.

Dan dia memang tidak bohong. Terlihat sakit dan tubuhnya pucat.

"Kamu sakit apa, Pak Birin?" Tanya Satrio.

Wajah dan tangan Sobirin mengkilat oleh keringatnya sendiri.

"Aku baik-baik saja," sahut Sobirin. "Kalo Pak Satrio melihat semua ini. Rumahku ini sedang dilakukan pembacaan tolak bala yang dilakukan mereka setiap hari."

"Tolak bala?" Ucap Satrio. "Dari apa?"

Pada saat itu Ivon mengambil sesuatu yang diletakan di atas bufet. 

Kemudian Ivon serahkan ke tangan Satrio. 

Tetapi kali ini sikap Ivon tersipu, bahkan kulit pipinya merona merah.

"Di situ ada rekaman kita malam itu." Ujar Ivon. 

Satrio menerima sebuah hardisk DVR dan goodie bag  dari tangan halus Ivon.

Satrio memeriksa tas itu yang ternyata isinya charger, kabel usb dan perlengkapan cctv lainnya.

"Aku tidak menyimpan copy-annya, sebab syarat ritual tolak bala ini tidak boleh ada benda itu dan apapun yang berkaitan dengan benda-benda itu lagi di rumahku."

"Kenapa kamu lakukan semua ini padaku?" Tanya Satrio tanpa aling-aling.

"Hei Satrio denger ya, jangan sok polos," sahut Sobirin. Kali ini nada bicaranya tinggi. "Aku mau balas atas semua yang kau lakukan padaku, kamu pikir aku baik-baik saja! 

Aku mau viralkan mega skandal ini ke sosmed! Biar seluruh dunia tahu, Satrio yang hebat, sebenarnya cuma seorang maniak sex!"

Mendengar umpatan itu, Satrio tersenyum sinis.

"Dan beruntungnya aku, eh sialnya aku, melihat kamu membunuh karyawanmu sendiri! 

Kamu pembunuh!

Lihat selengkapnya