Diburu Oleh Mayat Hidup

Handi Yawan
Chapter #15

Maut Menjemput Lisa

Berbagai perasaan berkecamuk di hati Lisa. 

Sekarang dia merasa terancam dan berusaha keluar dari mobilnya sendiri.

Lisa membuka sabuk pengaman lalu dia tekan tombol bagian bawah remote sehingga terlepas dan sekarang anak kunci pintu mobil nongol dari remote.

Tadi tidak berhasil membuka pintu dengan remote, sekarang dia gunakan anak kunci. 

Lisa masukan anak kunci ke lobang di handle. Sayangnya, berkali-kali diputar, pintu mobil tetap terkunci?

"Gak usah buru-buru mau keluar," ujar Intan. "Nanti ada waktunya."

"Mau apa kau?" Tanya Lisa yang telah putus asa. 

Rasanya Lisa mau marah, tetapi rasa takut kepada Intan lebih besar. Dia merasa Intan yang sekarang jauh berbeda. Sepertinya Intan mau memakannya hidup-hidup!

"Jangan takut, aku gak mau ngapa-ngapain kamu kok," hibur Intan sambil menengok ke arah Lisa.

Tapi boro-boro terhibur oleh wajah merayu Intan, yang ada Lisa malah semakin dibuat ketakutan. 

Jgrek, jgrek, jgrek …!

Kali ini Lisa sudah panik. Kedua tangannya menarik-narik handle pintu dengan kuat dan berharap pintu terbuka. Tetapi tetap sia-sia.

"Kira-kira kalo anakmu masih hidup, sekarang sudah SMA, ya?" 

Mendadak Lisa menunda usaha membuka pintu mobil!

"Citra?" Sahut Lisa. Mendengar anaknya disebut-sebut, hati Lisa menjadi bergetar. Tiba-tiba dia merasa rindu pada anaknya. 

Lisa hanya pernah punya anak sekali. Dan satu-satunya yang mengingatkan dia pernah punya anak yang sangat dia sayangi.

"Tau gak, sewaktu anakmu dibawa pergi oleh suamimu. Yang dipanggil-panggil adalah kamu. 

Tapi kamu sama sekali gak peduli, asyik wik wik sama si Satrio."

Kenapa aku sekarang teringat pada Citra, pikir Lisa?

Ibu Intan benar, bila Citra hidup, sekarang sudah SMA.

Tapi selama ini melihat anak-anak SMA, sama sekali tidak pernah ingat pada Citra?

Aku sibuk sekali. 

Benar lagi kata si Intan sialan, aku tidak mau miskin. Menjadi orang miskin itu tidak enak, terhina dan tidak dihargai orang lain.

Suamiku juga miskin, cuma karyawan bengkel pabrik.

"Kamu gak peduli Satrio punya Istri dan anak. Kamu gak peduli jadi gunjingan orang sekantor. Tapi kamu kok bisa lupa, rel itu tempat suami dan anakmu ditabrak kereta," Ujar Intan menunjuk ke rel kereta api di seberang jalan. "Hampir setiap hari kamu lewati jalan ini, tapi sama sekali kamu lupa. Akibat enak-enak bersama Satrio hingga kamu hapus kenangan bersama suami dan anakmu!"

Lisa teringat, sewaktu dijemput dari rumah oleh Satrio, mobil mereka melewati Citra dan suaminya yang berjalan kaki.

Citra tidak melihat, tapi suaminya melihat Lisa pergi dengan Satrio.

Hari itu hari pertama Citra masuk SD dan diantar oleh papanya karena Lisa tidak mau meninggalkan pekerjaan.

Ketika mobil berjalan beriringan dengan kendaraan lain. Di sebelah kiri jalan adalah rel kereta api yang sejajar dengan jalan aspal.

Pada saat itu datang kereta api yang lajunya melambat lalu berhenti.

Tampak dua orang masinis bergegas turun dari lokomotif dan berlari ke belakang?

Meskipun heran, Satrio membawa mobil maju terus.

Mereka tidak tahu kereta api yang datang dari arah stasiun Angke berhenti karena menggilas orang yang tetap berdiri di atas rel ketika kereta api lewat.

Kereta api itu menggilas suami dan anak Lisa. Dan Lisa baru mendapat kabar setiba mereka di kantor.

Lihat selengkapnya