Berlari, berlari, dan berlari. Resya rasa sudah hampir sepuluh menit dia berlari tanpa arah seperti ini. Karena kehabisan nafas, dia berhenti. Tangisannya sudah reda, justru rasa sesak yang masih senantiasa berdiam diri disana.
Ah, rasanya aku mau gila. Resya mengusap wajahnya kasar, lalu meraih ponselnya. Dengan cepat, dia mengirim pesan ke kedua orang tuanya kalau dia di sedang mengerjakan kerja kelompok di rumah Citra. Bagus, semakin pengecut saja dia. Lalu tak lupa, Resya mengirim pesan ke Citra kalau semisal kedua orang tuanya bertanya dia dimana, perempuan itu bisa menjawab seperti yang Resya inginkan.
Citra : Kamu, nggak sedang kabur dari rumah, kan?
Ingin rasanya Resya mengutuk dirinya sendiri. Citra sekarang menjadi curiga kepadanya. Memutar otak, Resya harus berpikir keras.
Resya : Nggak lah, ngapain. Aku mau ke mall sebentar. Tapi kalau aku ijin pasti gak di bolehin.
Citra : Oke deh, hati-hati
Resya : :)
Satu masalah teratasi. Yang menjadi masalah sekarang adalah, selanjutnya apa? Langit semakin gelap dan Resya tidak tahu harus kemana. Bodoh, pengecut, aku benci. Resya lalu memutuskan untuk berjalan saja. Mencari tempat yang ramai agar seandainya ada kejadian yang tidak dia inginkan, dia bisa berteriak. Beruntungnya, tak jauh dari kompleks perumahan Resya, ada sebuah kafe. Akhirnya, dia masuk ke kafe.
Bulan Rindu. Nama kafe yang seperti itu memang sering sekali Resya jumpai. Berbau-bau sendu atau biasanya senja. Tapi itu bukan masalah. Yang jelas, sekarang dia punya tempat untuk berhenti sejenak dan berpikir lebih jauh apa yang harus dia lakukan. Untungnya, kafe masih cukup sepi. Resya lalu memesan segelas latte lalu menunggu di kursi dekat jendela.
Memang benar jika kafe ini bernama Bulan Rindu. Resya bisa melihat lingkaran putih yang bersinar di balik awan kelabu. Lalu, perasaan nyaman dan suasana kafe yang hening ini seolah memaksa Resya untuk memutar kenangan-kenangan indah yang dia alami selama enam belas tahun belakangan.
Papa. Mama. Liburan. Senyuman. Pesta ulang tahun.
Pesta! Seharusnya hari ini Resya meminta Papa dan Mamanya untuk mengadakan pesta sweet seventeen untuknya besok. Seharusnya, Resya mengajak mereka untuk jalan-jalan ke mall agar bisa meminta hadiah. Seharusnya Resya-- ah, mulai lagi.
Semua pengandaian itu,sekarang cuma andai-andai.
Tak lama, pesanan Resya datang. Dia hanya mengaduk-aduknya bosan sambil termenung mencerna apa yang telah terjadi. Papa dan Mamanya bertengkar. Papa dan Mamanya yang saling melempar barang. Papa dan Mamanya yang tidak bahagia. Papa dan Mamanya yang tidak saling mencintai. Papa dan Mamanya yang sama-sama punya pasangan sendiri.