DID (Dissosiative Identity Disorder): Mengejar Jiwamu hingga Napas Terakhir

Riskaninda Maharani
Chapter #3

SERPIHAN 3 (TITIK VOYEURISME)

Three Person View’s Side

Ruangan III/1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur. Musim penghujan, 20 Maret 2015. 11.15.

Dosen muda itu tengah berkeringat dingin di ruangan sembilan kali enam bercorak serba putih sederhana dengan pintu dan jendela-jendela kayu mahoni persegi panjang bersusun tiga yang menjulang tinggi. Mempresentasikan sederet uraian mengenai biseksual. Sebuah hal yang sangat pelik untuk dibahas oleh seorang pemalu dan baru mengajar di tahun-tahun pertamanya. 

Dosen itu tidak pernah menghentikan gerakan di satu titik. Pupil matanya selalu menari-nari dengan gelisah dari satu kepala ke kepala yang lain. Seakan tengah mencari-cari perlindungan di satu titik yang aman, tetapi tidak menemukannya. Dan jika pupil matanya telah tiba di bangku Clara, gerakan itu mendadak menurun drastis, berhenti tepat di ubin marmer putih di dekat tempat duduk Clara. Entah mengapa dosen muda itu tak pernah berani menatap mata Clara.

Dosen muda itu tergolong menarik. Kedua matanya mirip dengan mata Clara dan Lynn, tetapi bukan sipit atau sayu. Entah apa istilahnya. Yang jelas, mata itu tampak lebih menarik tanpa kacamata dengan bingkai tembus pandang yang kini tengah dikenakan. Hidung unsymmetrical berukuran medium dengan garis tegas di bayangan hidung dan bibir kecil nan tipis berbingkai wajah panjang menambah kesempurnaan. Kulitnya tidak seputih Clara, tetapi juga tak ada kesan gelap. Model wajah yang bisa membuat orang jatuh cinta di saat jumpa pertama. 

“Ada pertanyaan?” ujar dosen muda itu seraya menyeka keringat yang bercucuran di dahi dengan sapu tangan usang. Kini pupil matanya beralih ke deretan bangku besi kosong dengan busa merah tua di salah satu sudut ruangan.

Seolah tak memedulikan bau keringat yang menyerbak ke seluruh ruangan dari pori-pori dosen muda itu, Renata mengangkat tangan tinggi-tinggi. 

“Ya, Miss Angelina?” 

“Apakah threesome juga bisa disebut biseksual?” Renata mengedipkan sebelah matanya ke arah dosen muda sebelum memberikan kecupan sekilas dengan bibir dari jauh. 

Dosen muda itu menelan ludah dengan susah payah sebelum mengeluarkan kata-kata, “Tergantung pada motivasi orang yang bersangkutan, Miss. Jika hal tersebut terpicu karena dia suka bersetubuh dengan laki-laki dan perempuan sekaligus, bisa dikategorikan seperti itu. Adakalanya orang yang bersangkutan hanya iseng melakukannya. Atau jika dia suka bersetubuh setelah melihat kedua orang lainnya bersetubuh sebelumnya, dia termasuk kepada....” Dosen itu tampak mencari-cari sesuatu di tumpukan buku-buku dan catatannya, tetapi gagal menemukan. Peluh kembali membanjiri kening. 

“Voyeur,” ucap Clara tanpa sadar. 

Lihat selengkapnya