Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #1

The New Coffee Buy

‘Welcome to Coffee Buy.’

Itu adalah selogan cafe yang tidak sengaja terbuat 6 bulan lalu saat kami membuka cafe ini. Tempat yang strategis, barista yang handal, pastry yang enak dan juga chef yang cekatan.

Selain empat hal itu, ada satu hal lagi yang membuat cafe ini tetap ramai meskipun kami terhitung buka hanya sebentar dalam sehari. Buka pukul 7:00 pagi dan tutup pukul 9:00 malam.

Dan Jerry selaku pemiliki, selalu menutup 1 jam setelah jam makan siang selesai. Agar kami bisa istirahat dan bersiap untuk perjuangan sore ke malam.

Tapi, semenjak kejadian yang menimpa Grishey dan Jerry. Julian dengan mantan istrinya ataupun Luke dengan Elena.

Semua berubah…

Aku dan Rein bertugas menjaga Coffee Buy. Julian tetap datang karena hanya dia Barista satu-satunya, sedangkan Rein mulai bertingkah karena dia berpikir bahwa pastry dan kue tidak harus di buat setiap hari, ya walaupun itu benar adanya.

Jadi, pekerjaan berat sekarang miliku.

Jika dulu membuka cafe pagi hari adalah tugas Julian sekarang itu menjadi miliku, bukanya aku tidak suka tapi bangun pagi, hanya saja itu bukan aku.

Aku menikmati kehidupanku bangun jam 8 pagi, sarapan sepotong roti dengan segelas susu, mandi dan berangkat ke cafe. Namun karena Julian sekarang harus mengantar Erin ke kantor, dia tidak bisa membuka cafe di pagi hari.

Cafe haru beroperasi jam 7:00 pagi jadi aku harus datang jam 6:30 pagi, dan aku belum bisa membuat kopi macam-macam. Aku baru lulus dua menu dari Julian. Latte dan Americano.

Suks… itulah yang ada di pikiranku sejak seminggu yang lalu. Kabar tentang Elena kembali dan permainan yang di lakukan David dan Luke saat itu untuk melamar Elena ya, itu menghiasi seluruh portal berita baik online, TV dan berita gosip sekalipun. Kedua orang itu tahu bagaimana caranya untuk menarik atensi.

Ya setidaknya, kami tidak perlu lagi jadi saksi tarik ulur hubungan mereka berdua, dann tidak perlu berurusan dengan laki-laki yang datang setiap pagi dengan wajah lesu dan lemas.

Ketika Julian saat membuka cafe bertemu dengan Elena dan berteman ataupun tentang Grishey yang tiba-tiba mendapatkan telfon bahwa Jerry pergi, aku pun mendapatkannya, cerita pagi hariku sendiri.

Sejak 3 hari lalu.

Tring~!

Ya itu adalah bunyi pintu masuk yang terbuka. Sejak 3 hari lalu jam 7 pagi, akan ada seorang pelanggan perempuan yang baru aku lihat. Aku melihat ponselku yang ada di dekat konter tepat jam 7 pagi dia selalu datang di jam itu. Dia selalu menjadi pembeli pertama.

Aku memang mudah mengelani wajah orang, tapi aku tidak suka berbasa-basi seperti Grishey atau Julian. Jika mereka berdua bisa berbasa-basi sampai akhirnya Elena menjadi pelanggan tetap bahkan seperti anggota keluarga Coffee Buy, aku tidak bisa seperti itu. Bagiku lebih cepat lebih baik.

Dan sifat ini katanya anak jaman sekarang adalah, kulkas 4 pintu. Sulit untuk di dekati dan malas untuk mendekati siapapun.

Hari itu dia datang dengan rambut yang di ikat tinggi mungkin sebutannya pony-tail, dengan kaos hitam polos dan rok pendek, tak lupas sepatu sneakers putihnya. Dia selalu masuk dengan senyum di wajahnya dan ketika dia sampai di konter pemesanan, dia memberikan kartu dan tumblrnya tanpa menyampaikan pesanan, tapi anehnya tanganku mengambilnya dan memproses pembeliannya.

Sejak awal dia membeli tidak pernah berubah. Ice cinnamon latte, non-fat milk. Aku mengembalikan kartu dan struk pembelian, dan sekali lagi, dia menerimanya dengan tersenyum.

Aku dengan tenang membuat kopi pesanannya, namun tiba-tiba dia bicara dan itu membuatku terdiam sebentar.

Sorry kalau lancang tapi boleh kenalan?” ucapnya.

Dia bicara dengan suara yang ringan seperti hidupnya tidak punya beban, dan itu tidak mungkin. Sesantainya hidup seseorang mereka pasti punya sesuatu yang di khawatirkan. Aku memerhatikan dia sesaat, ya, dia tersenyum, dia selalu seperti itu ketika dia selesai berbicara. Aku baru menyadari rambut panjang yang dia miliki ternyata di cat coklat terang, hari ini dia memakai make-up tipis.

Satu hal yang menarik perhatian hari itu, ketika aku menyadari bahwa dia memiliki tinggi hampir 180cm dan bahkan tinggi kami hampir sama tanpa dia harus menggunakan sepatu hak tinggi. Ada hal satu lagi yang menarik perhatianku, dia tidak memakai softlens hari ini dan dia menggunkan kacamata.

Aku terlihat dengan Elena, ketika dia selalu datang dengan kacamatanya.

“Tumben gak pake softlens,” bukannya menjawab pertanyaannya, aku justru mengatakan hal itu tapi kenapa juga aku harus bertanya tentang itu.

Aku menyesal dengan perkataan implusifku, harusnya aku tidak perlu mengatakan itu. Bodoh. Ini akan terlihat bahwa aku ternyata memerhatikannya.

“Aku pikir kamu gak sadar. Aku pernah kesini dan yang jadi kasirnya orang lain, dia selalu nanya namaku, dan dia juga pake nametag, tapi kalau tiap pagi kesini, kamu gak pake nametag dan gak pernah nanya namaku juga-”

“Terus?” potongku sebelum dia banyak bicara.

“Aku baru pindah ke daerah sini, dan mungkin akan beli kopi di sini terus, apa gak lebih baik kalau kita kenalan?”

Dia tersenyum lagi. Menyebalkan. Apa dia memang selalu begini, jika Elena tidak pernah menyembunyikan perasaannya dengan tersenyum. Senyum orang ini selalu terasa menyebalkan.

Aku tidak suka melihat orang yang tersenyum dengan terpaksa.

“Berhenti tersenyum kalau gak kuat tersenyum. Ice cinnamon latte, non-fat milk,” kenapa aku terus mendorongnya pergi. Aku bahkan tidak tahu jawabannya.

Dia mengambil tumblr itu. “Terima kasih,” ucapnya lalu pergi meninggalkan cafe.

Dia tidak akan datang lagi kan? Harusnya tidak, karena untuk apa dia datang karena dia pasti membenciku sekarang.

Ketika ada orang asing mengatakan bahwa senyumannya menyebalkan.

Aah. Bodoh. Mungkin aku akan minta maaf jika aku bertemu dengannya lagi.

Lihat selengkapnya