“Coba kita liat kelakuannya,” Rein membuka pembicaraan siang itu.
Rein tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan temannya, bahkan jika dulu dia pendiam, kini dia lebih pendiam, tapi lebih kepada dia sedang berdiam diri.
“Bukan cuma itu sih, sejak kapan, dia baca novel?”
Setelah selesai masak untuk makan siang, Pamungkas langsung mengambil novel yang dia beli dan membacanya sambil makan. Pamungkas akhirnya mengerti kenapa novelnya begitu laris di pasaran.
Ya, dia bisa menyampaikan deduksi dan penggambaran situasi yang genting dengan sempurna, jarang memang melihat perempuan menulis novel misteri, karena biasanya mereka mungkin menulis tentang percintaan.
Tapi bahkan, menemukan adegan romantis di novelnya begitu sulit.
“Woy Pam,” panggil Rein lagi.
Pamungkas menutup novelnya dan fokus makan. “Apa?”
“Itu cewek siapa sih? Cewek kan yang buat lo begini?”
“Begini tuh gimana maksudnya?”
“Lo banyak ngelakuin hal yang gak biasa lo lakuin.”
“Lo bilang, lo bikinin bekel orang, pulang cepet karena mau ketemu orang, dan sekarang lo baca novel. Semua itu hal yang gak pernah lo lakuin sebelumnya,” sambung Julian.
“Terus jelek kah, kalau gue ngelakuin hal yang gak pernah gue lakuin sebelumnya?”
“Enggaklah, gue seneng lo mulai mencair,” ucap Rein.
“Gue harap lo sih gak kaya dulu waktu gue pertama ketemu lo,” ucap Julian.
Pamungkas menyelesaikan makanannya dan pergi ke dapur. Dia pergi ke ruang staff, dan membuka ponselnya.
‘Info terbaru, penulis terkenal Daisy Ansara Saka menyatakan bahwa dia belum mempunyai pacar.’
Daisy belum punya pacar. Apa yang aneh dengan itu. Pamungkas kembali melihat berita tentang Daisy.
“Oh, jadi udah fiks nih Kak Daisy akan bikin cerita romance?”
“Ya, kebetulan begitu, udah memantapkan hati.”
“Kira-kira kalau bisa spoiler, tentang apa nih?”
“Hmm, sebenernya aku dapet inspirasi setelah temenku bilang bahwa, mau siapapun yang jatuh duluan, dua-duanya sama-sama jatuh.”
“Wah, bagus banget kata-katanya, cinta pandangan pertama kah?”
“Mungkin, mungkin juga enggak, karena soal perasaan, gak bisa di nilai dalam 5 menit pertama ketemu, aku cuma bukan orang yang percaya tentang love at the first sight.”
“Wah, kita dapat sisi lain dari Kak Daisy nih untuk kali ini.”
Pamungkas tanpa sadar tersenyum, tapi dia bahkan tidak mengerti apa arti senyuman itu.
Ting~!
‘Kapan pulang?’