Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #11

Road to...

Pertemuan itu hanya memakan waktu beberapa jam tapi sudah menguras tenaganya. Yang dia inginkan sekarang adalah ingin bertemu dengan Daisy tapi ini masih tengah hari.

Pamungkas sudah memikirkan apa yang akan mereka lakukan nanti. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya di Coffee Buy.

Dia membuka pintu cafe yang sedang ada tulisan istirahat persiapan makan siang. Ketika dia berpikir tidak ada orang di depan justru Julian dan Rein duduk di depan konter seperti sedang membicarakan sesuatu.

Dan begitu mereka berdua menyadari ada yang masuk mereka dengan kompak menoleh dan melihat Pamungkas yang baru datang.

“Kenapa?” tanya Pamungkas begitu melihat mereka berdua.

“Gue tadi abis nganterin pesenan kantor yang di ujung jalan itu. Cewek itu kerja disana?” tanya Julian.

Pamungkas mengangguk. “Dia penulis novel. Yang kemarin gue baca novelnya.”

“Dia? Kok dia mau deket sama lo ya?” Julian bahkan tidak percaya dengan apa yang dia dengar sekarang, seakan itu hanya hayalan.

Pamungkas hanya tersenyum namun Rein tidak berkomentar.

Ya ketika Julian mengatakan padanya bahwa Pamungkas ada urusan di pagi hari, dia sudah tahu hal ini mungkin akan terjadi, temannya akan pergi mungkin sebentar lagi.

Ketika Pamungkas melihat sahabatnya yang khawatir, dia sudah tahu, ini saatnya dia mengatakan apa yang terjadi. Mengatakan yang sebenarnya.

“Ren, tenang,” ucap Pamungkas.

“Lo tiba-tiba ijin pagi, orang itu dateng ke Indonesia dan sejak kemaren lo gak tenang. Lo udah gak bisa ngasih alasan lagi kan?” ucap Rein tanpa henti.

Pamungkas menepuk pundak Rein. “Gue tahu lo peduli sama gue, dan kita berdua sama-sama tahu bahwa saat kaya gini akan datang cepet atau lambat.”

“Gue tahu cuma, bukannya lo masih punya waktu?”

Pamungkas menggelengkan kepalanya.

“Would you prefer some privacy? I can step out if that would be helpful.”

“Actually Jul. I need to say something.”

Julian terdiam, dia dan Jerry mungkin dekat tapi ketika itu menyangkut tentang Pamungkas dan Rein dia tidak tahu tentang masa lalunya, begitu pula dengan mereka ketika masalah pernikahannya mencuat.

Mendengar apa yang terjadi dengan keluarga Pamungkas, dia cukup mengerti hal itu, ketika Pamungkas menjadi satu-satunya anggota keluarga terakhir yang laki-laki. Mau tidak mau dia harus mengambil alih hal tersebut.

“Lo yakin? Terus dia gimana?”

“Lebih baik dia lihat gue jadi orang jahat kan?”

Kini giliran Rein yang menghela nafas panjang, karena terlalu banyak yang sudah temannya tutupi, penderitaan yang begitu panjang dan perjuangan.

“Jerry gimana? Lo udah bilang sama dia?” tanya Julian.

“Jerry tahu hal kaya gini mungkin dateng, lo tahu kan, dia ibaratnya megang masa lalu kita semua.”

“Oke, jadi lo butuh apa sekarang?”

“Gak ada, gue cerita cuma karena gue rasa udah waktunya kalian tahu. Cuma kalau gue balik jam 6 gak papa kan?”

“One question,” ucap Rein.

“Sure.”

“Did Jane allow you to go out with Daisy without any problems?”

“She is. But only for one week.”

“Just do what you wanna do then. This could be the last time you do something you want.”

“I know, thanks.”

***

Lihat selengkapnya