Daisy duduk di depan konter menunggu Pamungkas selesai membuatkannya minuman, sebenarnya jika Daisy ingin mengingat kemarin dan hari ini sebenarnya banyak kejanggalan yang terjadi.
Tapi dia tidak mau memikirkan hal itu karena sepertinya Pamungkas juga tidak mau memikirkannya, Pamungkas sepertinya tidak hanya menyiapkan kopi untuknya tapi juga beberapa makanan.
Tidak lama, Pamungkas menyajikan kopi, beberapa cake, dan makanan untuk Daisy.
“Wow, kamu nyiapin ini semua?”
Pamungkas tersenyum. “Aku nyari beberapa hal tentang kamu, jadi seharusnya ini sesuai sama selera kamu.”
“Kamu nyari tahu tentang aku? Serius apa bohongan?”
“Ya gak mungkin lah aku bohong, kamu lebih suka keju di banding coklat, kamu juga suka manis tapi bukan yang manis banget, however, if that cake doesn't taste sweet enough for you.”
"I'm impressed that you took the time to research me."
“Oke, so kita harus atur jadwal buat riset kamu.”
Daisy bingung mendengar ucapan Pamungkas, mereka memang punya rencana untuk jalan sambil mencoba beberapa hal, tapi entha kenapa Pamungkas terlihat sangat antusias dengan hal ini.
Daisy sedikit curiga dengan apa yang terjadi sekarang, tapi dia tidak berpikir bahwa Pamungkas mulai menyukainya, ini seperti hal lain.
Walau Daisy mendengar sendiri ucapan Pamungkas tentang dia pun mungkin jatuh, tapi sejak awal Daisy tidak berharap tentang itu.
‘Aji, kamu kenapa?’ Daisy bertanya-tanya dalam hatinya.
“Atur jadwal gimana?”
“Kamu kan katanya ada waktu 4 hari sebelum mulai tur lagi. Jadi kita harus atur jadwal se-efektif mungkin.”
“Hmm oke, jadi kamu udah ada jadwal?”
“I am. Jadi besok kamu kerja?”
Daisy terdiam sambil menimbang apa jadwalnya besok, lalu dia mengambil ponselnya dan mengecek kalender, jika dia benar seharusnya dia ada tanda tangan buku di penerbit, dan benar saja jadwal itu memang ada.
“Ah, aku ada jadwal untuk tanda tangan buku di penerbit besok.”
“Jam berapa?” Pamungkas pun mengambil ponselnya juga lalu melihat perencanaan yang sudah dia buat.
“Hmm, jam 10 sampai dengan selesai, karena kalau tanda tangan gitu, aku gak bisa pastiin kapan selesainya.”
“Oke, aku bakal ikut sama kamu kalau gitu.”
“What?”
Pamungkas tersenyum. “Oke kalau gitu besoknya lagi?”
“Jadwal aku sih itu aja tanda tangan, sisanya aku libur sampai tur lagi, biasanya sih aku ke kantor buat nulis.”
“Tunggu, jadi kamu udah tahu mau nulis apa?”
“Bukan gitu, sebelum aku nulis cerita, aku harus siapin banyak hal dari tokoh, latar belakang, pertanyaan-pertanyaan tentang si tokoh, konfliknya apa, pokoknya sebelum nulis banyak yang harus aku siapin.”
“Oh, oke, aku gak akan ikut campur kalau soal itu, jadi bisa pergi atau gak?”
“Bisa kok tenang aja.”
“Oke, gimana makannya udah?”
“Aku gak nyangkah ya, kamu bisa gitu makan sambil ngomong cepet banget, dikit lagi ini selesai, emang kita mau pergi lagi.”
“Iyalah, I’ll give you the best date ever.”
“Wow, percaya diri banget anda.”
***
Pamungkas menghentikan mobilnya di sebuah tempat, seperti ruko 2 lantai, di depannya tertulis sudah di reservasi. Dia tetap keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Daisy.
“Ini tempat apa?”
“Kamu bakal tahu, tenang aja.”
“Pamungkas!” panggil seseorang dari dalam tempat itu.