Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #13

A hunch

Ting tong!

Suara bel itu terdengar sayup, serasa suara itu hanya ada di dalam kepalanya.

Ting tong!

Suara itu kembali terdengar kali ini sedikit terasa nyata, tapi rasanya dia tidak ingin membuka matanya.

Ting tong!

Dia pun membuka mata karena menyadari bahwa suara itu nyata.

Daisy terkejut melihat dirinya yang setengah tertidur dengan laptop di atas pangkuannya dan kacamata yang masih terpasang di wajahnya.

‘Gue ketiduran?’

Ting tong!

Daisy keluar dari kamar. “Sebentar!” ucap Daisy sambil membuka pintu apartemennya.

Pamungkas berada di depan pintu. “Morning sunshine, nyenyak tidurnya?”

Daisy langsung berbalik badan sambil mengusap matanya yang masih setengah terbuka. Dia mengambil air dari kulkas namun Pamungkas mengambil botol itu dan menggantinya dengan air hangat.

“Minum air anget, jangan minum air dingin baru bangun.”

“Oh oke,” ucap Daisy. “Kamu pagi-pagi tumben udah kesini?”

“Ini udah jam setengah 9, kamu kan mau ke penerbit gimana deh.”

“What!!?” teriak Daisy. “Kenapa gak bilang? Duh belum mandi astaga.”

“I was standing in front of your door for 15 minutes.”

“What? Are you serious right now?”

“Do I look like I was lying?”

“Whatever.”

“Setengah jam, kamu sarapan di mobil aja. Cepet.”

Kurang dari setengah jam mungkin 20 menit Daisy menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar, namun Pamungkas hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya melihat Daisy yang seperti itu.

Celana jins, kaos hitam bergambar kartun oversize dan bahkan dia sepertinya belum menyisir rambutnya.

“Balik ke kamar,” ucap Pamungkas.

“Kenapa sih? Udah telat ini.”

“Day, aku suka liat kamu yang kaya gini asli, berantakan don’t mind with what you wear, but you are working right now, at least put on some clothes to respect them.

“So I need to dress up and wear makeup?”

“Well yeah. Just do your makeup on the car but please put on clothes okay?”

“Okay, but my makeup kit it’s in another room can you grab it for me?”

“I’ll do it.”

Daisy tersenyum dan kembali masuk ke dalam kamar dan membuka lemari bajunya, jika dia mengingat kehidupannya yang dulu, dia tidak seperti ini sebelumnya. Dia selalu menjaga penampilannya.

Mendengar Pamungkas mengatakan untuk memakai baju yang lebih baik untuk menghargai orang-orang di kantor, dia juga tahu tentang itu, hanya saja dia enggan melakukannya.

Ignorant sebenarnya bukan dia. Dia selalu peduli dengan orang di sekitarnya, termasuk keluarganya, tapi semua seakan hancur berkeping-keping dia menjadi seperti ini bukan tanpa alasan.

Dia tahu jika dia benar-benar berdandan semua orang di kantor akan bertanya-tanya ada apa, karena sejak awal dia selalu begitu. Tapi dia juga melakukan ini demi Pamungkas.

Daisy menerima hal itu, menerima bahwa Pamungkas perlahan-lahan mengubahnya, menjadi lebih baik.

Daisy mengambil kemeja putih lengan panjang, dia juga memakai celana berwarna coklat, tidak lupa memakai vest berwarna senada dengan celananya, memakai sneaker putih.

Dia juga mengganti tasnya dengan tas kotak kecil dan memasukan beberapa barang penting, HP, charger, headset, gunting kuku dan handsaplast.

Dia juga memakai jam analog berwarna gold serta dua buah cincin yang dia pasang di jari telunjuk dan tengah di tangan kirinya.

Dia memilih anting yang sederhana, dan juga kalung dengan liontin bulat dengan pahatan inisial namanya.

Tak lupa dia melepaskan softlens dan memakai kacamata kesayangannya. Dia menyisir rambutnya dan mengikatnya dengan benar kali ini.

“Day udah belum?” panggil Pamungkas.

Daisy membuka pintu kamarnya dan Pamungkas langsung terkejut melihat situasi yang terjadi sekarang. Daisy benar-benar terlihat berbeda.

“Wow, ini beneran Daisy kan?”

“Ji, please gak usah mulai tolong.”

Pamungkas memberikan pouch makeup pada Daisy. “Kamu cantik banget asli.”

“Terima kasih.”

“Rambut kenapa gak di lepas?”

“Sampai di sana nanti, kamu bakal ngerti kenapa aku gak lepas iket rambut.”

“Okeh.”

.

Pamungkas fokus menyetir di jalanan Jakarta yang lumayan macet di jam seperti itu. Sedangkan Daisy masih fokus makan sandwich. Pamungkas tidak memperbolehkannya untuk minum kopi sebelum perutnya terisi oleh makanan.

Namun satu hal yang membuat Daisy pikirkan adalah, kenapa dia membawa banyak sekali barang, itu yang tidak dia mengerti.

“Udah abis sandwichnya, boleh kan?”

“Minum air putih abis itu baru boleh minum kopinya.”

Daisy hanya bernafas kesal tapi dia tetap mengikuti apa yang di minta oleh Pamungkas. Selesai minum air putih dan minum kopi, Daisy membuka pouch make up yang di berikan Pamungkas.

Betapa terkejutnya dia dengan yang di ambil oleh Pamungkas. Make up yang dia punya cukup banyak, karena dia memang senang membeli hal seperti itu. Tapi ketika dia melihat apa yang di masukan oleh Pamungkas.

“Ji, kamu ngintip aku lagi ganti baju tadi?”

Lihat selengkapnya