Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #14

Spoiled kid

Daisy sudah selesai tanda tangan bukunya, dia kembali merenggangkan tubuhnya yang kaku karena lama duduk dan melakukan hal yang sama. Barulah setelah selesai Daisy melepaskan ikat rambutnya dan membiarkan rambutnya bernafas.

Pamungkas yang menatap Daisy dari belakang tersenyum, dia tahu perempuan itu sangat cantik, walau hanya biasanya mereka bertemu hanya dengan kaos dan celana, atau kaos dengan rok.

“Udah ya gue pulang,” ucap Daisy.

“Iya ati-ati. Pamungkas makasih banyak ya,” ucap Tesa.

“Sama-sama, saya seneng bisa masakin temen-temannya Daisy.”

“Kapan-kapan gue mau main ke Coffee Buy ya,” ucap Anton.

“Boleh, kita juga ada cake sama pastry yang enak disana, dateng aja.”

“Thank you.”

Daisy dan Pamungkas pergi keluar dari ruang meeting itu, baru beberapa langkah mereka keluar, Sara bersama dengan satu laki-laki berjalan menghampiri mereka berdua.

Namun wajah Daisy benar-benar tidak suka melihat orang itu, seingat Pamungkas dia baik-baik saja ketika melihat Sara itu artinya masalahnya ada pada laki-laki itu.

“Hai Day,” sapa laki-laki itu. “Kamu cantik banget hari ini,” sambungnya.

Daisy terlihat tidak mau menjawab bahkan seakan dia akan melemparkan makian, terdengar pula dari belakang Tesa dan Anton mulai berlari menghampiri mereka.

“Day, sorry aku-” Sara mencoba menjelaskan tapi dia tidak tahu kata-kata yang pas.

Pamungkas tahu ini mungkin akan menjadi buruk jika di biarkan. Dengan sigap dia meraih tangan Daisy dan menggenggamnya, tidak lupa mengusap punggung tangannya dengan ibu jari.

Daisy mulai tenang dia menatap Pamungkas, matanya berubah dia seakan bicara. ‘Ayo pergi, aku gak mau disini.’

Pamungkas tersenyum, dia mengusap kepala Daisy dengan lembut lalu merangkulnya. “Ayo pulang, sapa dulu temen kamu.”

“Day, ini siapa? Pacar kamu? Kok aku gak tahu?”

“Bar, apa hubungannya kalau gue punya pacar? Kenapa lo harus tahu?”

“Kita dulu punya hubungan dan aku rasa itu belum selesai kan?”

Mendengar hal itu membuat Pamungkas mulai waspada, apa ini adalah mantan Daisy setidaknya itulah yang muncul di kepala Pamungkas. Bara maju perlahan-lahan dan hal itu membuat Pamungkas berusaha untuk membaca gerakan orang itu.

Dia makin mendekat dan akhirnya tangannya mulai ingin meraih wajah Daisy, Pamungkas langsung menahan tangan orang itu dan menyingkirkan Daisy ke belakang punggungnya.

Well, gue gak tahu lo siapa, mau lo mantan dia atau apapun, tapi masalahnya sekarang Daisy itu pacar gue dan gue gak suka liat orang lain berusaha untuk nyentuh dia.”

“Aji… ” Daisy menarik baju Pamungkas dari belakang mencoba memintanya untuk jangan melanjutkan pembicaraan itu.

“Pacar? Gue gak pernah percaya kalau ada orang yang bilang dia pacarnya Daisy, kenapa? Karna dia gak mungkin menjalani hubungan sama orang lain. Dia gak percaya sama yang namanya pacaran.”

‘Orang bodoh’ ucap Pamungkas dalam hatinya. Tanpa perlu di beritahu dia juga sudah bisa menebak itu ketika dia membaca novelnya, dan bahkan apa yang dia bicarakan sebelumnya.

Pamungkas tahu Daisy tidak percaya dengan sebuah hubungan.

“Makasih atas informasinya, tapi saya tahu itu. Tapi sekarang, Daisy itu pacar saya, tolong jangan sentuh dia,” Pamungkas melepaskan tangan Bara dia mundur namun Pamungkas kembali maju dan mendekat ke Bara.

“Or I will cut all your sponsors.”

“Emang lo siapa bisa ngomong begitu?”

“Tergantung lo mau tahu gue sebagai siapa. Tapi apa yang gue bilang itu beneran. Gue bisa aja ngelakuin hal itu.”

“Anjing!” teriak Bara.

“Oke, time out, udah bubar-bubar!” teriak Tesa.

Anton dan Sara langsung menarik Bara menjauh dari Pamungkas dan Daisy. Dia terus berteriak dan mengatai Pamungkas dengan kata-kata kasar. Namun Pamungkas hanya tersenyum melihat hal itu.

“Anak berandal,” ucapnya perlahan.

“Kamu udah tahu kenapa kamu lanjutin?” tanya Daisy.

“Itu mantan kamu?” tanya Pamungkas tanpa menghiraukan pertanyaan Daisy.

“Hampir jadi pacar, panjang ceritanya.”

“Cerita aja sambil jalan,” ucap Pamungkas sambil kembali menggenggam tangan Daisy.

Daisy tersenyum lalu mencoba kembali membayangkan apa yang terjadi pada saat itu. “Kejadiannya kalau gak salah setahun setelah aku tanda tangan kontrak sama penerbit. Dia penulis baru waktu itu.”

Daisy terdiam sebentar, karena di lihatnya ada beberapa staf yang ada di samping mereka berdua.

“Singkatnya, kita berdua sering ketemu, karena dulu aku punya tempat untuk nulis di kantor ini, dia pun juga sama. Kita sering ngobrol, sering bertukar pikiran, sampai akhirnya ternyata dia liat pilot projek aku yang baru waktu itu.”

“Day jangan bilang… ”

Daisy tersenyum. “Pilot projek itu berisi 5 judul cerita, satu universe yang aku buat selama setahun, sembari aku buat cerita lain. Aku ngebuat itu di sela-sela kesibukanku. Pas waktu itu udah selesai di garap kira-kira 7 bulan kita berdua deket. Dia nyodorin pilot projek itu ke editor.”

“Kamu gak bilang itu punya kamu?”

“Salahku ketika aku gak bilang siapa-siapa soal projek itu, termasuk Tesa. Aku awalnya diem, aku juga gak mau cari ribut waktu itu. Aku cuma minta untuk punya kantor sendiri aku gak mau ngantor disini lagi.”

Pamungkas tetap diam, dia hanya menggenggam tangan Daisy lebih erat.

“Waktu Tesa bantuin aku pindahan dia nemuin pilot projek itu di laci aku, dia marah banget kenapa aku gak bilang dan gak cerita, setidaknya dia bisa info ke kantor kalau aku lagi ada projek. Tesa sekuat tenaga ngasih itu ke kantor tapi percuma, novel pertama dari projek itu udah masuk tahap produksi dan gak mungkin lagi di tarik.”

“Terus mereka ngebiarin Bara tetep ada di sini?”

“Mau gimana lagi, novelnya laku besar di pasaran, jadi jalan tengahnya, pilot projek itu di beli dari aku. Dan aku gak nulis selama setahun untuk buat projek baru.”

“Fallen Star? Tentang Naira dan Leon itu?”

“Yaps. kamu ngerti kan kenapa karakter Naira bener-bener dingin dan gak percaya siapapun, dan dia lebih mementingkan dirinya sendiri.”

“So there’s always a story behind a story. You did a great job Day. I’m proud of you,” ucap Pamungkas sambil memeluk Daisy. “It’s not your fault. It’s his fault.”

Thank you. Jadi abis ini kita kemana?”

Lihat selengkapnya