Meski aku berpikir bahwa cinta itu terasa menyakitkan ternyata aku menemukan hal lain disana. Aku bisa bernafas dengan lega tanpa harus merasa sesak. Aku bisa melihat itu dari ketika pertama kali aku melihat matanya ketika kami pertama kali bertemu.
Aku tidak percaya cinta pada pandangan pertama, tapi kesan yang aku dapatkan ketika melihatnya pertama kali adalah ketenangan, aku merasa jika aku berada di dekatnya semua akan terasa lebih baik.
Beban yang aku pikul rasanya sedikit lebih baik sekarang.
***
Daisy menutup laptopnya, dia merenggangkan lehernya yang sedikit kaku karena sudah duduk selama kurang lebih dua jam.
Dia melihat kembali belasan paper bag yang kini sudah berada di dalam apartemennya.
Hari ini seluruh perasaan yang seharusnya tidak dia rasakan kini bisa dia rasakan. Daisy pergi ke dapur mengambil air hangat, sambil meminumnya dia mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Pamungkas.
“Mari lakukan yang terbaik besok,” ucapnya sambil menutup dirinya dengan selimut.
***
Ting tong!
Daisy sekali lagi terkejut melihat dirinya seperti kehilangan akal melihat dirinya sendiri tidur nyenyak.
Ting tong!
Bunyi bel apartemennya kembali berbunyi, hari itu sudah pukul 8 dan sepertinya tidak mungkin Pamungkas juga.
Daisy pergi ke pintu depan melihat ternyata Tesa yang ada di sana. Daisy langsung membiarkan Tesa masuk, sedangkan dia pergi ke dapur dan minum air hangat.
“Des,” panggil Tesa.
“Kenapa?”
“Lo beneran mau bikin novel romance?”
Daisy mengangguk. “Lo udah baca kan, 2 halaman? Gimana?”
“Lo bakal ceritain kisah lo sendiri apa gimana?”
“Belum tahu, gue juga belum liat akhir dari cerita ini kaya gimana, karena memang belum ada akhirnya.”
“Lo tahu gak sih lo banyak berubah?”
“Tahu, udah dua hari ini malah gue tidur nyenyak malahan.”
“Gue seneng kalau lo bahagia tapi Des, kalau lo tiba-tiba hubungan kalian gak baik-baik aja gimana?”
“Ya lo pikir gue sama Bara gimana? Gue sama keluarga gue gimana? Semua ada konsekuensinya gue tahu. Tapi Mbak, setidaknya buat kali ini aja gue pengen bahagia, walau mungkin itu cuma sebentar.”
Daisy berjalan kembali ke kamarnya. Namun dia kembali berbalik melihat Tesa. “I’m okay, lo tenang aja, gue mandi dulu ya, kalau Aji udah dateng biarin aja masuk.”
Daisy berpikir bahwa mungkin ada saatnya nanti dia bisa menerima apapun yang terjadi di kehidupannya, entah itu percintaan, kekeluargaan, atau apapun itu, berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja, itu naif.
Daisy tahu, kehidupan tidak semudah itu, dan sudah pasti bahwa kehidupan tidak akan selalu menyenangkan. Setidaknya dia tahu betul tentang hal itu.
Ting tong!
Tesa membuka pintu dan benar saja itu Pamungkas dengan membawa kotak makan dan tumblr. "Daisy?"
"Masih di kamar."
“Day?” panggil Pamungkas dari depan pintu kamar.
“Ya Ji, bentar 10 menit lagi.”
“Oke. wanna some coffee?”
“Sure, tapi aku belum sarapan.”
“Aku udah bawain salad sama dada ayam.”
“Oke, bentar lagi beres.”
Pamungkas kembali ke dapur sembari menyiapkan kopi dan salad untuk Daisy makan, Tesa masih menatapnya dengan tenang dan beberapa tersenyum melihat keduanya.
“Kenapa mba?” tanya Pamungkas.
“Enggak papa. Saya cuma mau bilang makasih sama kamu, karena kamu saya bisa liat Daisy seneng.”
“Daisy udah mulai nulis?”
“Kamu kok bisa tahu?”
Pamungkas menunjuk laptop yang terbuka di meja makan. “Laptop kebuka, selimut di kursi, kayaknya dia gak tidur lagi semalem.”
“Daisy emang udah mulai nulis, dia nulis draft semalem terus di kirim ke saya jam 11 malem, dan dia bilang-”
“Semalem aku tidur nyenyak kamu gak usah khawatir,” ucap Daisy begitu dia keluar dari kamar.
“Aku gak jadi khawatir kalau gitu. Sarapan dulu, abis itu kita jalan,” ucap Pamungkas sambil tersenyum.
“Kalian berdua mau pergi lagi hari ini?” tanya Tesa.
“Daisy tadi malem ngajak piknik, cuma dia gak bilang kemana.”
Tesa tanpa pikir panjang langsung menatap Daisy. “Piknik? Kemana? Ke tempat itu?”
Daisy menyuap makanan ke mulutnya sambil tersenyum ke Pamungkas. Dia menguyah dengan cepat lalu menelannya. “Somewhere else. Kamu bikin apa aja buat piknik?”
“Hmm… banyak, nanti aja biar kejutan. Tadi pagi aku sempet ke pasar buat beli bahan-bahan. Kamu makan abis itu kita jalan.”
***
Daisy keluar dari mobil di ikuti oleh Pamungkas, dan dia sama sekali tidak percaya dengan dimana dia sekarang. Setelah menempu perjalanan hampir 5 jam dan bahkan dia tidak di perbolehkan untuk menyetir, sampailah mereka di sebuah pantai.
“Kamu suka pantai Day?”