Pamungkas berdiri di lobby apartemen sambil menguap beberapa kali, ya kemarin cukup melelahkan apalagi dengan telfon yang datang dengan mendadak, pemberitahuan yang di pikir adalah pekerjaan semesta.
Sesuatu yang terjadi di luar kendali manusia, namun nyatanya, itu adalah pekerjaan manusia. Memang ada ungkapan bahwa semua yang terjadi adalah kerja keras dari seseorang.
Termasuk yang kita sebut kebetulan.
“Aji!” panggil Daisy.
Pamungkas menoleh melihat Daisy sudah rapi dengan Tesa di sampingnya. “Hai Day,” sapanya tapi sambil menguap.
“Kamu semalem gak tidur?”
“Tidur mungkin jam 3-an. Ini buat sarapan ya, aku mau tidur dulu sebentar terus ke cafe, just call me if you miss me.”
“I will. Thank you.”
“Ya, safe flight.”
Pamungkas memeluk Daisy sebentar lalu pergi ke lift. Dia kembali ke dalam kamar apartemennya dan langsung tidur, dia cukup lelah harus bicara dengan kakaknya dan Juna berjam-jam.
***
(Flashback)
Pamungkas selesai memarkirkan mobilnya tanpa di sadari ternyata perjalanan pulang memakan waktu lebih lama dari pada pulang. Situasi di tol cukup ramai.
“Day, bangun ya, udah sampe,” ucap Pamungkas sambil menepuk pundak Daisy.
“Hmm oke… Ji, aku laper.”
“Makan mie mau? Di tempat kamu masih ada kan?”
Daisy mengangguk perlahan sambil melepaskan seat belt. Pamungkas keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Daisy. “Bolehlah yuk, laper juga, kamu di gantiin nyetir gak mau.”
“Ya janganlah lagi macet begitu kamu yang bawa ya kasian.”
Begitu Daisy membuka pintu kamarnya Pamungkas langsung masuk dan memasak, sedangkan Daisy mencuci tempat makan mereka yang di bawa ke pantai tadi. Semua baik-baik saja sampai ponsel kedua orang itu berbunyi.
Daisy mengelap tangannya dan mengambil ponselnya, sedangkan Pamungkas masih memasak sambil menerima panggilan itu.
“Pamungkas,” ucapnya.
“Pami kamu dimana?”
Pamungkas terkejut mendengar suara itu di telinganya. “Kak Luna? Kenapa?”
“Kakak sama Juna lagi mau ke apartemen kamu, bisa ketemu?”
“Bisa, tapi dua jam lagi, aku lagi makan malem.”
“Oke, gak papa kakak tungguin.”
.
“Ya Tes kenapa?” tanya Daisy.
“Ternyata ada jadwal tambahan, jadi besok pagi kita ke Jogja dulu kamu ada ngisi seminar di 2 kampus, terus baru sorenya kita berangkat lanjut tur lagi, sorry Des, ini acara terkahir banget masuk.”
Daisy menatap Pamungkas yang sudah selesai memasak dan sedang menyiapkannya di piring.
“Okeh, tapi kita berangkat jam berapa?”
“Aku jemput kamu jam 8 kita flight jam 10.”