Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #17

I hate you

Ketika aku berpikir apa mungkin aku bisa menemukan orang yang aku cintai setelah semua sakit hati yang aku rasakan, aku tidak menyangkah bahwa dia orang yang tidak sengaja aku temui menjadi sseorang yang dapat menggerakan hati ini.

Hati yang sudah sedingin es dan hati yang telah membeku sejak lama mulai bergetar karena mata coklat yang menatapku dengan tatapan yang sangat hangat.

Atau tubuh tinggi yang membuatku harus mengadahkan kepala untuk melihatnya, atau bahkan tangannya yang besar menggenggam tanganku dan aku ingin dia memelukku.

Merasakan sehangat apa pelukan dari orang memiliki bahu yang lebar itu.

***

Aku sudah menulis ratusan bahkan ribuan kata untuknya, bagaimana perasaanku ketika bersamanya, bagaimana aku bahagia dengan semua yang sudah dia lakukan untukku.

Aku tahu hal ini mungkin terjadi aku tahu bahwa hal seperti ini akan datang tapi aku tidak pernah berpikir bahwa, dia akan seperti ini meninggalkanku.

Aku pikir menunjukkan betapa aku berterima kasih dan bagaimana perasaanku dengan tulisan ini akan berguna namun nyatanya, sepertinya walau aku menulis ribuan atau ratusan ribu kata itu hanya sebuah hal yang mustahil untuk menahannya.

Seperti orang bodoh yang terlalu banyak berharap, orang bodoh pun mengerti bahwa tulisan itu hanya tentang betapa aku, mencintainya.

Dengan suara polosnya dan nadanya yang riang dia mengatakan padaku untuk cepat pulang, aku sudah mengerti semua tanda itu ketika dia begitu memanjakanku, melakukan semua yang aku inginkan.

Tapi ku pikir aku masih bisa bertemu dengannya setelah aku kembali namun nyatanya, ilusi.

Harusnya aku curiga ketika dia mengatakan padaku untuk langsung kembali ke apartemen dan jangan pergi ke cafe.

Harusnya aku tahu bahwa dia akan pergi begitu saja tapi seakan aku menolak untuk percaya hal itu.

Ketika aku masuk ke dalam apartemen, resepsionis memanggilku dan mengatakan bahwa dia menitipkan sesuatu untukku.

Aku pikir ini hanya caranya untuk memberikan kejutan padaku. Walau aku tahu itu bukan dirinya, memberikan sebuah kejutan.

Meskipun aku tahu betapa kaya dia dan bagaimana dia berusaha membuat setiap hari sebagai kejutan, aku tidak menyangkah bahwa ternyata barang yang dia titipan adalah key-card unit miliknya.

Kepalaku mulai berpikir bahwa mungkin saja, mungkin saja dia ada di dalam sana menungguku dan berusaha memberikanku kejutan lain.

Aku masih berpikir positif, sampai ketika aku membuka pintu apartemen itu, disana terasa sunyi. 

Aku mencoba masuk ke dalam mencari dia, mencari dimana dia berada, namun nyatanya benar-benar, nihil. Dia tidak ada, mau bagaimana pun aku mencarinya di dalam sana, dia tidak ada.

Sampai aku melihat ke ruang makan dimana sudah ada makanan tersaji, lengkap dengan lilin dan wine, bahkan ternyata wine itu adalah wine yang aku bawa pada saat pertama kali aku kerumahnya.

Ada sebuah note di kulkas. ‘Buka kulkasnya.’

Saat aku membukanya ternyata di dalamnya ada makanan yang bisa aku konsumsi selama seminggu bahkan ada cara bagaimana memasaknya. Dia melakukan semua ini untukku.

Lihat selengkapnya