Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #18

How many time we should give up

Ketika dulu aku pertama kali melihatnya aku tahu apa yang aku rasakan, aku akan terlibat masalah jika aku terus bersama dengannya. Tapi hari itu aku menyesali apa yang aku katakan.

Ketika aku mendorongnya dengan ucapanku yang tidak bisa terkontrol, aku berulang kali berkata bahwa aku tidak membencinya, aku hanya tidak mau dia melakukan sesuatu dengan terpaksa. Termasuk tersenyum.

Ketika hari demi hari aku tahu bahwa dia tidak kunjung datang, aku tahu aku melakukan kesalahan hari itu, dia pasti membenciku.

Aku ingin meminta maaf. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya, aku tidak tahu bagaimana caraku untuk menemukannya.

Ketika malam itu aku melihatnya, melihat senyumannya yang cukup lebar tanpa paksaan, aku tahu aku akan menyesalinya jika aku tidak mengajaknya bicara sekarang.

Kupikir awalnya aku cukup bodoh menariknya untuk mengikutiku, membuatnya menyebutkan namanya, dan bahkan memintanya untuk datang kembali.

Aku merasa sedikit bahagia. Aku merasa tenang. Aku merasa aku menemukan sesuatu yang berharga.

Dan ketika aku kehilangan dia di supermarket, aku tidak menyangkah bahwa ketika aku melihatnya aku punya keinginan untuk memeluknya.

Seolah alam bawah sadarku mengatakan untuk tidak melepaskannya lagi.

Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukan bahwa aku menyukainya, namun aku gagal, karena dia selalu memberikan hal-hal unik ketika sedang bersama.

Aku tidak menyukainya, jangan memberikan harapan, jangan membuatnya salah paham. Seakan itu merupakan mantra yang aku berikan pada diriku sendiri.

Namun justru aku yang melanggar semua itu. Ketika aku tahu waktu habis, aku justru membuat begitu banyak kenangan dengannya.

Aku memakai dalih untuk memberinya bahan untuk novelnya, padahal itu hanya omong kosong belaka, alasanku adalah karna aku tidak mau pergi begitu saja, aku mau menghabiskan waktuku dengannya sebelum aku meninggalkannya.

Egois.

Brengsek.

Aku tahu itu, aku tahu bahwa betapa jahatnya aku ketika aku meninggalkannya dengan cara seperti itu.

Awalnya aku ingin menunggunya, membuat satu lagi kenangan indah, sebelum aku kembali ke kenyataan. Menghabiskan satu malam bersama, makan bersama seperti yang biasa kita lakukan berdua.

Tapi ketika aku selesai memasak. Duduk disana sendirian menunggunya kembali. Aku tahu aku tidak mampu.

Aku tahu saat itu jika aku melihatnya lagi aku tidak akan mampu melepaskannya. Aku tidak akan sanggup untuk melihatnya kembali, aku pasti akan meninggalkan Jane dan Luna.

Dan Daisy yang akan menanggung akibatnya. Aku tidak mau hal itu terjadi.

Aku tahu dia akan dengan rela meninggalkan karirnya demiku, aku tahu hal itu tapi aku tidak mau merenggut hal yang membuatnya bahagia.

Menulis, membuat sebuah dunia adalah hal yang membuat dia senang.

Jika aku merenggut itu darinya, aku akan lebih brengsek dari itu.

Lihat selengkapnya