Did I Fall In Love?

Ang.Rose
Chapter #20

Family

Pamungkas turun dari mobil sedangkan Juna sudah menunggunya. Wajah lemah dan kelelahan terlihat dari Pamungkas. Baru genap sebulan dia bekerja dia sudah harus kesana-kemari, dan itu cukup melelahkan.

Beberapa orang sudah berusaha untuk mengambil alih perusahaan, kabar kakek terbaring di rumah sakit mulai terdengar oleh beberapa Direksi. Hal ini membuat Pamungkas, Luna dan Juna sibuk sepanjang waktu.

Jane tidak pernah mau untuk mengambil alih perusahaan secara seutuhnya, dia hanya ingin bekerja seperti yang biasanya dia lakukan, tidak dengan melakukan politik yang panjang, dia tidak suka.

Sedangkan Luna harus menyeimbangkan kondisi keluarganya, di antara Pamungkas dan juga Jane dia harus bisa mengontrol seluruh perusahan untuk berada di jalurnya.

Mungkin jika ini merupakan sebuah cerita pada umumnya akan ada perebutan kekuasaan dan bahkan kemungkinan Jane, Luna dan Pamungkas akan bertengkar demi berebut kekuasaan tapi mereka tidak.

Bahkan jika mereka bisa melepaskan perusahaan akan mereka lakukan tapi masalahnya, mereka tahu hal itu tidak akan bisa terjadi.

Mereka tahu bahwa hanya ini peninggalan keluarga yang harus mereka jaga selamanya, hanya ini kenangan tentang ayah dan ibu mereka yang masih bisa mereka nikmati.

“Kerja bagus hari ini,” ucap Juna.

“Hmm, kakak masih ada di kantor?”

“Iya, kebetulan mereka masih pada di dalem. Kenapa?”

“Gak papa, mereka kayaknya sibuk banget belakangan ini.”

“Oh mereka lagi mau investasi di satu projek, cuma ternyata di tolak.”

“Jane sama Luna di tolak?”

“Kurang lebih. Oh ya Pam, hari ini Encore tur bukunya Daisy, kamu mau liat?”

Pamungkas mengambil tab itu dan memegangnya sambil masuk ke dalam lift. “Aku liat nanti. Aku mau ketemu Jane sama Luna dulu.”

“Oke mereka di ruangan Luna.”

Pamungkas pun keluar dari lift dan masuk ke dalam ruangan Luna yang berada dekat dengan lift.

“Kak,” panggilnya dari depan pintu.

“Oh, Pam udah balik?” sapa Luna.

“Udah makan belum? Gue liat kayaknya lo makin kurus,” sambung Jane.

“Hmm, gue kayaknya cuma makan sehari sekali. Gak nafsu juga.”

Why? Karena Daisy?” tanya Jane.

Pamungkas berjalan menuju kaca ruangan sambil menatap ke bawah, dimana bisa terlihat jalanan Jakarta yang padat. “Gue cuma bilang gue agak kangen sama dia, salah?”

“Gak salah, gak ada ngelarang juga lo kangen dia.”

“Udah-udah Jen. jangan mancing dia kasian.”

“Oh ya, tadi gue denger dari Juna kalian mau investasi tapi di tolak, investasi apa?”

“Oh, temennya Luna ada produser dia mau bikin series gitu tapi kekurangan dana makanya minta kita invest.”

“Lah terus kok di tolak kalau mereka yang minta?”

“Seriesnya adaptasi dari novel, Fallen Stars.”

What!? Kak lo gila apa gimana? Itu novelnya Daisy.”

“Oh ya? Gue gak tahu,” ucap Jane santai.

Bullshit, gak mungkin lah lo gak tahu, bohong banget.”

“Terus kalau gue bilang gue tahu itu cerita punya siapa apa ngaruhnya buat lo?”

“Kak, lo janji sama gue gak akan nyentuh dia kok lo malah kaya gini? Lo pikir Day gak tahu kalau itu duit dari kalian?”

“Pam,” Luna mencoba menengahi mereka berdua. “Kakak sama Jane tahu, karena itu, kita minta tim produksinya untuk tanya dulu sama Daisy, karena dari yang kakak denger dia gak pernah mau karyanya di film-kan.”

“Emang enggak, karya dia semua itu udah kayak anak buat Daisy dan gak bisa segampang itu.”

That’s why gue mau invest kesana supaya uangnya cukup banyak untuk buat sesuai sama apa yang dia mau, lo ngerti gak sih?” ucap Jane.

“Kak!” teriak Pamungkas kesal.

Lihat selengkapnya