*Mochi*
“Zen-kun[8] berhentilah, aku lelah!”
“Oi.. kemari kau Mochi!”
Aku berlari menghindari Zen yang saat ini marah karena sejak tadi ku terus ledek. Ku tengokkan kepalaku ke belakang untuk melihat apakah Zen masih mengejarku atau tidak. Saat aku tahu bahwa dia tidak mengejarku lagi aku berhenti berlari dan berjalan santai sambil melihat ke belakang karena takut tiba-tiba Zen menangkapku.
BRUUKK……
“Oi..Oi…” seru orang di depanku yang baru saja bertabrakan denganku. “Gomen-” Saat aku ingin meminta maaf, ku lihat di belakang gadis itu ada sesosok perempuan yang sepertinya hantu. Aku langsung lari berbalik arah dan meninggalkan gadis yang ada di depanku. Bahkan lari ku sekarang lebih kencang dari sebelumnya saat Zen mengejarku.
Benar aku sangat yakin itu hantu. Lihat saja rupanya, Hidungnya berantakan dan mengeluarkan darah, rambutnya berantakan, kelopak matanya menghitam, dan di salah satu pipinya ada luka robekan yang belum di jahit. “Mochi-kun.. kau kena sekarang!”
Pletakk…
“Ittai[9]….” ringisku saat tiba-tiba Zen memukul kepalaku.
“Rasakan itu, makanya jangan suka meledekku, kau mengerti?” Dia berjalan mendahuluiku, namun mengapa arahnya bukan ke kelas? “Zen, kelas kita di sebelah sana, mengapa kau kearah kanan?”, “Kau tidak mendengarkan pengumuman tadi? Kita siswa dan siswi kelas 2 di minta untuk pergi ke aula”. Aku hanya mengangguk lalu berjalan dibelakang Zen sambil melihat gadis yang kutabrak tadi. Ah, hantunya masih mengikutinya dari belakang. Membuatku semakin merinding saja.
“Oooi!!” panggil seorang temanku yang bernama Jun. “Hei Jun, kemana saja kau? Menghilang seperti ditelan bumi sejak bel berbunyi.” tanya Zen sambil merangkul Jun. “Aku hanya pergi ke kantin sebentar. Apanya yang ditelan bumi?” jawab Jun sambil meminum sekaleng susu. “Souka[10]…” Ujar Zen, “Hei... kau ini seperti tidak tahu pepatah saja!” Zen menyikut Jun membuat Jun tersedak. “Hei!” Teriak Jun kesal, tapi yang diteriaki hanya tersenyum tanpa meminta maaf sedikit pun.
**********
3 hari kemudian.
“Hahhhh… akhirnya selesai juga membangun tendanya.” ujarku sambil mengelap keringat dikeningku. Aku lalu melihat sekeliling lapangan yang dijadikan bumi perkemahan ini. “Mochi-kun, kau ingin istirahat? Aku ingin istarahat.” ujar Jun kepadaku lalu masuk kedalam tenda. Aku hanya menatapnya dan mengangguk.
Kruuukk..
Ah, aku lapar. Apa ada makanan di dalam tenda ya? Sepertinya tidak ada. Apakah aku harus meminta ke tenda lain? Biasanya tenda putri itu penuh dengan makanan. aku lalu memperhatikan tenda putri yang berada disamping tendaku. Aku lalu bangkit dan berjalan mendekati tenda tersebut.
“Zen!” panggilku ketika melihat yang berdiri Zen tak jauh dariku. “Zen, apa kau lapar? Aku berencana meminta makanan pada tenda putri itu. Tapi tak ada yang ku kenal.” kataku sambil mengusap perutku. “Sudah dua tahun kau bersekolah disini, masa masih ada juga yang tak kau kenal.” kata Zen sambil menggelengkan kepalanya, lalu ia kembali menatap tenda yang kutunjuk itu. “Tenda nomor 9 itu? Baiklah aku antar kau kesana.” ujar Zen sambil berjalan senang membuatku bingung.
“Haruka-chaaann..” sapa Zen sambil membuka tenda. “Loh… tidur semua.” ujar Zen lesu. “Hahh.. aku benar-benar lapar. Yasudah kita minta ke tenda lain saja.” ujarku lalu bangkit. Kutatap wajah Zen yang ditekuk, membuat keningku berkerut. “Kau ini kenapa? Jangan-jangan kau menyukai salah satu dari gadis yang di tenda itu ya?” godaku pada Zen. Benar saja, Zen mengangguk sambil menutup wajahnya. “Dasar kau ini.” ujarku membuat ia hanya cengengesan seperti orang bodoh. Ah aku lupa, Zen kan memang bodoh. Hohohoho…
Karena sudah berkeliling merampok makanan ke tenda-tenda perempuan. Aku dan Zen kembali ke tenda dan mendapati Jun yang masih tertidur pulas sambil memeluk boneka yang entah darimana. “JUUUNN!!” teriak Zen membuat Jun bangun dari duduknya dengan terkaget-kaget. “Apa? Apa? Apa?” , “Ini sudah 2 jam kau tidur. Kau tidak ingin makan?” tanya Zen membuat Jun menatapnya kesal. “Kau tidak tahu apa aku sedang tertidur pulas? Mengapa kau..” , “Oh, jadi kau tidak ingin makan? Baiklah, Mochi-kun jangan berikan makanan pada Jun.” ujar Zen menatap sinis pada Jun dan membuatku tertawa. “Oi… oi.. bukan itu maksudku. Ah.. sudahlah. Gomenne..” kata Jun sambil memohon kepada Zen. “Sudahlah. Ayo kita habiskan semua ini. Nanti bila para senpai kemari, bisa-bisa semua makanan ini diambil oleh mereka.” ujarku sambil membuka sebungkus makanan ringan.