Memasuki kamarnya, Karlina membuka pintunya perlahan tidak ingin membangunkan Robbie dari tidurnya. Ia sudah terlalu muak karena kebiasaan mabuk yang hampir setiap malam selama setahun belakangan. Terlebih, Karlina tidak ingin mencium embusan napas Robbie di pagi hari. Itu semakin membuatnya jengkel dan merasa ingin menenggelamkannya saja di air bak dengan sebotol cairan sabun.
Menjumputi satu per satu atasan, celana panjang dan pakaian dalam yang berada di lantai. Robbie menggeliat merasakan seseorang masuk ke dalam kamarnya, ia tahu jika itu Karlina istrinya yang memiliki kebiasaan bangun pagi untuk memulai aktivitasnya.
“Jam berapa sekarang?” tanya Robbie dengan mata terpejam. Menutupi wajahnya dengan lengan, merasakan pengar di kepalanya. Kali ini terasa sangat berat daripada malam-malam sebelumnya. Robbie lebih mabuk daripada biasanya, meminum-minuman yang lebih keras.
“Jam 05.30, kamu masih punya waktu setengah jam untuk tidur lagi, atau terserah mau bangun jam berapa tidak ada yang akan memarahimu,” sindir Karlina hendak meninggalkan Robbie. Terdengar tertawaan Robbie di balik wajah yang tertutup lengannya.
“Hahaha! Semalam aku mencoba Vodka, sesapan pertama membuat tenggorokanku terbakar. Aku tidak mengingatnya lagi, mungkin lima atau tujuh sloki … ah sudahlah lagipula kamu tidak peduli aku meminum sebanyak itu,” keluh Robbie yang membalikkan tubuhnya ke samping, memunggungi Karlina.
Mendengar itu Karlina hanya menunduk dan tidak percaya jika Robbie mengatakan itu hanya untuk membuatnya semakin kesal. Ia tahu jika minum hingga mabuk sesuatu yang sangat dibencinya dari Robbie, bahkan sebelum mereka menikah.
Lalu, Karlina pergi dengan pakaian kotor milik Robbie.
“Benarkan … kamu tidak peduli sama sekali,” keluh Robbie yang mendengar Karlina ke luar dari kamarnya, menutup pintu. Robbie merasakan kepedihannya di dalam dada, di mana hatinya membeku seperti tertutup salju, airmatanya menetes karena perbuatan itu telah melukai Karlina dan menyakiti dirinya sendiri. Entah sampai kapan, dinginnya pagi ini akan terus berlangsung dalam pernikahan mereka.
Setelah memasukan pakaian-pakaian kotor ke dalam mesin cuci, ia mengantar anak-anak ke sekolah dengan sarapan yang sudah disediakan di atas meja untuk Robbie. Segelas jus brokoli, seledri dan sari jeruk untuk menghilangkan pengarnya. Di tambah dengan sup ayam dengan kaldu untuk menghangatkan perut Robbie yang kosong.
Rian dan Shanum yang sudah menunggu Karlina di dalam mobil sedang asyik becanda. Mereka memang anak-anak yang menyenangkan dan akrab. Jarang sekali mereka bertengkar apalagi membuat keributan di rumah. Akhirnya Karlina masuk ke kursi pengemudi dan melihat kedua anak-anaknya yang berada di bangku penumpang.
“Rian, Shanum pakai sabuk pengaman, kalian,” ucap Ibu mereka, Karlina.
“Ya, Bu,” jawab mereka yang saling mematuhi.
Dalam perjalanan mereka tetap saja bercanda berdua membicarakan permainan online yang ingin mereka mainkan. Mereka sedikit berselisih dan saling mendorong agar salah satu di antara mereka mengatakan keinginan mereka kepada Karlina, tetapi mereka tidak berani mengucapkannya.