Died In The Secret Room

Adine Indriani
Chapter #9

#Kue Buatan Shanum

Di dalam perjalanan mereka bernyanyi sepanjang perjalanan pulang dengan gembira. Kegembiraan itu seketika melupakan kejadian nahas yang hampir merenggut nyawanya ketika hendak menjemput. Karlina begitu bahagia ketika melihat anak-anaknya baik-baik saja, hanya itu yang membuatnya merasa tenang. 

Sekembalinya dari Sekolah mereka langsung ke kamar atas untuk mengganti baju sementara Karlina menyiapkan peralatan membuat kue. Mereka berlarian di dalam kamar dan bergegas turun ke bawah. Karlina sampai meneriaki mereka agar pelan-pelan saja tidak usah terburu-buru. Namun, mereka begitu bersemangat hingga sudah selesai berganti baju.

Karlina dan Shanum mulai menuangkan tepung dan melelehkan cokelat batangan. Sementara Rian mengoles-oles loyang dengan mentega. Rian sangat suka mencicipi mentega dengan jarinya dan mengoleskannya di pipi tembem Shanum. Mereka akan bertengkar sebentar, berkejar-kejaran lalu kembali dengan tugasnya masing-masing.

Keriangan itu terpancar dari sudut dapur yang penuh dengan tawa, teriakan, nyanyian dan alat-alat memasak yang saling berbenturan. Sampai-sampai keriuhannya tidak menyadari jika Robbie sedang duduk di anak tangga melihat mereka sedang bersenang-senang bersama. Robbie tersenyum kecil merasa terharu, tetapi airmatanya menetes perlahan dari ujung dalam matanya.

Meskipun sudah berkali-kali Robbie menghapus airmata dari wajahnya, tetap saja kelenjar matanya memproduksinya terus. Hatinya merasakan lara, desir kegetiran yang kian membesar seperti gelombang gempa yang beruntun datang hingga meretakan seluruh permukaan hatinya.

Robbie berusaha menutupi mulutnya dengan telapak tangan, mencoba menahan rasa sakit itu. Kenyataan yang membuatnya begitu menyesali semuanya, tetapi kini semua sudah telanjur. Nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang sanggup memutar waktu.

“Ayah, mau cicipi kue coklat buatan, Shanum?” tanya Shanum dengan sarung tangan yang memegangi loyang panas dari pemanggang. Robbie terkejut sekaligus senang, ia tersenyum dan menghampiri Shanum. Sudah lama ia tidak mendengar anak perempuannya memanggilnya seperti itu. Selama ini, Robbie selalu berpikir jikalau mereka membencinya, karena kesalahan yang pernah diperbuatnya.

Robbie menghapus noda airmata dari wajahnya, tidak ingin memperlihatkan kesedihan di depan keduanya. Melangkah ke arah dapur di mana Shanum meletakkan loyang berisi kue cokelat di atas tatakan meja. 

“Cobalah, Ayah pasti suka, ini bagian favoritku,” ucap Shanum yang mengambil pinggiran kue yang sedikit gosong. Jemari itu pelan-pelan mengambil kue yang dipotong beberapa bagian oleh Karlina. Robbie mengambil satu potong dan memakannya bersama Shanum. Mereka tertawa bersama sambil mencicipi kue cokelat itu.

“Ini pertama kalinya aku membuat kue bolu, sepertinya jika sudah besar nanti aku akan memiliki toko kue terlezat yang pernah ada!” seru Shanum bangga. Tiba-tiba, Rian datang dan mengambil loyang besar itu dibawanya semua olehnya.

“Ini buatku semua!” goda Rian yang membawa seloyang kue bolu buatan Shanum bersama Ibu. Shanum merasa jengkel karena Rian memulai peperangan lagi.

Lihat selengkapnya