Died In The Secret Room

Adine Indriani
Chapter #15

#Kotak Istimewa

Keesokan harinya Karlina terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa sakit, sembari memijat-mijat sendiri dengan tangannya itu menuruni anak tangga. Ia mendapati Robbie yang sedang sibuk berbicara di telepon. Karlina mendengar Robbie menghubungi satu per satu tetangga yang telah diberikan undangan ulang tahun. Robbie berupaya membatalkannya dengan mengatakan jikalau itu sebuah kesalahan. Dan meminta mereka untuk membuangnya saja karena Robbie tidak sempat mengambil sisa undangan yang telanjur diterima tetangganya.

Karlina begitu kecewa dan sedih karena Robbie melakukan itu, ia merasa sudah tidak punya hak di rumah itu untuk melakukan apa-apa. Sembari menahan tangisnya, tiba-tiba Shanum dan Rian berlari menuju tangga dan menemukan Karlina di sana. 

Ibu! Ibu!

Panggilan mereka sepanjang langkah-langkah kecil itu, keduanya memanggil-manggil Ibu, mencari Karlina di lantai atas. Seketika keduanya memeluk Karlina yang sedang menghapus airmata yang telanjur jatuh itu. 

“Ada apa?” tanya Karlina berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Shanum dan Rian menengadah memandang Ibunya dengan wajah sendu, mereka terlihat sedih bahkan hampir menangis. Namun, seberapa kencang pun tangisan itu akan sia-sia saja, hanya akan menambah kemarahan Ayahnya, Robbie.

“Ayah … Ayah,” gusar Shanum terbata-bata, tidak bisa menghalau kesedihannya hingga tidak bisa bercerita apa yang dirasakannya. Karlina hanya bisa bersikap tegar sembari menepuk-nepuk punggung mereka, mengusap keduanya dengan lembut untuk menenangkannya. Karlina tahu jika mereka telah kecewa karena Robbie membatalkan perayaan ulang tahun itu.

“Tahun depan kita akan merayakannya lebih besar daripada sebelumnya, oke,” tandas Ibu. Membuat Shanum dan Rian seketika antusias dan melupakan kesedihannya.

“Benar, Bu? Kalau begitu aku mau merayakannya dengan tema Frozen,” ucap Shanum.

“Aku Free Fire boleh, Bu?” timpal Rian. Karlina tersenyum kepada mereka dan mengiyakan semua keinginan keduanya. Mereka melompat kegirangan, bersemangat kembali dan menanti dengan sabar ulang tahun mereka tahun depan. Shanum dan Rian akan menagih janji-janji itu kepada Karlina untuk mewujudkannya.

Tingnong! Tingnong!

Suara bel terdengar seseorang datang, Shanum dan Rian pergi ke kamarnya untuk bermain. Memainkan permainan petak umpat yang menjadi favorit mereka. Menjelajahi setiap sudut ruangan di dalam rumah itu, bahkan mereka belum meng-explore seluruhnya saking megahnya area di dalam rumah. 

“Jangan bersembunyi di dalam perpustakaan, pintunya rusak, aku takut kalian tidak bisa keluar,” pekik Karlina memperingatkan. Rian dan Shanum yang berlomba lari ke atas mendengar perkataan Karlina.

Lihat selengkapnya