Melangkahkan kaki ke dalam Pesta itu, semua mata mulai menyoroti kedatangan Karlina yang memukau di samping Robbie yang terlihat hebat di mata semua orang. Bahkan, mata-mata wanita membelalak melihat Robbie yang terlihat sangat tampan melebih pasangan yang akan menikah. Seharusnya mereka yang menjadi Primadona acara itu, Karlina dan Robbie telah menyita perhatian semua orang.
Ibu Robbie terkejut jika Karlina bisa datang ke Pesta itu, ia sempat melirik kepada Karen yang berada di sisi pinggir ruangan yang tidak melepas sedikit pun tatapannya kepada Robbie. Karlina menyadari kehadirannya di tengah-tengah Pesta berlangsung, membuat beberapa orang tak nyaman. Namun, ia tetap mengikuti permainan Robbie yang sebelumnya enggan diperankannya. Ketika melihat ada wanita selingkuhan Robbie membuatnya tergiur untuk memerankan Wanita Pemenang untuk malam ini.
Winona orang yang menyambut Karlina untuk pertama kalinya, sementara mereka hanya menebar senyuman palsu dari kejauhan sembari mengangkat gelas-gelas kristal berisi sampanye.
“Aku tidak menyangka kalau Kakak juga bisa hadir ke acara makan malamku. Aku tahu Ibu terlalu berlebihan tetapi aku sangat menyukainya dan mengetahui kalau Kakak bisa hadir, aku bertambah senang, sempurna,” tutur Winona terlihat sangat bahagia. Bahkan ia mengajak Karlina memperkenalkannya dengan Hilman, calon suami yang sudah dikenalnya.
Ketika Karlina diajak Winona berkeliling memperkenalkannya kepada keluarga besar Hilman, Robbie sudah menghilang di kerumunan. Karlina menoleh ke belakang melihat Robbie yang tenggelam di antara wanita-wanita yang mendekatinya. Karlina kehilangan Robbie.
“Aku akan mengambilkanmu, Sampanye, tunggu di sini,” ucap Winona yang teralihkan sesuatu.
“Winona, tidak perlu ….” Karlina berusaha untuk mencegah Winona untuk mengambilkannya minuman, ia tidak ingin memulai sesuatu yang nantinya sulit untuk dikendalikan. Tenang, Karlina … kamu tidak memerlukan sampanye untuk menghilangkan rasa gugup ini. Kamu Pemenangnya malam ini. Karlina terus saja bergumam dalam hati untuk meredakan perasaan gugup dan takut akan tatapan semua orang yang meremehkannya.
Lalu, Winona meninggalkannya begitu saja yang membuat Karlina tersesat kehilangan arah dalam Pesta akbar itu. Semua orang menyambut Robbie dan luapan manusia di sana membuat Karlina sulit bernapas. Ia tidak ingin dicap sebagai istri yang tidak patuh apalagi memermalukan Robbie di depan saudara-saudara dan tamu undangan. Namun, ia tidak bisa melihat Robbie di mana-mana.
Karlina melipir ke luar, ia ingin menghirup udara segar di pinggir balkon. Pikiran Winona teralihkan oleh kedatangan teman-temannya, janjinya untuk mengambilkan minuman terlupakan. Bahkan tidak berusaha mencarinya yang berada di sudut paling kesepian di rumah itu. Lagipula ia tidak memerlukan minuman itu, minuman yang dibencinya karena ia mendapatkan perlakukan kasar dari suaminya setiap malam.
“Sepertinya kamu butuh minum,” ucap seorang Pria yang mendekati Karlina yang berdiri sendirian sembari memandang taman dari ketinggian balkon. Karlina menoleh kepada Pria yang menyapanya, ia tidak mengenalinya karena terlalu banyak orang.
“Aku Sebastian, sepupu Hilman,” ujarnya memperkenalkan diri sembari menawarkan Sampanye di tangannya. Karlina menggelengkan kepala, tetapi tiba-tiba pikirannya berubah. Mungkin sudah saatnya ia menyicipi minuman itu.
“Terima kasih,” balas Karlina mengambil segelas Sampanye. Ia menaruh bibir indahnya di gelas panjang berkilau, menaikkan tinggi gelasnya sedikit melenturkan mulutnya hingga tersesap sedikit Sampanye di ujung bibirnya. Karlina terkejut dengan rasanya.
Rasanya manis.
“Astaga, caramu meminumnya sungguh membuatku terpukau,” sanjung Sebastian. Sanjungan itu tidak membuat Karlina melayang, ia hanya sedang fokus kepada minuman yang sedang dicicipinya.
“Aku benci minuman ini, karena hanya kepedihan yang kurasakan akibatnya,” tutur Karlina pelan. Sebastian merasa aneh mendengar Karlina mengatakan hal-hal yang memerlihatkan ekspresi tak biasa. Baru kali ini, ia melihat seorang wanita membenci dan menggerutu tentang minuman yang baru saja dicicipinya.
“Apa, ini gelas pertamamu?” tanya Sebastian. Karlina menggeleng, ia pernah menyicipinya untuk merayakan sesuatu bersama Robbie. Namun, ia tak ingin mengingat-ingat kenangan itu.